7 Destinasi di Maastricht Yang Bikin Hati Terhibur

Negeri Belanda Nopember 2022  awal musim dingin,  pagi hari dengan suhu membeku di bawah nol derajat Celcius membuat wisatawan negara tropis seperti kami malas ke luar rumah. Rencana  ke Bruges (Belgia) kota wisata yang berpredikat kota warisan dunia UNESCO   diurungkan. Dalam ramalan cuaca Bruges di hari yang sama selain suhu di bawah nol derajat juga diguyur hujan dari pagi hingga sore hari. Oma Sandra, sahabat yang mukim di   Amsterdam  berinisiatif  mencari kota lain yang menurutnya layak kami kunjungi dan memiliki cuaca cukup bersahabat pada hari tersebut. Disarankan olehnya ke Maastricht, saran dengan sukacita kami turuti mengingat tulisan bijak traveller dari Amerika Serikat – Henry Miller “one’s destination is never place but rather a new way of looking at things”.

Oma Sandra berujar, cobalah untuk mengunjungi Maastricht yang berada di propinsi Limburg. Kota ini juga menjadi ibukota Limburg. Wilayah yang tenang dan mempunyai banyak destinasi wisata yang akan membuat pengunjung betah berlama lama, banyak bangunan bangunan megah yang bisa dikunjungi dengan arsitektur unik menarik. Selain itu, di kota ini juga terdapat beberapa bangunan tua yang saling berjejer diantara butik-butik trendi.

Kota  Maastricht berkembang dari pemukiman Romawi menjadi pusat keagamaan, kota benteng dan kota industri. Lebih jauh lagi kota ini lebih dikenal dengan Perjanjian Maastricht-nya, sebagai tempat lahir Uni Eropa, kewarganegaraan Eropa dan mata uang tunggal Eropa, Euro. Maastricht adalah kota ujung Selatan Belanda, berbatasan dengan Belgia di sisi barat dan hanya beberapa mil dari Jerman di sisi Timur. Tinggal naik Intercity Train dari stasiun Amsterdam  dengan waktu tempuh dua setengah jam untuk mencapai stasiun Maastricht. Maastricht, kota berkelas internasional, rasa beda di kota ini tidak akan di dapati di kota-kota manapun di Belanda karena tempat-tempat menarik di Maastricht menarik dua budaya terbesar Eropa, yaitu budaya Romawi dan budaya Jerman. Maastricht di belah sungai Maas di tahun 2021 berpenduduk 120.200 jiwa.

Stasiun Maastricht, bangunan bersejarah  tahun 1913 disain bangunan dibuat oleh  George van Heukelom. Stasiun selain menghubungkan kota-kota di Belanda juga sebagai stasiun internasional yang menghubungkan Belanda dengan beberapa negara tetangga. Artefak bersejarah yang dapat ditemui saat transit di stasiun antara lain kaca patri yang berada di aula. Dibanding dengan kaca patri yang ditemui di tangga kantor utama Museum Mandiri di Kawasan Oud-Batavia, kaca patri stasiun Maastricht lebih sederhana. Kaca patri Museum Mandiri menggambarkan adanya empat musim di Belanda dan tokoh nakhoda kapal Belanda, Cornelis de Houtman yang mendarat di Banten tahun 1596. Kaca patri  Museum Mandiri disumbang Presiden Nederlandsche Handel Maatschappij (NMH) ke 10 CJ. Karl van Aalst atas nama Ratu Kerajaan Belanda.

Pada aula stasiun juga menempel lukisan keramik dinding berbentuk kipas, dibuat untuk memperingati 100 tahun perkeretaapian Belanda  (1839-1939) sumbangan pabrik keramik Maastricht Sphinx atau dikenal juga dengan nama De Sphinx yang pada masa kolonial Belanda produknya banyak diperjual belikan di Indonesia. Maastricht Sphinx berhutang kejayaan karena   adanya koneksi kota Maastricht ke jaringan kereta api nasional. Keluar stasiun menuju jalan raya terpasang dua patung singa di atas atap stasiun, selama beberapa tahun patung terbengkalai dan saat ini sudah dikembalikan dalam bentuk aslinya sebagai penjaga pintu masuk.

Siapapun yang masuk ke Maastricht dalam garis lurus dari stasiun melewati zona pedestrian yang luas dan sesak dengan  restoran, kafe, toko-toko bunga serta deretan toko fashion produk lokal hingga butik-butik kenamaan dunia, akan menyeberangi jembatan Sint-Servaasbrug. Jembatan batu kuno yang indah dan salah satu bangunan paling khas di Maastricht, masyarakat Maastricht yakin Sint-Servaasbrug merupakan jembatan tertua di Belanda. Jika menara Eiffel Paris menjadi agenda wajib kunjung wisawatawan di Perancis, maka berkunjung ke Maastricht, jembatan Sin-Servaasbrug tempatnya. Bangsa Romawi membangun jembatan menghubungkan tepian sungai Maas, ketika jembatan runtuh di abad 13 dibangun kembali dengan lengkungan batu.

Sampailah perjalanan  di alun-alun persis di tengah-tengahnya berdiri menawan gedung Balaikota (Stadhuis). Bangunan klasik abad 17 yang seluruhnya dilapisi batu alam ini mempunyai lonceng lonceng terbuat dari perunggu. Pada hari hari pasar di Rabu dan Jumat alun alun berubah menjadi pasar rakyat dijual apa saja dari mulai tanaman dan pakaian hingga makanan dan produk segar.

Sebenarnya hanya membutuhkan waktu hitungan menit berjalan singkat dari alun alun untuk menemukan kincir air terkenal Bisschopmolen yang terselip di antara gedung gedung tua. Tanpa pemandu wisata kami berjuang untuk menemukan kincir air yang hanya ditandai oleh tanda yang sangat kecil dan tidak ada yang mengarahkan kami kearah  yang benar, minim informasi tentang kincir air itu selain dari apa yang telah dipublikasikan di internet. Bisschopmolen merupakan kincir air abad 11 berfungsi untuk menggiling tepung roti berada di gang sempit tetapi dapat dilihat dari jalan akses utama. Di samping kincir air sebuah pelakat perunggu menjelaskan dengan singkat dalam Bahasa Belanda sejarah kincir air dan mengapa itu disebut Bisschopmolen (Penggilingan Uskup), kemampuan berbahasa Belanda kami belum mampu menterjemahkan isi pelakat. Wikipedia membantu dan menyampaikan bahwa Bisschopmolen awalnya dimiliki Geodfrey van Bouillon yang menyewakannya kepada Uskup Leige untuk pembiayaan Perang Salib Pertama yang pada akhirnya kincir menjadi milik Keuskupan.

 Perjalanan  dilanjutkan  ke tiga lokasi lain tidak berapa jauh dari Bisschopmolen :

  • Helpoort, gerbang tertua yang bertahan di Belanda berasal dari abad 13. Gerbang adalah bagian dari tembok kota .
  • Jekertoren, bekas menara benteng. Menara abad pertengahan itu berada di sudut timur dari tembok kota Maastricht di sampingnya terhampar lapangan luas. Lapangan luas berumput hijau dan pohon pohon  berhiaskan jejeran Meriam kuno menghadap sungai Maas dengan latar belakang tembok kuno menjadikan pemandangan spektakuler.

Blusukan berakhir  di ikon kota Maastricht yang berbentuk bintang, melambangkan karakter dari sebuah kota ceria, kota yang penuh dengan anak anak muda pelajar yang inovatif dan enerjik. Sebuah karakter kota yang menyambut baik kehadiran para pendatang internasional. Berstirahat  hilangkan kepenatan, menikmati kudapan Limburgse Vlaai (pai) kue produk khas daerah Selatan Belanda dari toko kue rekomendasi medsos Patisserie Royale.  Melemaskan kaki dan menghirup udara sore serta berinteraksi sejenak di lapangan sekitar ikon  bersiap kembali  ke Amsterdam, “Tot ziens.”

Naskah dan Foto: Lutfi Sriyono (l.sriyono@gmail.com)

Tinggalkan komentar