Lapangan Tiananmen

Hari itu 06 Oktober 1981, Stadion Medinet Nasr Kairo Mesir dalam suasana kemeriahan parade militer memperingati keberhasilan Mesir merebut gurun Sinai dari Israel dikenang sebagai  perang Yom Kippur-1973 ternoda, dengan pemberondongan peluru tajam ke arah panggung kehormatan yang menghadap piramida Monumen Prajurit Tidak Dikenal, menewaskan Presiden Anwar Sadat. Jauh sebelum itu di bulan September 1945 di lapangan IKADA, Jakarta (sekarang MONAS) diadakan rapat raksasa rakyat Indonesia yang bertekad mempertahankan kemerdekaan di negara yang baru berusia satu bulan itu.

Cerita di atas menggambarkan dua peristiwa penting yang terjadi di lapangan terbuka. Demikian pula apa yang terjadi di Tiongkok sebuah negara yang juga dikenal dengan sebutan Negara Tirai Bambu, pada tahun 1989  lapangan Tiananmen-Beijing  menjadi saksi demonstrasi besar yang dipimpin mahasiswa selama tujuh pekan menuntut reformasi demokrasi,  tidak terhitung  korban jiwa yang berjatuhan.

Kota Beijing merupakan  kunjungan akhir kami setelah Expo Shanghai 2010. Shanghai-Beijing yang berjarak 1.492 kilometer itu ditempuh  menggunakan kereta cepat  CRH (China High Speed Rail) yang bekecepatan setara kereta Shinkansen di Jepang. Beijing sebagai ibu kota negara bukan hanya terkenal dengan penggalan sejarahnya seperti  Tembok Besar Cina tapi juga disana ada lapangan Tiananmen yang merupakan lapangan terluas di dunia hingga saat ini (44 Hektar) berada di pusat kota Beijing. 

Lapangan terletak di pintu selatan Istana Kekaisaran Dinasti Ming dan Qing yang dibangun pada abad 15 lalu terkenal sebagai Forbidden City, mendapat nama Tiananmen karena pintu selatan istana bernama Tianan Menwai, memasuki  gerbang Menara Tiananmen yang di atasnya  ada atap dengan desain tradisional Tiongkok tergantung foto besar  Mao Zedong. Dua plakat raksasa digantung di masing-masing sisi gerbang plakat kiri tertulis ”Panjang Umur Republik Rakyat Tiongkok”, sementara plakat kanan tertulis “Panjang Umur Persatuan Rakyat Dunia”.

Sebelah Utara lapangan terpancang tegak tiang bendera dimana setiap harinya diadakan upacara pagi penaikan  bendera dan penurunan bendera di sore hari oleh tentara kehormatan.  Di lapangan ini tidak boleh ada papan atau poster bahkan bis dan kendaraan yang melintasi jalan depan lapangan juga tidak diperbolehkan memiliki reklame di badan bis maupun kendaraan.

Sebelah Selatan lapangan dijumpai sebuah bangunan yang merupakan Mausoleum Ketua Mao tepatnya di belakang Monumen Pahlawan Rakyat. Wisatawan yang mengunjungi Lapangan Tiananmen dengan mudah melihat gedung mausoleum yang berwarna kecoklatan yang biasanya terlihat antrian orang mengular untuk masuk melihat jazad Mao Zedong yang diawetkan.  

Monumen Pahlawan Rakyat adalah obelisk bertingkat sepuluh yang didirikan sebagai monumen nasional Tiongkok untuk para martir pejuang revolusioner selama abad ke 19 dan ke 20. Dalam Wikipedia disebut bahwa monumen ini juga berfungsi sebagai pusat kegiatan berkabung nasional skala besar yang beberapa kali berkembang menjadi unjuk rasa dan kerusuhan, seperti ketika kematian Perdana Menteri Zhou Enlai (kemudian berkembang menjadi demonstrasi Lapangan Tiananmen 1976) dan Hu Yaobang (disusul unjuk rasa Tiananmen 1989).

Naskah dan foto : Lutfi Djoko D (lutfidjoko@gmail.com)

Tinggalkan komentar