Pasar Terapung Banjarmasin

Ingat iklan stasiun televisi swasta tahun 90an..? Salah satu iklan stasiun televisi tersebut menggambarkan aktivitas perdagangan di pasar terapung, pedagang dan pembeli bertransaksi dari atas perahu masing-masing. Pada akhir iklan, seorang ibu tampak menata sayur dagangannya dan kemudian menatap kamera sambil mengacungkan jempol.

Iklan stasiun televisi swasta tersebut melekat kuat dalam memori banyak orang. Suasana pasar terapung yang penuh warna dari aneka dagangan di atas perahu, serta hilir mudik perahu dan aktivitas jual beli di pasar terapung membuat banyak orang penasaran ingin berkunjung ke pasar terapung tersebut.

Pasar terapung yang menjadi lokasi iklan stasiun TV swasta tersebut adalah pasar terapung Kuin, yang berada di muara sungai Kuin, anak sungai Barito, di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Pasar ini aktif mulai dari pukul 5 pagi sampai sekitar pukul 8 pagi. Pedagang dengan jukung (perahu tradisional Kalimantan Selatan), giat menjajakan dagangannya.

Barang dagangan yang dijajakan umumnya adalah buah-buahan seperti jeruk, kecapi, sirsak, pisang, juga sayur-mayur dan hasil sungai dan laut, seperti ikan, cumi-cumi dan udang. Sebagian kecil menjajakan jajanan pasar, kue-kue khas Banjar, nasi kuning dan kopi. Saya pernah berkunjung ke pasar terapung Kuin ini pada tahun 1999.

Selain pasar terapung di Kuin, juga ada pasar terapung Lok Baintan, di Martapura, kota yang berbatasan dengan Banjarmasin. Bulan Februari 2021, saya berkunjung ke Banjarmasin, dan kebetulan hotel tempat saya menginap, Swissbel Hotel, menawarkan tour gratis ke pasar terapung Lok Baintan.

Pukul 5.30 kami sudah bersiap di lobby hotel, kemudian diarahkan ke dermaga yang terletak persis di depan hotel. Perahu kayu membawa kami ke Lok Baintan dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Menjelang jam 7 pagi kami tiba di pasar terapung Lok Baintan.

Dengan sigap, pedagang-pedagang di pasar Lok Baintan ini merapatkan jukungnya ke perahu kami. Beberapa pedagang yang cekatan, melompat naik ke atas perahu kami, menawarkan dagangannya. Pedagang-pedagang ini saling bersaing dan saling iri.. 😅 Jika kita membeli dari satu pedagang, pedagang lain akan merayu kita, “masak kita nggak diberikan rejeki juga pak.. bagi-bagi rejekinya”.

Salah satu trik pedagang untuk melariskan dagangannya adalah dengan bilang tidak punya kembalian, misalnya kita beli jeruk dengan harga Rp30 ribu per kantong plastik, lalu bayar dengan uang Rp50 ribu, pedagang akan bilang belum punya kembalian, karena masih pagi. Lalu dia menawarkan buah lainnya, manggis atau pisang, dengan harga diskon, dari Rp30 ribu menjadi Rp20 ribu, sehingga tidak perlu kembalian uang.

Alhasil, meski tidak niat belanja di pasar terapung ini, pada akhirnya saya menenteng banyak kantong belanjaan karena bujuk rayu para pedagang ini.. 😅. Satu hal yang unik, semua pedagang disini saat menyerahkan dagangannya, mereka mengucapkan “saya jual” lalu meminta kita menjawab “saya beli”. Ijab kabul jual beli dijalankan dengan taat.

Sekitar 30 menit kami berniaga di pasar terapung Lok Baintan.. tak lama, datang beberapa perahu wisata lain. Para pedagang segera mengelilingi perahu wisata tadi. Tak lama, perahu kami bergerak meninggalkan Lok Baintan kembali menuju Banjarmasin. Karena mengikuti arah arus sungai, perjalanan pulang ini jauh lebih cepat, hanya sekitar 30 menit saja. Pengalaman berkunjung ke pasar terapung ini sangat berkesan dan menyenangkan.

Tinggalkan komentar