Kriya Jepang

Negeri Sakura ini  masih menjadi distinasi pilihan kebanyakan orang Indonesia. Alternatif ragam wisata Jepang yang unik dan keren dari mulai wisata alam, budaya lokal, kuliner, hingga pilihan aktifitas keluarga yang bervariasi membuat negeri Sakura ini menjadi destinasi ideal  wisatawan Indonesia. Apalagi sistim transportasi yang tersedia di Jepang sangat memudahkan turis dalam menjangkau setiap sudut kotanya.

Bila sebelumnya Kereta Cepat Shinkansen dan Bersepeda di Kokura Fukuoka telah di tulis, maka kali ini dibahas tentang seni kriya/kerajinan tangan. Dari sedemikian banyak pilihan kriya khas Jepang akan diperkenalkan dua saja. Pertama Kimekomi yang artinya menyelipkan , seni yang bermula pada abad 18 ini menggunakan media boneka kayu yang dibalut sisa sisa kain yang ditempel dan diselipkan. Saat itu, boneka patung Kimekomi digunakan untuk festival kesenian.

Seiring berjalannya waktu, Kimekomi berkembang dengan media styrofoam bulat (Kimekomi ball) lalu kriya ini juga terpengaruh dengan berkembangnya seni Patchwork dari Barat. Perpaduan dua kriya ini menghasilkan Kimekomi Patchwork yang memanfaatkan media datar. Kimekomi Patchwork dapat digunakan sebagai hiasan dinding, tempelan lemari es  dan sebagainya.

Setelah mengunjungi Kokura di akhir tahun 2018 dan bermalam di Tokyo sebelum  kepulangan  ke Jakarta  sebuah toko  Kimekomi kami sambangi,  letak toko yang cukup tersembunyi memaksa kami bertanya kepada sukarelawan pemandu wisata yang berjaga di luar  kuil Sensoji Asakusa.

Toko berjarak 5 menit berjalan kaki dari setasiun Asakusabashi  memiliki banyak koleksi Kimekomi selain Kimekomi dijual juga  kertas Washi. Washi atau biasa disebut juga Wagami ialah kertas yang dibuat dengan metode tradisional Jepang. Kertas washi berbahan dasar serat pohon murbei, UNESCO telah menetapkan Washi sebagai kerajinan Jepang dan menjadi warisan budaya yang harus dilestarikan. Informasi  Wikipedia, dibandingkan kertas produksi mesin, serat dalam Washi lebih panjang sehingga Washi bisa dibuat lebih tipis, namun tahan lama (tidak lekas lusuh dan robek).

Sejarah Washi, orang Jepang mengenal cara pembuatan kertas sekitar 500 tahun lebih awal dibandingkan dengan orang Eropa. Produksi Washi saat  ini sering tidak dapat memenuhi konsumen sehingga berharga cukup mahal. Di Jepang Washi digunakan dalam berbagai jenis benda kerajinan dan seni selain itu Washi juga digunakan sebagai hiasan dalam agama Shinto, bahan pembuatan patung Budha, bahan meubel, hingga sebagai bahan uang kertas sehingga uang kertas Yen terkenal kuat dan tidak mudah lusuh.

Naskah & Foto oleh Lutfi Djoko D (l.sriyono@gmail.com)

Tinggalkan komentar