Berakhir Pekan di Kinabalu-Kuching

Akhir Februari 2020 lalu, saat wabah Covid-19 belum dinyatakan sebagai pandemi oleh WHO, saya sempat menjalani wisata akhir pekan di dua kota Malaysia yang terletak di pulau Kalimantan, Kota Kinabalu, ibukota negara bagian Sabah dan Kuching, ibukota negara bagian Sarawak.

Saat tiba di bandara Kota Kinabalu, Sabtu siang 22 Februari, saya menumpang taksi Grab dari bandara. Perjalanan dari bandara KK menuju Shangri-La hote di pusat Kota Kinabalu, hanya memakan waktu sekitar 15 menit. Sepanjang perjalanan, pengemudi grab mengeluhkan kondisi pariwisata yang lesu akibat wabah Corona. Menurut cerita dia, penghasilan dari menarik Grab turun hingga separuhnya, karena tak banyak orang bepergian.

Hotel Shangri-La Kota Kinabalu bukan merupakan hotel bintang 5, ini adalah hotel lokal bintang 3, hotel yang cukup tua namun lokasinya strategis di pusat kota. Dari hotel ini kita bisa berjalan kaki ke berbagai landmark dan tempat menarik di Kota Kinabalu.

Atkinson clock tower berjarak sekitar 600 meter dari hotel. Jam yang terletak diatas bukit kecil ini tidak terlalu istimewa sebenarnya, tinggi menara mungkin hanya sekitar 10 meter, menara jam ini dibangun pada tahun 1905 sebagai petunjuk waktu bagi warga kota. Tak jauh dari Atkimson tower terdapat Padang Merdeka, alun-alun Kota Kinabalu yang biasa digunakan untuk lapangan upacara kenegaraan dan kesultanan.

Kota Kinabalu city park tercatat sebagai salah satu obyek dalam panduan wisata Kota Kinabalu, namun tidak ada yang istimewa dari taman yang tidak terlalu luas ini, selain dari lokasinya yang tepat di pusat kota dan dikelilingi kantor-kantor pemerintahan. Saya lebih tertarik mengunjungi Handicraft Market, yang juga dikenal sebagai Filipino Market. Psaar ini menjual berbagai perhiasan, batu-batu permata, souvenir dan beragam pakaian. Lorong-lorong dalam pasar ini sangat sempit membuat pengunjung seringkali harus mepet ke kios jika berpapasan dengan pengunjung lain.

Tidak jauh dari handicraft Market, ada pasar buah dan pasar ikan, yang terletak persis di pantai Kota Kinabalu. Pasar ini mulai ramai di sore hari sampai malam hari. Selain kios-kios pedagang hasil laut segar, juga banyak tempat makan dimana pengunjung bisa memilih sendiri hasil laut yang diinginkan, dan minta dimasak dengan bumbu apa. Di pasar buah banyak terdapat durian merah Sabah dan buah Tarap, buah seperti nangka namun buah isinya berwarna putih.

Puas berkeliling pasar ikan dan pasar buah, saya melanjutkan perjalanan ke arah waterfront, kawasan niaga modern di Kota Kinabalu. Di kawasan ini terdapat Oceanus Waterfront Mall, mall tiga lantai yang cukup besar, salah satu tenant nya adalah Hard Rock Cafe Kota Kinabalu. Ini adalah satu-satunya HRC di pulau Kalimantan, satu dari 4 HRC yang ada di Malaysia. Saya disana belanja raglan shirt dan fridge magnet. Selesai keliling kota, saya kembali ke hotel untuk beristirahat.

Minggu pagi, 23 Februari saya sarapan di restoran roti jala dekat hotel, enak juga maka roti jala dengan kari ayam, ditemani teh tarik panas. Sekitar jam 9 saya checkout dari hotel, menuju bandara, melanjutkan perjalan ke Kuching, Serawak. Penerbangan Konta Kinabalu-Kuching memakan waktu sekitar 1 jam 30 menit. Tiba di Kuching, saya menumpang Grab menuju Astana negeri Serawak, kawasan istana sultan Serawak. Namun sayang, pengunjung tidak boleh masuk kawasan istana, hanya boleh mengambil foto dari luar saja.

Tak jauh dari Astana Negeri Serawak, terdapat bangunan Dewan Undangan Negeri, bangunan function hall kerajaan dengan atapnya yang berwarna kuning keemasan, merupakan landmark utama kota Kuching. Di depan Dewan Undangan Negeri ini terdapat jembatan Darul Hana. Jembatan khusus untuk pejalan kaki ini menghubungkan sisi utara kota Kuching dengan sisi selatan, yang dibelah sungai Serawak.



Jika kita menyebrangi jembatan ini, kita akan tiba di kawasan Waterfront Esplanade, kawasan pejalan kaki yang asri, dengan banyak taman dan bangku istirahat. Di kawasan ini juga banyak terdapat restoran dan cafe, asik duduk-duduk sambil ngopi disini melihat pemandangan sungai Serawak yang cukup lebar.

Kota Kuching sendiri diberi nama dari hewan Kucing. Tidak heran jika di berbagai sudut kota terdapat banyak patung kucing dalam berbagai ukuran. Hewan kucing menjadi simbol kota ini. Berbagai monumen kucing di sudut-sudut kota ini menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan untuk berfoto dengan patung-patung kucing ini. Malam hari, saya makan malam di McDonalds Kuching dengan menu nasi lemak ayam.. 😀 Menu lokal McD yang mungkin tidak ada di negara lain.

Tinggalkan komentar