Berkelana Pada Masa Corona

Sejak merebaknya wabah virus Corona di Wuhan, China, awal Januari 2020 lalu, dunia dibuat geger. Kepanikan warga dunia diperparah dengan beredarnya berbagai foto dan video hoax yang dibuat orang tak bertanggung jawab, yang beredar luas di media sosial, menggambarkan orang-orang bergelimpangan di jalanan, orang yang tiba-tiba ambruk. Padahal yang dibagikan itu adalah foto simulasi, potongan film layar lebar atau kejadian lain yang tidak ada hubungannya dengan virus Corona. Umumnya pasien yang tertular menunjukan gejala ringan, kurang dari 15% menunjukkan gejala sakit sedang atau berat, tidak tiba-tiba kolaps seperti di video hoax yang beredar.

Corona Virus, yang kemudian dinamakan Covid 19, kemudian meluas ke luar wilayah China, dengan cepat menginfeksi banyak warga di negara Asia lainnya, sampai ke Eropa, Amerika, Australia dan Afrika. Saat wabah Corona mulai mereda di China di awal Maret 2020, beberapa negara lain malah mengalami outbreak yang penyebarannya sangat cepat, seperti di Iran, Italia dan Korea Selatan. Pertengahan Maret 2020 outbreak terjadi juga di Spanyol, Jerman dan Perancis yang dalam waktu singkat mencatat ribuan kasus baru.

Per tanggal 17 Maret 2020, telah terdeteksi 182,716 kasus infeksi Covid-19 di 162 negara. Terbanyak di China dengan 80.881 kasus. Korban meninggal dunia tercatat 7.173 jiwa, di China saja 3.226 korban jiwa. Yang sudah dinyatakan sembuh 79.883 pasien, 68.690 nya di China. Dari statistik ini terlihat China telah melewati masa puncak penyebaran virus, dan mayoritas pasien covid-19 di China telah sembuh. Namun diluar China, penyebaran virus masih terjadi secara masif.

Banyak negara kemudian melakukan langkah-langkah pencegahan penyebaran, ada yang melakukan nation-wide lockdown seperti Italy dan Spain. Ada yang melakukan pembatasan pergerakan warga seperti Perancis, Swiss dan Malaysia. Ada yang melakukan regional lockdown seperti China, Vietnam dan Philippines. Ada yang mewajibkan pendatang dikarantina selama 14 hari seperti Singapura, Australia, New Zealand. Ada juga yang tanpa lockdown seperti Korea Selatan, Jepang dan USA. Per 16 Maret 2020, pemerintah Indonesia memilih opsi tidak melakukan lockdown, namun meminta masyarakat lebih banyak beraktivitas di rumah untuk mengurangi resiko penyebaran (social distancing). Sebagian instansi pemerintah, BUMN dan swasta juga merotasi sebagian pegawai bekerja dari rumah.

Penyebaran covid-19 ini sangat mempengaruhi dunia usaha secara global. Salah satu industri yang paling terpukul adalah industri wisata. Banyaknya larangan terbang dari dan ke wilayah tertentu, kebijakan menolak pengunjung dari negara tertentu, penutupan tempat wisata dan ketakutan tertular penyakit juga membuat banyak orang membatalkan rencana perjalanannya.

Sebelum maraknya larangan atau imbauan tidak bepergian ke suatu wilayah, saya melakukan perjalanan dinas ke beberapa kota, antara lain ke Kuala Lumpur (22-24 Februari 2020), Bangkok (26-28 Februari 2020) dan Bali (2-4 Maret 2020). Saat saya berkunjung ke Kuala Lumpur dan Bangkok, pada saat itu sudah ada kasus covid-19 di kedua negara, namun di Indonesia belum ada.

Saat saya tiba di bandara KL pada 22 Februari, tidak ada pemeriksaan suhu badan ataupun pengisian form kesehatan. Aktivitas warga kota juga terlihat seperti biasa, tidak banyak orang memakai masker. Begitupula saat saya tiba di Bangkok 26 Februari, hanya ada pengisian form kesehatan, namun tidak ada pengecekan suhu tubuh. Sementara saat tiba kembali di bandara Soekarno-Hatta pada 24 dan 28 Februari, saya harus mengisi form kesehatan dan diperiksa suhu tubuh.

Saat saya ke Bali pada 2 Maret malam, siang harinya pemerintah mengumumkan kasus pertama covid-19 di Indonesia. Ketika saya berangkat malam harinya, suasana di bandara Soekarno-Hatta sangat sepi. Pesawat hanya terisi sekitar 27 orang dari kapasitas 160 penumpang. Saat tiba di Bali pun bandara terlihat sepi. Selama 2 hari di Bali saya berdiskusi dengan warga lokal, umumnya warga mengeluhkan sepinya wisatawan di Bali sejak beberapa pekan terakhir. Dari pengamatan saya saat itu, tidak banyak warga mengenakan masker, dan warga lokal masih beraktivitas seperti biasa.

Dalam 2 minggu, situasi Indonesia berubah cepat, dari 2 kasus pada tanggal 2 Maret, telah menjadi 134 kasus pada 16 Maret. Sejak imbauan bekerja dari rumah disampaikan pada Jumat tanggal 13 Maret dan instruksi belajar di rumah bagi pelajar dan mahasiswa, serta ditutupnya tempat-tempat wisata, aktivitas dan pergerakan warga terlihat berkurang drastis. Jalanan dan shopping mall terlihat sepi. Jam operasi shopping mall dan angkutan umum juga dikurangi. Sebagian rapat-rapat diganti dengan video atau conference call.

Pada 11 Maret 2020, WHO menyatakan bahwa Covid-19 sudah merupakan pandemi di dunia. Banyak pakar kesehatan yang memperkirakan penyebaran virus ini baru dapat terkontrol sekitar bulan Juli-Agustus, puncak penyebaran diluar China diperkirakan akan terjadi di bulan April-Mei. Semoga penyebaran virus ini segera dapat terkendali.

Setiap individu dapat berperan dalam membatasi penyebaran virus ini dengan beraktivitas dari rumah masing-masing, mengurangi interaksi sosial dan tidak keluar rumah jika tidak perlu. Jaga kesehatan dengan makanan sehat, cukup istirahat dan selalu menjalankan tips-tips kesehatan yang sudah banyak disosialisasikan. Segera ke dokter jika mengalami gejala-gejala terkena corona. Jika terpaksa harus bepergian, pastikan anda menjaga diri semaksimal mungkin dari resiko penularan, dan yang penting, juga menjaga keluarga anda dirumah dari resiko penularan setelah anda kembali dari bepergian dengan memeriksakan kesehatan anda. Be responsible!

Tinggalkan komentar