Dari kota Medellin, saya melanjutkan perjalanan ke ibukota Colombia, Bogota. Penerbangan dari Medellin ke Bogota ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam. Jam 5 sore saya tiba di bandara El Dorado. Keluar bandara, saya ingin mencoba sistem Bus Rapid Transit Bogota, Transmilenio. Kota Jakarta berhutang budi pada Bogota. Sistem transportasi bus TransJakarta yang ada saat ini, merupakan adaptasi dari Sistem BRT Transmilenio yang pertama kali hadir di Bogota, ibukota Colombia.

Dari bandara, kita bisa naik feeder BRT, gratis, ke stasiun BRT El Dorado. Naik feeder ini sekitar 10 menit sampai ke stasiun BRT El Dorado. Sampai di stasiun, saya membeli kartu perdana BRT seharga 5.000 peso (sekitar Rp 21.000) dan tarif sekali jalan 2.400 peso (sekitar Rp 10.000) . Saat ini di Bogota terdapat 12 koridor Transmilenio, plus 4 koridor penghubung. Kebetulan hotel tempat saya menginap, Ibis Museo, cukup sekali naik Transmilenio, melewati 10 stasiun, dengan waktu tempuh sekitar 30 menit.

Sepanjang jalan saya perhatikan, Transmilenio ada yang dilayani bus gandeng 3. Di jalan yang lebar, jalur Transmilenio ini ada yang menggunakan 2 jalur. Selain halte2 khusus Transmilenio dimana penumpang bisa pindah bus tanpa harus tap kartu lagi, beberapa koridor Transmilenio juga melewati halte bus kecil di pinggir jalan, jadi kalau ganti bus di halte semacam ini, saat naik bus pengganti harus tap kartu lagi, alias bayar lagi.

Beda dengan bus Transjakarta, bus Transmilenio ini tidak ber AC. Iklim Bogota yang sejuk sepanjang tahun membuat perjalanan dengan Transmilenio tetap nyaman, meskipun di jam sibuk yang penuh penumpang.

Sampai di halte BRT Museo, saya melihat-lihat sekeliling pusat kota Bogota. Kawasan Museo ini dinamakan demikian karena disini ada Museum Nasional Colombia, museum ini berisikan artefak sejarah nasional Colombia dari abad ke 16. Kawasan Museo juga dikelilingi gedung-gedung perkantoran dan distrik finansial.

Setelah berkeliling kawasan dengan jalan kaki, saya lalu check in di hotel ibis Museo. Sejenak berberes dan mandi, saya lalu mengontak teman saya warga Bogota. kamipun janjian untuk bertemu dan makan malam di Hard Rock Cafe Bogota. Jam 7 malam saya berangkat dari hotel, naik transmilenio dengan sekali ganti bus. Jam 7.30 malam saya sampai HRC Bogota, sambil menunggu teman saya datang, saya beli topi HRC Bogota di Rockshop.

Tak lama, teman saya Fernando tiba, dia bilang dia sudah makan di acara sebelumnya. Saya lalu pesan makan malam. Sambil makan, Fernando tanya ke saya, kenapa pilih makan disini? Saya bilang, ya udah tau makanannya, sekalian mau beli souvenir. Lalu dia bilang, elo harusnya makan di cafe dimana orang-orang lokal kumpul.. rame dan seru disana. Penasaran, akhirnya saya minta teman saya mengantar saya ke cafe yang dia maksud. Untungnya jaraknya tak jauh dari HRC Bogota. Bisa jalan kaki.

Saya diajak ke Andres DC cafe, cafe 4 lantai bernuansa eclectic, dengan interior berwarna warni penuh pajangan dan aksesoris, namun memiliki nuansa latin yang kuat. Di cafe ini ada live music lagu2 latin, dan ada rombongan musisi yang berkeliling dari meja ke meja. Jika ada yang ulang tahun atau ada pengunjung dari luar negeri, akan disambut dengan lagu dan tarian.

Turis asing seperti saya akan disematkan selempang, yang artinya kurang lebih.. senang anda hadir disini.. malam itu suasana cafe ramai, meja-meja terisi penuh, tapi temen saya bilang, kalau weekend tamu sampai berdiri diantara meja-meja. Uniknya, meski cafe dan bar ini begitu hingar-bingar dan banyak pengunjung yang minum dan mabuk-mabukan, berbagai ornamen religius juga banyak menghiasi dinding di cafe ini.. 😇


Kami ngobrol dan nongkrong di Andres DC sampai sekitar jam 12 malam, jam tutup cafe. Kebetulan besok paginya jam 5 saya juga sudah harus meninggalkan Bogota menuju Lima, Peru. Kunjungan saya ke Bogota memang pendek, tapi sangat berkesan, terutama dengan keramahan warga lokal terhadap turis.
