Cerita berlibur di kota Solo nampaknya tidak habis-habisnya untuk dibahas dimulai dari cerita aneka ragam kuliner, motif kain batik, bangunan keraton wangsa Mataram, masjid-masjid indah dan bersejarah hingga ikon teranyar pabrik gula yang bermetamorfosis menjadi tempat wisata dan kawasan komersial “De Tjolomadu”.

Hal lain yang merupakan salah satu daya tarik dan membuat penasaran adalah keberadaan jalur kereta api yang membelah kota Solo melintas di jalan utama yaitu jalan Brigjen Slamet Ryadi, berbeda dengan yang umum kita jumpai jalur lintasan kereta api biasanya terletak jauh dari keramaian.

Bukan sekedar pajangan belaka jalur kereta peninggalan jaman Belanda ini sampai sekarang masih aktif dilalui pada jam-jam tertentu. Saat melintas berjalan pelan berdampingan dengan mobil, sepeda motor, bis, aktifitas warga sangat unik. Inilah salah satu keunikan lain dari kota Solo.

Ada dua kereta yang melintasi jalur tersebut, pertama Kereta Api Uap Jaladara nama lainnya Sepur Klutuk Jaladara melayani rute pendek Stasiun Purwosari hingga Stasiun Solo. Kereta ini khusus melayani kelompok wisatawan. Yang lain trem Batara Kreshna (tahun 2011) memiliki rute berjadual dari Stasiun Purwosari – Stasiun Sukoharjo dan berakhir di Stasiun Wonogiri (37 kilometer).

Trem Batara Kresna atau lebih terkenal dengan sebutan bis rel Batara Kresna bukanlah satu satunya trem di Indonesia, sebelumnya di tahun 2009 telah beroperasi trem serupa di Sumatra Selatan yaitu trem Kertalaya trayek Kertapati-Palembang menuju Indralaya- Ogan Ilir. Nama Kertalaya merupakan gabungan dari Kertapati dan Indralaya, trem ini melayani kebutuhan pengangkutan mahasiswa Universitas Sriwijaya.

Di Negara lain fungsi trem berkembang pesat, kota Melbourne contohnya memiliki jaringan terdiri dari jalur ganda 250 kilometer, 493 trem, 24 rute dan 1.763 halte (Wikipedia 2017). Sistim trem kota Melbourne diklaim sebagai jaringan trem perkotaan terbesar di dunia.

Warna merah dan putih mendominasi trem Batara Kresna dalam sehari hanya beroperasi dua kali dari Solo ke Wonogiri, begitu pula sebaliknya. Batara Kresna memiliki laju kecepatan berkisar 30-40 kilometer/jam. Laju yang tidak terlalu kencang, cocok digunakan sebagai kereta wisata.

Dalam satu rangkain terdapat tiga gerbong dengan 26-28 kursi duduk, dengan harga tiket Rp. 4.000,- kereta ini cukup nyaman dengan adanya AC di dalamnya serta kebersihan yang dijaga. Pemandangan sepanjang perjalanan selain hamparan sawah, bukit bukit kecil dan hutan jati juga jika cukup beruntung penumpang dapat melihat burung bangau putih yang sedang bermain di sawah.

Usai naik trem bisa lanjut berwisata ke berbagai tempat wisata yang ada di Wonogiri misalnya ke Gunung Gandul atau dengan naik angkutan kota ke waduk Gajah Mungkur.

Naskah & Foto : Lutfi Djoko D (l.sriyono@gmail.com)