Kala Sang Surya Tak Tenggelam di Iceland

We come from the land of the ice and snow
From the midnight sun, where the hot springs flow..

Lagu ‘Immigrant Song’ dari band cadas Led Zeppelin banyak mengisi masa remaja saya di tahun 80an. Di jaman SMP-SMA dulu, informasi mengenai band rock relatif terbatas, saya tidak pernah tahu darimana inspirasi Led Zeppelin membuat lagu tersebut, saya hanya bisa menduga, lirik lagu ini tentang suatu negeri khayalan. Baru ditahun 90an saya membaca informasi bahwa lagu ini terinspirasi dari kunjungan Led Zeppelin saat konser di Iceland pada tahun 1970. Lirik pembuka lagu ini menceritakan tentang alam Iceland dengan salju abadinya, matahari yang tak pernah tenggelam di musim panas dan geyser yang menyemburkan air panas.

Setelah paham makna lirik lagu ini, saya berharap suatu saat bisa berkunjung ke Iceland. Beberapa kali saya berkunjung ke Eropa, rencana berkunjung ke Iceland belum juga terwujud, alasan utama adalah jarak Iceland yang relatif jauh dari negara-negara Eropa lainnya, dan hanya bisa dijangkau dengan pesawat dari Eropa daratan, dengan waktu terbang sekitar 3-4 jam. Alhasil, selama ini Iceland belum menjadi prioritas dalam bucket list negara yang ingin saya kunjungi.

Akhir Juni 2019, dalam kunjungan kerja ke beberapa kota di Eropa, saya berkunjung ke Copenhagen, Denmark dan kota tujuan meeting selanjutnya adalah Geneva, Switzerland. Seharusnya saya terbang dari Copenhagen menuju Geneva di hari Sabtu, menginap 2 malam di Geneva di akhir pekan, untuk selanjutnya menghadiri serangkaian rapat di hari Senin nya. Saat memesan tiket pesawat Copenhagen – Geneva dari Jakarta, diinformasikan bahwa hanya ada 1 direct flight per hari dengan maskapai SAS, namun saat coba dipesan, ternyata flightnya sudah fully booked.

Ada beberapa alternatif penerbangan dengan connecting flight, antara lain dengan transit di Paris, Amsterdam, Frankfurt dan London. Setelah saya browsing-browsing, ternyata ada juga flight dengan connecting di Reykjavik, Iceland, dan ajaibnya, harga tiket dengan connecting flight di Reykjavik, ternyata lebih murah dari penerbangan yang transit di kota lainnya, meskipun jarak terbangnya paling jauh. Suatu kebetulan yang menyenangkan.. 😀 Reservasi hotel di Geneva saya batalkan dan diganti dengan memesan hotel di Keflavik, kota kecil dimana bandara terdekat dari ibukota Iceland, Reykjavik, berada.

Sayapun memesan tiket maskapai Icelandair rute Copenhagen-Reykjavik-Geneva, dengan jadwal flight Copenhagen-Reykjavik jam 3 sore di hari Sabtu, dan Reykjavik-Geneva jam 6 pagi di hari Senin. Ini berarti saya punya waktu 2 malam di Iceland, dengan total waktu transit di Iceland sekitar 36 jam saja. Setelah saya browsing informasi, waktu yang relatif singkat tersebut ternyata sangat cukup untuk mengunjungi beberapa obyek wisata utama di Iceland, apalagi jika kita menyewa mobil, bisa jalan santai mengunjungi tempat-tempat wisata di Iceland.

Sabtu 29 Juni 2019, sekitar jam 5.30 sore saya tiba di bandara Keflavik, Iceland. Saya memesan akomodasi di Base hotel, tidak jauh dari bandara. Tiba di hotel, saya cek transportasi umum untuk menuju Reykjavik, ternyata public bus disini intervalnya cukup lama, sekitar 2 jam sekali baru ada public bus, padahal sore dan malam ini, selain berkunjung ke Reykjavik, saya juga merencanakan untuk ke Blue Lagoon. Akhirnya saya memutuskan untuk sewa mobil dari bandara, yang saya pesan melalui website carrentals.com. Saya mendapatkan mobil Toyota Yaris dari Hertz, dengan sewa USD 61 per hari, rate yang cukup murah untuk sewa mobil di Iceland.

Setelah mengambil mobil di bandara, sekitar jam 7 malam saya berangkat dari bandara Keflavik menuju Reykjavik. Jaraknya sekitar 50 km, yang dapat ditempuh dalam waktu sekitar 45 menit. Tujuan saya adalah makan malam di Hard Rock Cafe Reykjavik, sekalian eksplorasi kawasan ibukota Iceland ini. Kota Reykjavik memiliki populasi sekitar 125,000 jiwa, sekitar sepertiga populasi Iceland. Jam 8 malam, saya tiba di kawasan city centre Reykjavik, sempat putar-putar sekitar 15 menit mencari parkir di kawasan yang ramai ini.

Saya lalu jalan kaki menuju Hard Rock Cafe, ritual pertama, beli kaos dan souvenir Hard Rock Cafe di Rockshop lantai dasar, baru kemudian makan malam di lantai 2. Menu pesanan kali ini Mac Cheese. Sambil makan, saya browsing tiket untuk ke Blue Lagoon. Sistem tiket masuk di Blue Lagoon dibuat per jam. Untuk sesi terakhir jam 23.00-24.00 ternyata harga tiketnya lebih murah 20% dari jam-jam lainnya, menjadi 7.990 ISK (sekitar Rp 920.000). Saya lalu memesan 1 tiket sesi terakhir secara online. Selesai makan malam, waktu baru menunjukkan sekitar jam 21.00, masih ada waktu untuk berjalan kaki di sekitar city centre Reykjavik ini, di malam minggu ini kawasan ini cukup ramai dengan pengunjung.

Sekitar jam 22.00 saya meninggalkan Reykjavik menuju Blue Lagoon. Blue Lagoon ini adalah geothermal spa terbesar di Iceland. Waktu tempuh dengan mobil sekitar 40 menit. Sebelum jam 23, saya sudah tiba di Blue Lagoon. Dari parkiran mobil menuju Reception, jalan kaki sekitar 400 meter, melewati lorong batu-batuan. Tiba di reception, saya menunjukkan pembelian tiket di hp saya, lalu diberikan wristband dan handuk. Setelah mandi di shower, saya menuju kolam. Blue lagoon ini luas sekali kolamnya. Kolam yang dibuat di mata air panas volkanik ini dasar dan dindingnya berwarna putih karena kandungan sulphur yang cukup tinggi. Sementara airnya berwarna kebiruan, dari sinilah asal nama Blue Lagoon.

Tiket sesi terakhir dapat digunakan untuk berendam sampai jam 00.30, jam tutup Blue Lagoon. Tiket masuk yang dibeli sudah termasuk 1 minuman seharga 1.000 ISK dan masker sulphur. Suhu air kolam sekitar 38 derajat, nyaman dan hangat ditengah udara Iceland saat itu yang sekitar 12 derajat. Kedalaman kolam bervariasi antara 60cm – 140cm. Sesi jam 23.00 – 00.00 ini masih cukup ramai dengan pengunjung. Yang menarik, di musim panas antara bulan Juni – Juli, matahari tidak pernah tenggelam di Iceland. Meskipun jam 12 malam, langit masih cukup terang, mungkin seperti suasana jam 5 sore di Indonesia. Kondisi alam yang unik ini sering disebut ‘White Nights’ atau ‘Midnight Sun’. Meskipun berendam di jam 12 malam, pengunjung masih bisa foto-foto dengan langit yang masih cukup terang.

Saya berendam di Blue Lagoon sekitar 1 jam, tak lupa mengambil jatah minuman, saya memilih fresh guava juice. Entah darimana mereka memperoleh buah jambu segar di ujung utara dunia ini.. 😀 Saya juga sempat mencoba luluran masker dengan sulphur putih. Sayang nggak ada yang warna hitam, kan bisa buat maskeran ala make-up KISS kalo ada.. 😀 Puas berendam, sekitar jam 00.15 saya keluar kolam, bilas dan checkout dari Blue Lagoon.

Diluar kawasan spa, ada kolam-kolam air panas kecil yang tidak dikelola oleh Blue Lagoon, mungkin yang gak mau bayar tiket masuk Blue Lagoon bisa berendam disini, kalo nggak malu.. 😀 Dari Blue Lagoon, saya kembali ke Base Hotel di Kevlafik, hampir jam 1 malam saya tiba di hotel dan langsung siap-siap tidur. Aneh juga rasanya bersiap tidur jam 1 malam, tapi cahaya matahari masih terlihat dibalik jendela 😀

Minggu 30 Juni 2019, saya bangun sekitar jam 6.30 pagi. Setelah mandi, sarapan dan berberes, saya meninggalkan hotel sekitar jam 8 pagi. Tujuan wisata hari ini adalah ‘The Golden Circle Route’. ini adalah rute melingkar yang dimulai dari pinggiran kota Reykjavik, dengan panjang rute sekitar 300km, melewati beberapa obyek wisata paling terkenal di Iceland, Þingvellir, Gullfoss dan Geysir dan Strokkur.

Setelah mengemudi selama sekitar 90 menit dari Keflavik, saya tiba di perhentian pertama, obyek wisata Þingvellir (dalam huruf latin ditulis Thingvellir). Kawasan ini merupakan taman nasional, dimana terdapat sebuah lembah yang terbelah (rift valley). Secara geologis, lembah ini merupakan perbatasan antara lempengan tektonik Eurasian dan lempengan tektonik Amerika Utara. Þingvellir juga merupakan situs sejarah penting bagi bangsa Iceland, karena di kawasan inilah pertama kali berlangsungya pertemuan wakil-wakil rakyat dari berbagai daerah di Iceland, yang menjadi cikal-bakal parlemen Iceland.

Di kawasan Þingvellir kita bisa melihat juga beberapa air terjun dan danau-danau kecil. Oh ya, untuk memasuki obyek wisata Þingvellir ini tidak dipungut biaya, namun mobil yang parkir dikenakan biaya parkir 750 ISK. Biaya parkir inipun tidak ditagihkan karena tidak ada gerbang masuk-keluar kawasan parkir, kita bayar sendiri di payment point di information centre. Jika saya tidak mampir ke information centre, mungkin tidak tahu kalau harus bayar parkir. Setelah makan siang di Þingvellir, saya meninggalkan kawasan ini sekitar jam 1 siang.

Saya melanjutkan perjalanan ke kawasan Haukadalur. Sekitar 1 jam dari Þingvellir, saya tiba di Haukadalur. Di kawasan ini anda bisa melihat fenomena alam geyser, semburan air panas volkanik yang menyembur setiap beberapa menit sekali. Jika di negara-negara lain anda pernah mendengar obyek wisata geyser terkenal, seperti misalnya TePua geyser di Rotorua, New Zealand, ataupun Steamboat geyser di Yellowstone Park, Amerika, penamaan fenomena semburan air panas sebagai geyser, berasal dari nama Geysir di Iceland ini.

Geysir yang aslinya (The Great Geysir), sudah lama tidak aktif karena saluran airnya tertutup oleh beberapa kali gempa bumi di wilayah ini. Namun di sekitar lokasi Geysir, muncul beberapa geyser lain yang cukup aktif. Saat ini geyser paling aktif adalah Strokkur geyser, yang mengalami erupsi setiap 5-10 menit sekali. Semburan erupsi Strokkur geyser bisa mencapai ketinggian 30 meter. Tidak setinggi The Great Geysir yang saat aktif di tahun 1800an sampai awal 1900an, bisa mencapai ketinggian 170 meter semburannya.

Tujuan berikutnya adalah Gullfoss. Tempat ini merupakan lokasi air terjun terbesar di Iceland. Air terjun Gullfoss memiliki keunikan karena air terjunnya terdiri dari 2 tingkat. Air terjun yang di tingkat bawah menghadap ke tebing sempit di depannya, debit air terjun yang deras dan uap air yang menghantam tebing di hadapannya membuat kesan ada dua air terjun yang berhadap-hadapan.

Selain melihat air terjun dari sisi tengah diantara dua tingkat air terjun, ada juga rute untuk melihat air terjun dari sisi atas, jalannya agak memutar dan cukup jauh, tapi pemandangan air terjun Gulfoss dari sisi atas ini tidak seindah dari sisi tengah. Untuk mengunjungi Gullfoss ini wisatawan tidak dipungut tiket masuk. Parkir mobilpun gratis disini. Di depan kawasan wisata Gullfoss ada souvenir shop dan restoran yang cukup besar. Tempat ini juga menjadi titik kumpul bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke glacier abadi dengan kendaraan snowmobile, waktu tempuhnya sekitar 1 jam dari Gullfoss.

Selain tiga obyek wisata utama diatas, The Golden Circle route juga memiliki beberapa lokasi pemandangan alam yang cantik. Banyak danau-danau kecil sepanjang jalan yang pemandangannya ciamik, beberapa dilengkapi dengan meja piknik untuk wisatawan yang ingin beristirahat. Beberapa danau yang dilewati di rute ini antara lain Leirvogsvatn, Thingvallavatn, Laugarvatn dan Apavatn. Sebetulnya ada satu lagi air terjun yang cukup popular di rute ini, Selfoss, namun karena rutenya di sisi selatan the Golden Circle, saya tidak berkunjung kesana.

Kelar menjalani obyek wisata wajib di Golden Circle route, saya menuju ke Reykjavik untuk eksplorasi obyek wisata kota. Sekitar jam 7 malam, saya mampir ke Iceland Islamic Centre, masjid terbesar dari 3 masjid yang ada di seluruh Iceland. Setelah shalat dzuhur dan ashar, saya disapa oleh pengurus masjid, yang mungkin melihat saya bukan jamaah reguler disana. Imam masjid ini berasal dari Maroko, pengurus lainnya ada yang dari Mesir dan Pakistan. Setelah saya sampaikan bahwa saya turis asal Indonesia, mereka menjamu saya minum teh dan kue kecil di teras masjid. Menyenangkan berkenalan dengan saudara-saudara baru saya di Iceland ini.

Kemudian saya menuju Perlan, gedung museum Iceland dan juga restoran dengan kubah kaca berwarna biru, bentuknya terinspirasi dari rumah es Igloo. Saya foto-foto aja disini, gak masuk museum karena masih ingin mengunjungi beberapa tempat lagi. Selanjutnya saya menuju Hallgrimskikja, gereja terbesar di Reykjavik, dengan bentuknya yang futuristik seperti roket. Gereja ini dibangun selama 41 tahun, mulai dari tahun 1945 sampai rampung di tahun 1986. Dengan tinggi menara sekitar 75 meter, gereja ini juga menjadi salah satu bangunan tertinggi di Iceland. Bisa dibilang, Hallgrimskikja adalah landmark paling terkenal di Reykjavik.

Di depan gereja ini ada restoran lokal, yang menyajikan menu tradisional Iceland. Saya termasuk orang yang selalu ingin mencoba kuliner lokal, masuklah saya ke Cafe Loki tersebut. Yang punya restoran ini adiknya Thor, son of Odin.. 😀 Sekitar jam 8.30 malam ini restoran cukup ramai.

Saya mencoba menu yang diberi tanda recommended, semacam pie berisi ikan salmon asap, dengan sayur-sayuran. Setelah pesanan saya datang, ternyata menu ini disajikan dingin, meski rasanya enak, tapi agak aneh rasanya makan malam dengan main course dingin 😀 Selesai makan malam, saya berjalan kaki mengelilingi kawasan Lokastigur ini. Banyak rumah-rumah di kawasan ini dinding luarnya di cat berwarna-warni.

Sebelum kembali ke Kevlafik, saya mampir ke Danau Tjomin di pusat kota, tak jauh dari Hard Rock Cafe Reykjavik. Setelah foto-foto di danau, saya mampir lagi ke Hard Rock Cafe untuk membeli oleh-oleh. Kemudian saya berjalan kaki menuju monumen Sun Voyager, di pantai Saebraut, Reykjavik. Monumen berbentuk kerangka kapal dari bahan stainles steel. Monumen ini menggambarkan semangat para leluhur viking Iceland yang berani mengarungi sanudera untuk menemukan teritori baru.

Spirit bangsa viking Iceland yang tertulis di informasi monumen ini juga ditangkap Led Zeppelin dalam lirik lagu ‘Immigrant Song’

The hammer of the gods
We’ll drive our ships to new lands
To fight the horde, and sing and cry
Valhalla, I am coming!

Sekitar jam 11 malam saya kembali ke Base hotel di Keflavik. Tiba di hotel sudah jam 12 malam, saya berkemas dan istirahat. Jam 4 paginya saya sudah harus ke bandara karena flight berikutnya menuju Geneva berangkat jam 6 pagi. Selama 36 jam di Iceland, begitu banyak obyek wisata dan landmark yang bisa saya lihat.. ice and snow, midnight sun, hot springs.. Saat pesawat meninggalkan bandara Kevlafik, dari atas terlihat hamparan hijau Iceland yang luas.. mental jukebox saya kembali memutar lagu ‘Immigrant Song’..

We come from the land of the ice and snow
From the midnight sun where the hot springs flow..
How soft your fields so green
..

4 Comments Add yours

  1. Agung berkata:

    Blog yg luar biasa..saya senang membaca tulisan anda,saya punya mimpi jg pengen ke Eropa(terinspirasi liat gambar pedesaan eropa)..moga kesampaian,amin..boleh ga pak saya nanya sesuatu yg agak pribadi?(moga bapak mau menjawab),pekerjaan bapak apa sih kok bisa keliling dunia?

    Suka

    1. Halo Agung..
      Terima.kasih sudah mampir di pakansi.com

      Saya bekerja di perusahaan sekuritas, kadang saya ditugaskan menemui investor di LN yang mau investasi saham ataupun obligasi di Indonesia.

      Suka

  2. Dini. berkata:

    Salaam,
    Bersyukur sekali bapak bisa dan sering berkeliling dunia. Semoga saya bisa mengunjungi Iceland, impian saya
    Boleh saya menanyakan hal yang sedikit pribadi. Bisa ke mana saya kirim pertanyaan saya bapak?
    Terima kasih jika berkenan merespon.

    Wasalam

    Suka

    1. Halo dini..
      Bisa gunakan menu Kontak di pojok atas. Atau ke email saya nelwin.aldriansyah@gmail.com

      Suka

Tinggalkan komentar