Jepang memang pandai mengemas obyek wisata. Beberapa tempat wisata terkenal di Jepang, sebetulnya lokasi dan tempatnya bisa dianggap biasa saja. Namun karena di kemas dan dipromosikan sedemikian rupa dengan foto-foto yang menawan, banyak orang yang kemudian tertarik untuk mendatangi tempat-tempat yang sebetulnya biasa saja tersebut.. 😀
Salah satu lokasi wisata terkenal, yang menurut saya sebetulnya tidak istimewa adalah kawasan hutan bambu Arashiyama. Entah kenapa kawasan ini begitu populer dan menarik ribuan wisatawan berkunjung kesana setiap harinya. Kenapa saya berani-beraninya menganggap obyek wisata ini biasa saja..?
Pertama, lokasinya kecil saja, lebih tepat disebut kebun bambu daripada hutan bambu. Kedua, di Indonesia banyak kawasan hutan bambu yang lebih luas dan lansekapnya lebih menarik dari Arashiyama, hanya saja tidak dikelola dengan profesional. Tapi ya berhubung saya diajak kesana, saya kemudian mencoba mengeksplorasi kawasan ini.
Di kawasan utama, terdapat sebuah kuil yang dipercaya sebagai kuil cinta (Nonomiya Shrine). Mereka yang jomblo atau menghadapai masalah percintaan, bisa berdoa di kuil ini dan menempelkan doa-doa mereka di beberapa tempat yang disediakan. Di depan kuil ini ada kios yang menjual papan kayu kecil untuk menuliskan doa untuk di tempel di beberapa lokasi di kawasan kuil.
Salah satu sudut menarik di dalam Nonomiya Shrine ini adalah taman lumut. Sehamparan tanah di sudut kuil ini ditanami vegetasi lumut yang terawat baik, mirip hamparan karpet tebal berwarna hijau.
Di sekitar kuil ini di kelilingi beberapa cluster kebun bambu yang rimbun dan menjulang tinggi, membuat kawasan ini terasa adem dan sejuk. Sayangnya saat saya berkunjung di kawasan ini hari sudah siang. Konon di pagi hari, cahaya matahari yang menembus celah-celah rerumpunan bambu akan membuat kawasan ini banyak memiliki spot foto yang cantik dengan Ray Of Light (dikenal dengan ROL bagi penggemar fotografi).
Sepertinya faktor ROL inilah yang banyak dicari pengunjung, agar dapat membuat foto yang memberi kesan dramatis dan instagrammable. Mungkin karena saya datang di siang hari dan tidak mengalami suasana ROL, membuat saya tidak terlalu terkesan dengan kawasan hutan bambu Arashiyama.
Tidak jauh dari kawasan kuil, ada perlintasan rel kereta api, sayapun melangkahkan kaki ke arah sana sekaligus mengeksplorasi kawasan sekitar. Rupanya, di belakang kawasan Arashiyama ini ada kawasan perumahan penduduk yang cukup besar, dan ada beberapa kuil di sekitar kawasan ini. Berjalan kaki selama sekitar 30 menit sudah cukup untuk melihat kawasan pemukiman disini. Beberapa rumah bergaya tradisional juga difungsikan sebagai guest house.
Jika anda malas berjalan kaki mengelilingi kawasan Arashiyama, anda dapat menyewa becak yang ditarik oleh pemuda yang mengenakan pakaian tradisional Jepang. Tapi ongkosnya cukup mahal, sekitar 7.000 Yen untuk 30 menit, atau sekitar Rp 850 ribu. Itu tarif per orang lho.. kalau anda berdua, ya tinggal dikali dua tarifnya.. gimana.. Mau jalan kaki aja atau sewa becak..? 😉