Awal bulan April 2018, suatu pagi yang cerah di Jakarta namun padat kendaraan bermotor berseliweran ke segala penjuru arah. Bergaya seolah “goweser sejati” padat dengan pengalaman bersepeda melanglang ke delapan penjuru arah mata angin sambil menggotong sepeda lipat (seli), saya melangkah pasti ke Setasiun Kereta Api Pasar Senen disana telah menunggu goweser sejati seorang sahabat semenjak di bangku SMA. Tujuan perjalanan kali ini yakni Situs Trowulan – Mojokerto Jawa Timur.
Mengapa Trowulan ? Situs Trowulan adalah kawasan kepurbakalaan dari periode klasik sejarah Indonesia, diduga kuat situs ini berhubungan dengan Kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit dianggap sebagai kerajaan terbesar dalam sejarah Indonesia berdiri sekitar tahun 1293 hingga 1500 M, pendiri kerajaan Raden Wijaya dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana (1293-1309 M). Kekuasaan kerajaan terbentang dari Jawa, Sumatera, Semenanjung Malaya, Kalimantan hingga Indonesia Timur dan sesuai data Wikipedia di Trowulanlah berdirinya struktur struktur besar (candi, makam dan kolam) mencakup wilayah 5 Km x 5 Km. Namun demikian, temuan temuan yang terpendam berada di luar kawasan yang lebih luas dengan ukuran 11 Km x 9 Km hingga mencakup pula wilayah Timur Kabupaten Jombang. Situs Trowulan telah didaftarkan untuk menjadi situs warisan dunia UNESCO sejak tahun 2009 lalu.
Tidak semua Situs Trowulan dapat kami jelajahi, seharian berkeliling hanya beberapa situs yang terjangkau karena situs situs di Trowulan ini letaknya tersebar. Kunjungan diawali ke PIM (Pengelolaan Informasi Majapahit) yang didirikan Bupati Mojokerto RAA Kromodjojo Adinegoro dan seorang arsitek berbangsa Belanda Ir. Henry Maclaine Pont (1924). PIM berbentuk bangunan museum ada beberapa ruang pamer, yang istimewa ruang pamer Islam, membuktikan penyebaran agama Islam pada masa Majapahit yang beragama Hindu-Budha. Di samping bangunan utama museum , ada juga museum terbuka disitu ditemui Situs Pemukiman Segaran situs pola tata ruang pemukiman masa Kerajaan Majapahit.
1. Gapura Wringin Lawang
Gapura ini adalah gapura utama untuk masuk kompleks Majapahit gapura terbuat dari bahan bata merah. Dalam bahasa Jawa “wringin lawang” berarti pintu beringin. Informasi yang di dapat bahwa gerbang ini lazim disebut bergaya candi bentar atau tipe gerbang terbelah.
2. Gapura Bajang Ratu
Gapura Bajang Ratu atau juga dikenal dengan nama Candi Bajang Ratu merupakan situs yang cukup populer sebagai spot berfoto ria. Menurut catatan Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala Mojokerto, gapura ini berfungsi sebagai pintu masuk bagi bangunan suci untuk memperingati meninggalnya Raja Jayanegara.
3. Kolam Segaran
Lokasi Segaran tidak jauh dari PIM kolam Segaran merupakan kolam kuno terbesar yang ditemukan di Indonesia, peneliti berpendapat kolam seluas 6,5 hektar itu untuk irigasi sawah tapi ada cerita lain disampaikan pemandu kami. Pemandu bercerita kolam digunakan untuk menjamu para tamu dari negeri asing. Para tamu setelah makan dengan peralatan makan dari emas, kemudian langsung melemparkannya ke kolam untuk memberi kesan Majapahit adalah kerajaan yang kaya raya. Tapi setelah pesta usai peralatan makannya diangkut dengan memasang jaring di bagian bawah kolam ungkap pemandu.
4. Candi Tikus
Sebutan Candi Tikus berawal dari penemuan di tahun 1914 dengan adanya laporan wabah tikus yang bersarang disebuah gundukan. Ketika gundukan dibongkar ternyata di dalamnya terdapat candi yang kemudian disebut Candi Tikus. Ada dua pendapat fungsi dari Candi Tikus, yang pertama menyebutkan fungsi candi sebagai tempat mandi keluarga raja sedang yang lain berpedapat fungsi candi sebagai tempat penampungan dan penyaluran air keperluan masyarakat.
5. Candi Kedaton
Melewati Pendopo Agung tempat Mahapatih Gajahmada mengucapkan Sumpah Palapa yang terkenal itu, kami menuju tiga situs berdekatan. Situs Candi Kedaton dan Sumur Upas, Situs Umpak Sentonorejo (bekas pondasi bangunan) serta Situs Lantai Segi Enam (susunan unik lantai kuno).
Situs Candi Kedaton dan Sumur Umpas merupakan dua situs yang berada dalam satu lokasi . Bangunan ini layaknya rumah yang memiliki banyak sekali kamar dan ruangan, menurut pemandu situs ini dipercaya di masa lalu merupakan tempat tinggal seseorang yang berpengaruh di masa itu. Situs Sumur Upas/sumur beracun berada di tengah tengah kompleks Situs Candi Kedaton. Selain airnya yang konon beracun, sumur ini dipercaya dahulunya memiliki sebuah terowongan yang tembus ke laut Selatan (Kidul).
6. Makam Tujuh Troloyo
Merupakan tujuh makam komunitas muslim Majapahit, mencerminkan toleransinya Majapahit terhadap agama Islam serta menunjukan penyebaran Islam telah sampai di pedalaman pulau Jawa.
Selain memiliki obyek wisata sejarah, Mojokerto tidak kalah dengan daerah lainnya dalam hal wisata alam dan wisata kuliner. Sebut saja wisata alam Pacet Hill dengan outdoor parknya dari situ kita bisa memandang kota Mojokerto di ketinggian. Bicara Wisata kuliner jangan ditanya lagi banyak yang bisa direkomendasikan mulai dari Rujak Cingur, Nasi Pecel yang terkenal nasi pecel Mbak Toety atau kerap disebut nasi pecel Setasiun buka di malam hari, atau bila lapar setelah mengelilingi Segara Trowulan bisa mampir dan makan di warung wader/ikan kecil Bu Tin dan masih banyak lagi.
Nah, kalau sudah begini mengapa tidak memasukan Trowulan dalam daftar wisata lokal Anda.
Naskah : Lutfi Sriyono (l.sriyono@gmail.com)
Foto : Lutfi Sriyono & R. Ali Lingga Murti