Sekitar jam 03.30 dini hari, 1 September 2017, telepon di kamar kami berdering. Wake up call service dari hotel, mengingatkan bagi yang ingin shalat Subuh di Masjidil Aqsa. Setelah mandi dan berberes, kami berjalan kaki menuju Masjidil Aqsa sekitar pukul 03.50, meskipun masih sangat pagi, tampak banyak orang berjalan kaki menuju Masjidil Aqsa. Sampai di masjid sekitar pukul 04.10, tak lama adzan subuh berkumandang. Saya masih mendapatkan shaf lumayan di depan, di shaf ke 6. Jarak antara adzan sampai shalat subuh berjamaah cukup lama, shalat subuh berjamaah baru dimulai sekitar pukul 04.40.
Selesai shalat subuh, mayoritas jamaah tetap tinggal di dalam masjid, sambil menunggu shalat Iedul Adha yang dilaksanakan pukul 07.00 pagi. Di dalam masjid jamaah bertakbir mengikuti bilal yang duduk di atas podium kecil di tengah masjid. Jika pada awal shalat subuh tadi masjid hanya terisi setengahnya, menjelang shalat Ied ruangan dalam masjidil Aqsa sudah dipenuhi jamaah. Oh ya, untuk shalat Ied maupun shalat jumat, Masjidil Aqsa hanya digunakan untuk jemaah pria, sedangkan jemaah wanita shalat nya di masjid Dome of The Rock. Sekilas saya lihat ke belakang, halaman luar masjidil Aqsa juga sudah dipenuhi jemaah yang akan shalat Ied.
Saat menunggu waktu shalat Ied ini saya ngobrol dengan jemaah di sebelah saya, warga Jerusalem, namanya Ayub. Dia bertanya saya dari mana, saat saya bilang dari Indonesia, dia merasa senang. Dia bilang, alhamdulillah sekarang Masjidil Aqsa di datangi banyak muslim dari seluruh dunia. Dulu, jangankan jemaah luar negeri, warga Jerusalem saja sering sulit shalat di Masjidil Aqsa. Listrik seringkali padam sehingga di dalam masjid sangat panas dan gelap, sehingga banyak yang memilih shalat di luar. Sekarang sudah nyaman dan aman katanya. Lalu saya tanya lagi, bukannya kemarin sempat ada kerusuhan sampai Masjidil Aqsa ditutup oleh militer Israel? Menurut Ayub, Masjidil Aqsa tidak pernah ditutup, yang ada pemeriksaan di perketat. Menurut Ayub, banyak media yang memberitakan Masjidil Aqsa tidak aman, agar orang takut berkunjung kesana. Sampaikan bahwa Masjidil Aqsa aman katanya, agar makin banyak umat islam yang berkunjung ke Masjidil Aqsa.
Saya lihat ke sekeliling masjid, memang pagi itu sangat banyak wajah-wajah melayu, India, Turki dan Afrika di masjid. Jika di perhatikan, warga muslim Jerusalem hampir tidak ada yang mengenakan baju gamis atau baju koko. Pakaian mereka biasa saja, kemeja lengan panjang (umumnya motif kotak-kotak) dan celana bahan chino. Hampir tidak ada yang memakai peci atau surban. Jika terlihat jemaah yang memakai baju gamis atau baju koko, umumnya itu adalah jamaah dari luar negeri. Perkiraan saya saat itu sekitar 30% jamaah shalat Ied adalah wisatawan luar negeri.
Sekitar pukul 7.00 pagi shalat Ied dimulai. Jamaah mengikuti shalat Ied dengan khidmat. Setelah shalat Ied, khatibnya naik ke mimbar di tengah masjid untuk menyampaikan khutbah ied dalam bahasa Arab. Ayub kemudian bertanya kepada saya, apakah saya bisa bahasa Arab, saya menggeleng. Dia bilang, bukannya Indonesia mayoritas muslim, apakah bahasa Arab tidak digunakan disana? Saya jawab, bahasa yang paling banyak digunakan bahasa Indonesia dan Inggris, bahasa Arab bukan bahasa resmi. Dia nanya lagi, tidak diajarkan di sekolah? saya bilang, di sekolah islam dan pesantren di ajarkan, tapi mayoritas belajar di sekolah umum yang tidak mengajarkan bahasa Arab. Lalu dia tanya lagi, jadi kamu tidak mengerti arti bacaan shalat? Saya jawab, untuk bacaan shalat, umumnya kita diajarkan tafsirnya, jadi ngerti sedikit-sedikit bahasa Arab. Dia kemudian berinisiatif menterjemahkan beberapa bagian khutbah Ied kepada saya dalam bahasa Inggris.
Setelah khutbah Ied selesai, saya keluar dari masjidil Aqsa. Saat di halaman luar masjidil Aqsa ini barulah saya sadar, betapa banyak jamaah yang shalat Ied di Masjidil Aqsa ini. Seluruh halaman masjid sampai ke area Masjid Dome of The Rock dipenuhi manusia.
Namun meskipun sebagian besar mereka shalat di halaman luar, tidak terlihat sampah alas koran seperti yang biasa kita lihat di Indonesia. Tadinya grup tour kami merencanakan foto bersama di tangga yang menjadi pembatas halaman masjidil Aqsa dan masjid Dome of The Rock, namun karena terlalu banyak orang, rencana tersebut akhirnya dibatalkan.
Saat kembali dari masjdil Aqsa menuju hotel melewati perkampungan warga di kawasan Old City, perjalanan harus ditempuh dengan sangat lambat, karena seluruh gang di kawasan pemukiman Old Town ini dipenuhi manusia. Jika biasanya hanya perlu waktu 15 menit berjalan kaki dari masjidil Aqsa ke hotel, pagi itu perlu waktu sekitar setengah jam.
Berbeda dengan suasana malam takbiran sebelumnya, pagi ini hampir seluruh toko yang ada di Jerusalem tutup. Rupanya disana saat Idul Adha, libur selama 3 hari, jadi para pemilik toko juga liburan bersama keluarga masing-masing. Satu hal yang juga saya perhatikan, di kawasan Masjidil Aqsa dan Old Town ini saya tidak melihat satupun lokasi pemotongan hewan Qurban. Saya tidak tahu dimana warga setempat melakukan pemotongan hewan Qurban.
Sampai di hotel sekitar jam 8 pagi, kami sarapan di hotel dan selanjutnya bersiap-siap untuk melakukan wisata di sekitar Palestina dan Israel. Tujuan pertama adalah Masjid nabi Yunus di Hebron. Masjid ini berlokasi di bukit Yunus, utara Hebron. Di halaman masjid ini terdapat makam yang di yakini sebagai makam Nabi Yunus. Namun demikian, versi lain menyebutkan makam nabi Yunus terletak di kota Mosul, Iraq. Kami hanya sebentar saja berziarah di makam nabi Yunus ini.
Kemudian kami menuju masjid Nabi Ibrahim, di kawasan kota tua Hebron. Kompleks masjid nabi Ibrahim ini bagi warga Yahudi juga dikenal sebagai The Cave of The Patriarch, karena lokasi masjid ini yang dibangun di atas gua, dimana diyakini di gua tersebut terdapat makam nabi Ibrahim dan istrinya. Masjid nabi Ibrahim ini letaknya menempel dengan sinagog umat Yahudi, biasanya sinagog ini ditutup untuk selain umat Yahudi, namun karena hari ini adalah hari libur iedul Adha, pintu sinagog dibuka untuk umum. Untuk memasuki kawasan masjid Ibrahim ini harus melewati pemeriksaan paspor, dengan antrian terpisah antara pria dan wanita. Secara administratif, Hebron adalah wilaya dibawah otonomi Palestina, namun karena kawasan masjid nabi Ibrahim ini dianggap salah satu lokasi ziarah penting bagi umat Yahudi, Israel turut mengamankan kawasan ini.
Di kawasan masjid Ibrahim ini, jika kita masuk dari pintu masjid, akan dapat melihat cenotaph (makam kosong, memorial) nabi Ibrahim dan istrinya Sarah, Cenotaph ini dibuat di dua ruangan terpisah yang berada diluar ruangan utama masjid nabi Ibrahim.
Di dalam bangunan utama masjid, ada dua lagi cenotaph untuk nabi Ishaq istrinya Rebekah, namun menurut keterangan pemandu, makam sebenarnya nabi Ibrahim dan Sarah ada di gua di bawah masjid.
Dari salah satu tempat di dalam masjid, ada semacam kanopi kecil dengan lubang-lubang kaca, dari lubang itu kita bisa mengintip ke bawah, sekitar 15 meter di bawah tanah samar-samar terlihat gua, yang diterangi cahaya obor, dibawah sanalah makam yang sesungguhnya di yakini berada.
Setelah berziarah di masjid nabi Ibrahim, saya sempat masuk ke kawasan Sinagog yang hari itu dibuka untuk umum. Di dalam sinagog, juga ada dua cenotaph untuk nabi Yaqub dan istrinya Leah.
Dari kota Hebron, kami melanjutkan perjalanan ke kota Bethlehem, kota kelahiran nabi Isa A.S. Kami melewati gereja yang di bangun di tempat yang di yakini sebagai tempat kelahiran nabi Isa, Church of Nativity. Dari sana, sekitar jam 3 siang kami kemudian makan siang yang agak kesorean, di salah satu restoran di kota Bethlehem. Makanannya menu khas timur tengah, aneka daging panggang dan roti pita serta salad dan hummus. Jam 4 sore kami kemudian kembali ke Jerusalem untuk beristirahat. Malamnya, saya sempatkan kembali shalat Maghrib dan Isya di Masjidil Aqsa. Setelah shalat kami makan malam di hotel.
Tanggal 2 September subuh, saya kembali ke Masjidil Aqsa untuk shalat subuh, ini kesempatan terakhir untuk shalat di Masjidil Aqsa sebelum kami meninggalkan Palestina menuju Mesir. Subuh ini jamaah shalatnya jauh lebih sedikit dibanding sehari sebelumnya menjelang shalat Ied kemarin. Mungkin hanya sekitar 8 shaf yang terisi jamaah. Setelah shalat subuh, kami kembali ke hotel untuk sarapan, dan kemudian checkout dari hotel. Next destination, St, Catherine, Mesir. Namun sebelum menuju Mesir, kami mampir dulu di kota Jericho. Kota ini dikenal sebagai salah satu penghasil Kurma terbaik, kurma jenis Medjool yang ukurannya lebih besar dari kurma umumnya. Rombongan kami dibawa ke salah satu toko yang menjual Kurma Medjool yang buka di hari libur ini.
Dari Jericho, kami melanjutkan perjanalan sekitar 1 jam ke perbatasan Israel-mesir. Perjaanan menuju Mesir ini melewati kota resor pantai yang cantik di wilayah Israel, kota Eliat.
Sama seperti saat kami masuk Israel dari Jordan, bis yang kami gunakan hanya bisa beroperasi di wilayah Israel, kami di drop di imigrasi Israel dan mengambil bagasi masing-masing, lalu menuju imigrasi. Proses keluar Israel jauh lebih singkat dibanding proses masuknya, saat keluar Israel, kami mendapatkan exit card yang bentuknya mirip dengan visa masuk Israel.
Kemudian kami berjalan kaki masuk ke Imigrasi mesir di check point Taba. Disini paspor kami di kumpulkan oleh travel kami, kemudian masing-masing diberikan sticker ‘Visa on Arrival’ yang sebetulnya bukan VOA sungguhan, karena harus di proses sebelumnya oleh pihak travel. Saat masuk counter Imigrasi Mesir, merekapun sudah punya daftarnya siapa saja yang telah mendapatkan visa tersebut. Proses imigrasi mesir relatif cepat, setelah paspor kami di cap imigrasi, kami menuju bis yang di sediakan travel Mesir yang telah menunggu.
Semoga aku jg bisa menginjakkan kaki dan sholat di aqsa kak
SukaSuka
Aamiin YRA.. Insya Allah dikabulkan doanya.. 🙂
SukaSuka
Dari sekian postingan yg ada, postingan ini paling mengaduk emosi, terharu, kagum, sedih, skaligus iri (dalam arti positif) yang berujung pada doa semoga diberi kesempatan utk beribadah bersama keluarga di tempat ini juga.
Terima kasih atas pengalaman tak ternilainya ini, Mas. Sukses terus.
SukaSuka
Hi Mita..
terima kasih apresiasinya.. 🙂
semoga memberi inspirasi untuk bisa ke masjidil Aqsa.. 🙂
SukaSuka
Terimakasih atas postingan nya….sangat inspiratif
SukaSuka
Hi Evi..
Terima kasih apresiasinya.. 🙂
SukaSuka