Bagi umat Islam, ada tiga masjid yang sangat diutamakan untuk dikunjungi, sesuai sabda Rasulullah SAW: “Janganlah memaksakan (berusaha keras) mengadakan perjalanan kecuali pada tiga masjid, Masjidil Haram, Masjid Rasul saw, dan Masjid Al Aqsha” (Shahih Bukhari). Masjidil Haram dan Masjid Nabawi sudah saya kunjungi saat berhaji pada tahun 2009. Saat mendapat informasi ada paket tour rohani Jejak Para Nabi dengan agenda utama Shalat Iedul Adha di Masjidil Aqsa, saya dan istri segera mendaftar pada bulan Mei 2017 lalu. Selain shalat Ied di Masjidil Aqsa, paket tour yang kami ikuti juga mengunjungi tempat-tempat penting dalam sejarah Islam yang berlokasi di Jordan, Palestina, Israel dan Mesir.
Jika biasanya saya lebih suka melakukan wisata independen, kali ini saya berwisata dengan mengikuti paket tour. Dalam pikiran saya, akan jauh lebih mudah mendapatkan visa Israel jika kita ikut paket tour dibanding mengurus sendiri, mengingat Indonesia dan Israel tidak memiiki hubungan diplomatik. Saat mendaftar, travelnya mengingatkan bahwa tidak ada jaminan akan memperoleh visa Israel, karena pihak Israel sangat ketat dalam mengeluarkan visa dan hal tersebut diluar kendali dari travel. Proses pengajuan visa Israel pun dilakukan oleh agen mereka yang berada di Jordan.
Sekitar akhir Juli 2017, muncul berita insiden konflik antara warga Palestina dan tentara Israel yang menewaskan beberapa orang di kawasan Masjidil Aqsa. Akibat insiden ini, kawasan masjidil Aqsa sempat di tutup untuk umum, warga Palestina terpaksa melakukan ibadah shalat di luar masjid. Mengingat jadwal keberangkatan kami ke Masjidil Aqsa di akhir bulan Agustus 2017, sempat terbersit kekhawatiran, insiden ini akan membuat pihak Israel akan menutup akses bagi wisatawan asing. Apalagi saat itu visa rombongan kami belum di proses di Jordan.
Akhirnya, pada minggu ketiga Agustus 2017 saya mendapat kabar bahwa visa saya dan istri telah di setujui. Namun demikian, di rombongan kami ada 3 orang yang tidak mendapatkan visa Israel. Menjelang keberangkatan, beberapa kerabat mengingatkan kami agar mempertimbangkan kembali rencana ke Masjidil Aqsa karena situasi yang belum kondusif, namun kami menguatkan niat dan berserah diri pada ketetapan Allah.
Setelah sebelumnya mengunjungi Muscat, Oman dan Amman serta Petra di jordan, pada tanggal 31 Agustus 2017 pagi kami menempuh perjalanan darat sekitar 60km dari Amman menuju perbatasan Jordan-Israel, melewati tepian laut mati (Dead Sea). Oh ya, hari ini kami puasa Arafah. Bis kami sempat berhenti di salah satu toko yang menjual produk-produk laut mati, terutama produk kosmetik. Sekitar jam 10.30 pagi, kami tiba di perbatasan Jordan-Israel. Pihak Jordan menamakan perbatasan ini King Hussein Bridge, sementara piha Israel menamakan Allenby Bridge. Sesampainya di Imigrasi Jordan, kami turun dari bis dan antri di loket imigrasi. Proses keluar Jordan berlangsung dengan cepat, kami kembali naik bis memasuki wilayah Israel. Sampai di Imigrasi Israel, kami harus mengambil bagasi dari bis, karena nanti di wilayah Israel akan menggunakan bis dari Israel.
Saat kami mulai mengantri di imigrasi Israel, tiba-tiba terdengar suara sirene. Kami tidak tahu apa yang terjadi, tapi petugas imigrasi dan militer Israel mengevakuasi semua orang keluar dari gedung imigrasi. Kami di kumpulkan di tengah lapangan yang panas dengan bagasi2 kami, Sayangnya selama di kawasan imigrasi ini kami dilarang keras mengambil foto, apalagi video. Sekitar 30 menit kami di jemur di lapangan yang panas tanpa penjelasan apapun, dikelilingi tentara Israel yang bersenjata lengkap. Akhirnya setelah sekitar 30 menit, kami diperintahkan masuk kembali ke gedung imigrasi, tanpa tahu apa yang baru saja terjadi.
Proses imigrasi masuk Israel ini sangat ketat. Di counter pertama, petugas Imigrasi melihat paspor dan menanyakan nama kita, lalu menempelkan sticker kecil dengan tulisan tangan di cover belakang paspor. lalu kita diarahkan untuk scanning bagasi. Scanning bagasi inipun ada 3 tahapan. Mesin X-ray besar untuk koper-koper besar, lalu mesin x-ray yang agak kecil untuk tas tangan dan ransel. Terakhir, jika kita membawa alat elektronik seperti laptop, ipad, ipod dan handphone, musti melewati mesin x-ray kecil. Setelah pemeriksaan bagasi, kita antri lagi menuju loket imigrasi kedua. Saat kita serahkan paspor, petugas imigrasi menginput data kita dan mencetak visa yang telah di proses sebelumnya dalam kertas kecil, jadi visanya tidak di tempel di paspor. Setalah itu kita antri lagi melewati loket imigrasi ketiga petugas disini ternyata bisa bahasa Indonesia, dia menyapa selamat pagi saat melihat paspor Indonesia saya.
Setelah kelar proses imigrasi yang lumayan menegangkan ini, kami naik bis yang telah disediakan oleh travel agent dari Israel. Tujuan wisata pertama siang ini adalah bukit zaitun. Bukit ini ada di wilayah Israel, dari bukit ini kita bisa melihat pemandangan masjidil Aqsa dan Dome of The Rock dari ketinggian, serta pemandangan kota Jerusalem, cantik sekali pemandangan dari atas bukit ini.
Dari bukit zaitun, kami melanjutkan perjalanan ke kawasan Masjidil Aqsa. Kawasan masjidil Aqsa terletak dalam kawasan kota tua Jerusalem, yang di kelilingi tembok seperti benteng, dengan beberapa akses pintu masuk. Bis menurunkan kami di pintu Herod.
Dari pintu ini kami melewati gang-gang pemukiman warga muslim Jerusalem. Sekitar 15 menit berjalan kaki di dalam kawasan kota tua, kami tiba di pintu gerbang kawasan masjidil Aqsa dan Dome of The Rock. Pintu gerbang ini dijaga oleh tentara bersenjata lengkap. Namun begitu masuk kawasan masjidil Aqsa, tidak terlihat tentara di dalam kawasan yang sangat luas ini.
Kami mengambil air wudhu di salah satu tempat wudhu di dekat pintu gerbang kawasan, kemudian berjalan lagu menuju masjid Dome of The Rock. Masjid berbentuk segi 8 dengan kubah warna emas ini merupakan salah satu masjid yang paling terkenal dan banyak di foto, sehingga banyak yang salah menganggap bahwa masjid Dome of The Rock adakah Masjidil Aqsa. Masjid Dome of The Rock ini diperkirakan dibangun pada tahun 691, dan dibangun ulang pada tahun 1022. Kami melaksanakan shalat dzuhur sekaligus jama taqdim ashar di masjid ini. Setelah shalat, kami berkeliling di dalam masjid, dimana di tengah masjid ini terdapat lempengan batu besar.
Dari batu inilah Nabi Muhammad memulai perjalanan Miraj ke Sidratul Muntaha. Pemandu kami menjelaskan, umat Yahudi dan Kristen juga meyakini batu tersebut merupakan lokasi dimana Nabi Ibrahim melaksanakan perintah untuk mengorbankan putranya Isaac (Ishak), dalam Islam, putra Ibrahim yang akan dikorbankan adalah Ismail. Di bawah batu besar ini terdapat ruangan kecil, kita bisa memasuki ruangan ini melalui tangga yang tersedia, diriwayatkan Nabi Muhammad pernah shalat di ruangan di bawah batu ini.
Dari Dome of The Rock, kami melanjutkan perjalanan ke Masjidil Aqsa, yang berjarak sekitar 200 meter. Masjidil Aqsa terdiri dari 2 lantai. Lantai atas yang sejajar dengan halaman luarnya merupakan bangunan tambahan. Bangunan masjid yang sudah ada pada zaman nabi Muhammad adalah bagian yang saat ini menjadi lantai dasar. Di masjid inilah Nabi Muhammad mengakhiri perjalanan Isra dari Masjidil Haram. Dan di masjid ini Nabi Muhammad menjadi imam shalat yang diikuti para nabi. Di bagian bawah masjid ini juga terdapat tiang yang dibuat oleh Nabi Sulaiman.
Dari masjidil Aqsa, kami melanjutkan berjalan kaki ke tembok ratapan. Ini adalah salah satu tempat ibadah bagi umat Yahudi. Tembok ratapan berada di sisi barat Masjidil Aqsa (western wall). Siang ini cukup ramai umat Yahudi yang beribadah di tembok ratapan. Selain umat Yahudi, hanya dapat melihat tembok ratapan ini dari kejauhan.
Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Masjid Bouraq. Lokasi yang terletak di sisi barat kompleks Masjidil Aqsa ini merupakan tempat dimana Nabi Muhammad menambatkan Bouraq setibanya di kawasan Masjidil Aqsa saat peristiwa Isra Miraj. Masjid kecil ini terletak di bawah tanah, sayang saat kami kesana pintu masuknya di tutup, sehingga kami hanya bisa mengintip dari luar saja.
Sekitar jam 4 sore, kami mengakhiri kunjungan di kawasan Masjidil Aqsa dan kembali ke bis lewat sisi timur. Di sisi timur ini kita bisa melihat gereja Maria Magdalena dengan kubah-kubahnya yang berwarna keemasan. Kami lalu di antar ke National Hotel Jerusalem, tempat kami menginap selama 2 malam. Sampai di hotel, kami beristirahat sejenak dan kemudian berbuka puasa di restoran hotel. Bagi yang ingin shalat Isya di Masjidil Aqsa, dipersilakan kumpul jam 7.30 malam di lobby hotel
Setelah makan malam, jam 7.30 saya bersiap untuk ke Masjidil Aqsa, namun sampai di depan hotel, sebagian rombongan kami menginformasikan, mereka baru saja menuju masjidil Aqsa, namun pintu masuk Herod di tutup karena ada keributan. Tapi saya cuek ajalah, bersama sekitar 10 orang, 8 diantaranya wanita, kita berjalan menuju masjidil Aqsa. Sampai di pintu gerbang Herod tidak terlihat ada penutupan, kamipun masuk ke dalam kota tua untuk menuju masjidil Aqsa.
Malam itu saya hanya mengenakan sandal jepit, celana jins dan t-shirt. Sampai di pintu kawasan masjid, seorang tentara menyetop saya dan bertanya, Muslim? Yes, jawab saya. Namun sepertinya dia tidak percaya melihat pakaian saya, lalu di membacakan ayat pertama surat Al Ikhlas dan menyuruh saya melanjutkan, ya sudah, saya lanjutkan, dan kemudian dia mempersilakan saya masuk. Untung ngetesnya bukan pakai surat Al Baqarah 🙂
Waktu shalat Isya di Jerusalem saat itu sekitar jam 8.01 malam, tak lama saya sampai di Masjidil Aqsa, adzan isya pun berkumandang. Kali ini saya berwudhu di kolam yang ada persis di halaman masjidil Aqsa. Shalat isya malam itu cukup ramai, hampir separuh masjid terisi jamaah, sebagian diantaranya jamaah dari negara lain, terutama dari Indonesia, Afrika, Pakistan dan India. Setelah shalat isya berjamaah, di masjid dan diluarnya banyak yang berkumpul bertakbir menyambut Idul Adha.
Saya kembali ke hotel sekitar jam 8.30 malam, sepanjang jalan dari masjidil Aqsa menuju hotel sangat ramai dengan pedagang kaki lima. Sepertinya malam takbiran disini dirayakan warga dengan keluar rumah, mirip juga dengan di Indomesia. Banyak pemuda yang pawai keliling dengan atribut pramuka dan organisasi pemuda lainnya, juga ada yang membawa tambur dan rebana. Sekitar jam 10 malam saya istirahat, karena besok subuh rencananya akan shalat subuh di masjidil Aqsa, lanjut sampai shalat Ied.
Boleh tahu nama biro perjalanan wisatanya Pak? Terima kasih sebelumnya
SukaSuka
Halo Indrides,
Saya kemaren menggunakan Saba Tour, pimpinan ibu H. Soraya Balfas..
SukaSuka
Masya Allah, luar biasa perjalanannya pak. membacanya aja jg sempat deg2an hehe. Salah satu tempat yang sangat ingin kami kunjungi, semoga kedepannya bisa terwujud. Baru follow blognya Pak Nelwin, salam kenal pak. Ijin ngubek2 cerita perjalanannya, semoga sehat selalu pak.
SukaSuka
Terima kasih sudah mapir kakaidu..
Semoga terkabul niatnya untuk ke Masjidil Aqsa.. Aamiin YRA..
SukaDisukai oleh 1 orang