Mengapa ke Penang bukan ke Kuala Lumpur? Itu pertanyaan keluarga di rumah saat saya bilang mau bepergian ke Penang. Sebenarnya saya ingin ke Penang untuk bertemu rekan kuliah yang bertugas selaku Diplomat Konsul Jenderal Indonesia di Penang, sekaligus ingin mencoba fasilitas kereta cepat Malaysia.
Mendarat dengan mulus di Bandar Antarbangsa Pulau Pinang tengah hari waktu setempat, langsung ambil bus Rapid Penang nomor 401 menuju tempat pertemuan dengan rekan saya itu yaitu di Jetty Area Georgetown tarif RM. 2.70, waktu tempuh sekitar satu jam. Tak banyak yang bisa saya jelajahi di Penang karena keesokan hari harus sudah naik kereta ETS Gold jurusan Butterworth – Kuala Lumpur.
Georgetown yang bersama-sama dengan Melaka ditetapkan UNESCO sebagai situs warisan dunia merupakan pusat kota Penang, didominasi gedung-gedung jaman kolonial selain bangunan peranakan juga dicampur dengan gedung bank dan bangunan tinggi. Hotel berkumpul di kota ini dari mulai yang murah sampai yang mahal. Wisata kuliner yang terkenal itu mudah dijumpai sepanjang jalan termasuk dekat tempat dimana saya menginap , House of Journey Hostel Chulia Street.
Untuk urusan kuliner Penang pernah mendapat gelar the best street food in Asia dari majalah TIME pada 2004. Tempat saya menginap juga merupakan bangunan tua yang terawat sangat baik, hal menarik dari hostel ini adalah lantai kayunya yang cocok dengan bangunan tuanya serta tempat santai lantai dua hostel, penginapan ini menyimpan banyak sekali cerita dari pengunjung sebelumnya dan mereka menuliskan kesan atau kata-kata mereka di tembok.
Hari kedua, sebelum azan Shubuh bergegas jalan kaki menuju masjid Kapitan Keling . Masjid tua yang dibangun awal abad XIX hanya sekitar 50 meter dari hostel. Setelah sarapan lanjut mengelilingi sudut kota Penang menggunakan bus berbayar RM. 45, Hop On Hop Off Bus kita bisa naik bis kapan saja selama 24 jam. Hop On Hop Off ini memiliki dua rute, yaitu city route dan beach road, kembali berhenti di Jetty Area untuk naik ferry menyeberang menuju Butterworth tempat dimana stasiun kereta berada.
ETS-KTM, electronic train services dari perusahaan Kereta Tanah Melayu akan membawa saya ke Kuala Lumpur. Tepat jam 16.05 kereta ETS2 Gold dengan nomor 9215 diberangkatkan. Pintu gerbong tertutup secara otomatis serentak mengikuti tombol yang ditekan masinis dari ruang kontrol kemudi. Tak lama menunggu kereta mulai bergerak menuju Kuala Lumpur, dari Butterworth menuju Kuala Lumpur setiap penumpang dikenakan tiket RM. 59 untuk dewasa dan RM. 34 anak-anak. ETS menggunakan teknologi unit berganda elektrik sehingga ramah lingkungan. ETS Gold dengan teknologi yang dimilikinya dapat memacu kereta hingga 160 km/jam menghemat waktu tempuh perjalanan hingga setengahnya dibanding kereta biasa.
Ada 3 tipe ETS :
ETS Platinum Service memiliki sedikit sekali perhentian dan paling cepat sampai tujuan sehingga harga tiketnya paling mahal.
ETS Gold Service pemberhentiannya sedikit dan paling banyak kereta tipe ini.
ETS Silver Service berhenti di setiap stasiun dan paling murah harganya.
Di dalam perjalanan kami mengamati fasilitas yang ada, pada setiap baris kursinya masing-masing berisi empat kursi dengan konfigurasi 2 + 2 di kedua sisi lorong kereta. Semua kursinya reclining berwarna biru dengan sandaran kepala merah. Rak bagasi untuk menaruh tas seperti biasa ada di atas kursi di kedua sisi gerbong tanpa penutup. Di persimpangan dari dua gerbong disediakan rak bagasi untuk tempat penyimpanan koper ukuran besar. Setiap gerbong dilengkapi dua televisi LED yang menayangkan informasi perjalanan terkini serta tontonan film menarik, demi menjaga keamanan dan kenyamanan penumpang setiap gerbong dilengkapi dengan CCTV.
Keunggulan fasilitas kereta ETS Gold dibanding kereta lain adalah kereta ini bersahabat dengan orang yang berkebutuhan khusus misal orang yang menggunakan kursi roda, walaupun tidak disetiap gerbong ada toilet namun kondisi toilet umum bersih dan ada pegangan khusus bagi orang berkebutuhan khusus tersebut.
Selain itu ada fasilitas bilik ibadah (surau) tempat umat Muslim melaksanakan sholat lengkap dengan ruang wudhu di dalamnya sehingga orang yang ingin berwudhu tidak perlu pergi ke toilet. Cafetaria dengan makanan serta minuman yang cukup lengkap juga tersedia, cafeteria bergabung dengan gerbong penumpang sehingga sering terjadi penumpukan pembeli yang mengganggu lalu lalang penumpang lain.
Indonesia, dibanding dengan kereta premium pulau Jawa yang kecepatannya jauh di bawah ETS Gold fasilitas serta ketepatan waktu berangkat dan tiba kereta premium tersebut patut diacungi jempol pula. Kereta Argo Muria misalnya, kereta jurusan Jakarta Gambir – Semarang Tawang dan sebaliknya ini masuk dalam jenis kereta ekspress yang mulai beroperasi sejak Desember 1997 memiliki fasilitas setara ETS Gold kecuali belum adanya surau serta besi pegangan bagi orang berkebutuhan khusus tapi kereta memiliki gerbong khusus cafeteria yang dapat menemani selama perjalanan dengan menyediakan aneka makanan dan minuman bahkan kita dapat memesan makanan khas daerah stasiun yang kita lewati.
Naskah : Lutfi Djoko D (l.sriyono@gmail.com)
Foto : Lutfi Djoko D