Pesawat Bulgarian Air yang membawa kami dari Sofia tiba di Amsterdam sekitar pukul 9 pagi, setelah menempuh perjalanan sekitar 2 jam dari Sofia. Tiba di Schiphol, saya dan istri segera mencari connecting flight dari Amsterdam menuju Oslo. Ternyata Penerbangan dari Sofia dan connecting flight yang menuju Oslo ini beda terminal. Flight dari Sofia merupakan penerbangan internasional, dari luar Schengen area, sementara penerbangan dari Amsterdam ke Oslo merupakan penerbangan ‘domestik’ antar negara Schengen. Jadi untuk menuju gate penerbangan ke Oslo, kami harus melewati konter imigrasi, meskipun konter imigrasi ini masih ada di dalam terminal, tidak harus keluar terminal lalu masuk imigrasi lagi.
Setelah melewati konter imigrasi Schengen, kami menunggu penerbangan selanjutnya ke Oslo yang di jadwalkan pada jam 11.50, dengan pesawat KLM city hopper. Pesawat yang digunakan pesawat kecil, jenis Embraer 175 dengan konfigurasi bangku 2-2. Penerbangan Amsterdam-Oslo ini di tempuh selama sekitar 1 jam 50 menit, kamipun tiba di bandara Oslo Gardermoen sekitar jam 1.35. Karena di Schiphol tadi sudah melewati imigrasi, sampai di Oslo kami langsung melenggang ke tempat pengambilan bagasi, tidak lagi melewati imigrasi.
Saya kemudian mencari informasi kereta ke pusat kota, stasiun Oslo Sentral. Ternyata ada 2 layanan kereta dari bandara ke Oslo Sentral, kereta Flytoget Airport Express dan kereta reguler NSB yang beda waktu tempuhnya hanya 4 menit lebih lambat dari yang ekspres, tapi beda harga tiketnya cukup signifikan, Flytoget harga tiket 180 Norwegian krona, sedangkan kereta NSB hanya 93 krona. Kereta NSB yang saya tumpangi berangkat sekitar jam 14.15, dan tiba di Oslo Sentral jam 14.40.
Karena sudah lapar, kami mencari makan siang di stasiun Oslo Sentral, dana menemukan restoran Asia yang menjual nasi. Hmm.. selama di Balkans kemarin kami jarang ketemu nasi, ya sudah, makan disini saja, menu nya Chicken Kung Pao over rice dan Sweet & Sour chicken rice. Mahal juga makan di sini, untuk berdua habis 280 NOK, atau sekitar 450 ribu rupiah. Biaya hidup di negara-negara Scandinavia memang relatif mahal di banding negara-negara Eropa lainnya.
Selesai makan, kami menuju hotel kami, Citybox Oslo yang berjarak sekitar 200 meter saja dari stasiun Oslo Sentral. Jalan kaki santai sekitar 10 menit, sambil melihat-lihat keramaian di sekitar Oslo Sentral, tak terasa kami sudah sampai di Citybox hotel. Begitu masuk ke area lobby hotel, saya agak bingung karena lobby nya terlihat sepi dan kosong, tidak ada meja reception, tidak ada staf hotel yang menyambut, padahal di dinding nya ada tulisan Meet The Reception. Ternyata di bawahnya ada 3 self-service computer untuk check in. Menu navigasi nya sangat user friendly. Kita tinggal memasukan nomer booking, otomatis semua data bookingan kita muncul di layar, kemudian memasukan kartu kredit di slot yang tersedia, pembayaran di proses, computernya lalu mengeluarkan kartu akses hotel, bisa pilih cukup satu kartu atau dua kartu akses. Meski di luar bangunan hotel tampak bergaya arsitektur Eropa klasik, namun interior dalam hotel sangat modern dan bergaya minimalis.
Kelar check in dan meletakkan koper, kami segera berjalan keluar hotel untuk mengeksplorasi kawasan Oslo city center ini. Tujuan pertama ke kawasan pantai. Enaknya kalau menginap di kawasan city center ini, kemana-mana dekat, tidak perlu naik metro, tram atau bus untuk mengunjungi obyek-obyek wisata utama, cukup jalan kaki. Kawasan pantai di city centre ini berbentuk teluk kecil, disini terdapat pelabuhan kapal menuju Denmark di sisi barat.
Di sisi timur terdapat gedung Operahuset oslo, yang merupakan gedung opera dan pertunjukan seni. Saat saya disana, gedung baru opera sedang dalam tahap finishing, menggantikan gedung opera lama yang bergaya klasik. gedung baru operahuset ini cukup antik, atap nya berbentuk lantai beton yang landai, jadi pengunjung bisa berjalan mendaki atap gedung opera ini dari tepi pantai.
Dari gedung opera, kami lanjut berjalan ke arah stasiun Oslo Sentral. Halaman stasiun yang cukup luas dan nyaman membuat plaza stasiun ini menjadi titik kumpul banyak penduduk Oslo. Di sekitar halaman stasiun ini juga ada beberapa kafe outdoor, dan banyak patung dan instalasi seni. Remaja bermain skateboard cukup banyak berlalu lalang di kawasan ini.
Selanjutnya saya melanjutkan berjalan ke Oslo Domkirke, atau dikenal juga dengan Oslo Cathedral. Gereja utama di Oslo ini bentuknya sederhana saja, tidak besar dan megah seperti katedral di Eropa pada umumnya. Di sekeliling katedral ini ada kompleks bangunan berbentuk setengah lingkaran, Brannvakten, yang dulunya merupakan tempat tinggal pengurus katedral dan warga setempat, namun saat ini telah di alih fungsikan sebagian menjadi restoran, kafe dan toko pakaian.
Kami lanjut berjalan kaki ke arah Karl Johans gate. ini adalah jalan khusus untuk pejalan kaki, yang di kiri-kanan nya dipenuhi dengan branded stores dan restoran dan cafe. Di tengah kawasan ini terdapat gedung Stortinget, yang merupakan gedung parlemen Norwegia. Tidak jauh dari gedung parlemen ini terdapat taman Spikersuppa, yang jika di musim dingin dijadikan arena ice-skating. Di sebrangnya terdapat gedung National Theatret.
Di ujung jalan Karl Johans Gate ini berlokasi gedung Det Kongelige Slott, istana kerajaan Norwegia. Dari jauh terlihat istana ini terlihat keemasan ditimpa cahaya matahari senja. Tapi karena sudah lewat jam 20.00, kompleks istana sudah di tutup untuk wisatawan. Kami kemudian berjalan kaki menuju Hard Rock Cafe Oslo, yang berjarak beberapa ratus meter saja dari istana. Kunjungan wajib ke HRC ini untuk melengkapi koleksi t-shirt dan fridge magnets kami. Saat di rock store nya, saya melihat ada poster upcoming concert di Hard Rock Cafe Oslo, yang akan konser disitu penyanyi terkenal dari negeri tetangganya Norway, Mike Tramp.. hehehe..
Kembali dari kawasan Karl johans gate menuju hotel, kami mampir di toko souvenir besar yang ada di kawasan turis ini. Saat masuk ke toko, kami di sapa oleh penjaga toko tersebut, yang mengira kami turis dari Filipina. Rupanya di Oslo ini cukup besar komunitas imigran asal Filipina, setelah belanja souvenir, saat makan malam di McDonalds pun, ada puluhan warga Filipina yang makan disana, ngobrol riuh rendah dengan bahasa tagalog.
Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 11 malam, setelah makan kami kembali ke hotel untuk beristirahat. Besok pagi masih ada waktu untuk berkeliling sekitar city centre, sebelum melanjutkan perjalanan ke Stockholm, Swedia.