Greece merupakan negara yang pernah menjadi pusat peradaban dunia. Salah satu negara tertua yang banyak melahirkan filsuf, ilmuwan dan juga merupakan nenek moyang sistem demokrasi. Kekayaan sejarah Greece merupakan daya tarik utama wisatawan mengunjungi Greece.
Saya berkunjung ke Athens, Greece pada tanggal 3-5 April 2017. Penerbangan Aeroflot dari Moscow ke Athens di tempuh dalam waktu 4 jam. Kami tba di bandara Athena sekitar pukul 12.30 siang. Imigrasi nya sangat cepat, hanya melihat visa Schengen, paspor di swipe, langsung di cap tanpa ada pertanyaan. Nggak sampe 1 menit.
Dari bandara, kami memutuskan naik taksi. Tarifnya flat 35 euro ke pusat kota Athens, plus toll 3 euro. Menjelang masuk pusat kota, saya agak terkejut melihat banyak bangunan yang terlihat kusam dan agak kumuh. Banyak bangunan di Athens ini yang dindingnya dipenuhi graffitti, kesan pertama tentang Athens terasa suram. Sampai di Best Western Museum hotel Athens, sekitar jam 13.30 siang. Setelah check in dan berberes, kami menuju obyek wisata paling populer di Athens, Acropolis.
Dari hotel kami berjalan kaki sekitar 5 menit ke stasiun Metro Omonia, dan dari situ naik metro red line ke stasiun Akropolis yang berjarak 2 stasiun dari Omonia. Tiket metro di Athens ini bisa beli tiket untuk waktu 90 menit seharga 1,4 euro, atau beli tiket 24 jam seharga 4,5 euro. Kami memilih tiket 24 jam karena akan banyak pake metro keliling Athens. Tiket yang di beli dari mesin harus di validate terlebih dahulu di mesin validasi. Metro di Athens pakai sistem open gate, tidak perlu tap tiket untuk keluar masuk stasiun. Kalau ada yang nekat nggak beli tiket bisa aja, tapi kalo sial kena pemeriksaan, dendanya sekitar 80 euro.
Sampai di stasiun Akropolis, kami cari makan siang dulu karena sudah lapar. Restoran lokal disana kami sambangi, menu yang kami pesan seafood pasta dan fried cheese. Restonya nyaman, makanan enak, free wifi nya juga kenceng. Makan siang disini pemandangannya Acropolis di atas bukit sana.
Selesai makan, kami menuju Acropolis, tiket masuk kawasan ini 20 euro per orang. Setelah melewati konter tiket, cukup terperangah juga melihat kompleks akropolis jauh diatas bukit sana.. kebayang ngos-ngosan manjatnya ke atas. Di kaki bukit Acropolis ini banyak terdapat reruntuhan dan sisa-sisa bangunan yang sebagian bertarikh 4 abad sebelum masehi. Situs besar pertama yang kita temui setengah perjalanan ke atas adalah Theater Dionysius, deretan bangku theater masih tampak relatif utuh, namun dinding panggung sudah banyak rusak. Saat kami disana kawasan Theater dalam perawatan, dipagar tinggi sekelilingnya, wisatawan hanya bisa lihat dari luar.
Kami lanjut ke atas dan akhirnya tiba di gerbang utama, Propylaea. Bangunan gerbang ini juga tampak relatif lengkap dan utuh. Dari kawasan gerbang ini kita bisa melihat pemandangan kota Athens, cakep pemandangannya. Setelah gerbang, kita akan melihat bangunan utama, Parthenon, yang tinggal menyisakan tiang-tiang sekeliling bangunan. Atap dan isinya sudah tidak tersisa. Sejarahnya, bangunan yang didirikan 460 tahun sebelum masehi ini masih berdiri kokoh sampai tahun 1687, namun kemudian hancur saat gudang mesiu di bangunan ini meledak terkena meriam saat perang Morean. Saat kami disana, sisi depan Parthenon sedang dalam perawatan, ada crane raksasa menutupi fasad depan Parthenon.
Hampir semua bangunan di kompleks Acropolis ini dipasangi tali penghalang, wisatawan tidak boleh masuk ke dalam bangunan, hanya lihat dari luar saja. Bangunan besar lainnya yang terlihat cukup lengkap adalah Erechteum Temple, di sisi kiri Parthenon. Di belakang Parthenon ada semacam balkon dimana kita bisa melihat pemandangan Athens hampir 360 derajat. Disini juga ada tiang bendera besar. Saat kami disana tentara Greece sedang melakukan upacara turun bendera sekitar jam 6 sore.
Tadinya saya berharap dapat berada di Acropolis saat lampu-lampu kompleks dinyalakan, tapi ternyata pengunjung harus meninggalkan lokasi jam 8 malam. Kami berjalan keluar dan melihat ada bukit yang ramai pengunjungnya. Kamipun kesana, ternyata kebanyakan pengunjung di bukit ini menantikan lampu-lampu Acropolis dinyalakan. Sekitar jam 8.30, lampu dinyalakan.. keren banget pemandangan Acropolis malam hari di sinari lampu.
Sekitar jam 9 malam kami turun dari kompleks Acropolis, kemudian naik metro menuju Monastiraki. Ini adalah kawasan yang ramai dengan restoran dan toko souvenir. Di kawasan ini juga ada Athens Flea market, Hard Rock Cafe Athens, juga situs Library dan Ottoman Mosque. Dari Monastiraki kami lanjut ke kawasan Syntagma Square. Ini adalah kawasan dimana terdapat gedung parlemen dan hotel-hotel bintang lima. Disekitar sini juga banyak restoran fastfood internasional, kami makan malam si KFC sini.
Selasa 4 April, kami berangkat dari hotel sekitar jam 11 pagi, menuju kompleks Ancient Agora. Untuk menuju Agora, kita naik metro dan musti berganti jalur di Stasiun Monastiraki. Sampai di Agora kami sempat muter2 cari pintu masuknya karena tidak ada papan petunjuk.yang jelas. Setelah menemukan gerbang masuknya, kami membeli tiket seharga 8 euro per orang.
Agora adalah situs kota lama yang sudah ada dari 4 abad sebelum masehi. Di kompleks ini terdapat temple of Hephaestus yang bentuknya mirip Parthenon namun ukurannya lebih kecil. Dulunya di Agora terdapat ratusan rumah, temple dan kantor pemerintahan kota sejak tahun 400an sebelum masehi. Hampir semua bangunan rumah sudah hancur dan hanya menyisakan beberapa tiang atau fondasinya saja. Di Agora ini satu-satunya bangunan yang relatif utuh adalah hall yang sekarang di fungsikan sebagai museum Agora.
Dari agora, kami lanjut ke Monastiraki untuk melihat beberapa situs bersejarah disana, Hadrian Library dan Ottoman Mosque. Ottoman Mosque ini dibangun diabad 16 saat Greece dikuasai Turki, namun sejak kesultanan Ottoman terusir dari Greece di abad 18, Masjid ini kemudian dijadikan galleri seni, sekarang ini masjid tidak digunakan lagi dan bagian lantai bawahnya dijadikan kios-kios pedagang. Kami juga membeli souvenir disini.
Dari Monastiraki, kami berniat ke Syntagma square untuk melihat gedung parlemen dan penjaganya yang terkenal berdiri tegap sepanjang hari tanpa ekspresi, mirip penjaga Buckingham Palace di London. Di stasiun Monastiraki siang itu sangat padat, begitu kereta Metro datang, saya dan istri bersiap masuk le Metro, tiba-tiba seorang bapak-bapak nyelak diantara kami berdua. Saat pintu kereta menutup saya mencoba bergerak ke arah istri saya, tapi bapak tadi juga merapat ke tengah. Saya maklumi aja karena kereta memang penuh. Akhirnya saya berdiri agak ke kanan. Beberapa saat kemudian seorang ibu yang berdiri di depan saya mencolek ibu2 yang duduk di bangku, sambil menunjuk dompet yang tergeletak di lantai. Ibu yang duduk itu menggeleng, bukan dompet saya gitu kira2 omongannya. Saya kemudian perhatikan.. lhoo.. itu dompet saya.. buru-buru saya ambil, ibu yang berdiri didepan saya kayak nanya, benar itu dompet kamu? Saya ambil aja ktp di selah dalam dompet dan menunjukkan foto saya ke ibu itu. Lalu dia mengangguk. Saat itu saya pikir dompet saya terjatuh. Toh saya lihat kartu atm, kartu kredit, sim dan ktp serta tiket kereta ada semua.
Dari stasiun Monastiraki kami turun di stasiun berikutnya, Syntagma. Waktu tempuh antara 2 stasiun ini hanya sekitar 2 menit. Saat keluar kereta, saya ceritakan ke istri, dompet saya terjatuh di kereta, lalu dikasih tau ibu-ibu. Istri saya nanya, ada yang ilang nggak? Saya bilang kartu kredit, atm, ktp dan sim utuh.. lalu istri nanya lagi, uang..? Baru saya sadar untuk mengecek uang di dompet, dan ternyata… ludes uangnya.. 😦 Baru sadar kalo saya kecopetan di Metro tadi. Sepertinya bapak-bapak yang nyelak masuk kereta itu pelakunya. Tapi masih lumayan baik juga dia, dompet beserta kartu-kartu dilemparkan ke lantai Metro ke arah dekat saya. Kena juga kecopetan di Eropa. Saya sebetulnya selalu antisipasi, uang di dompet secukupnya aja, selebihnya di tempat terpisah, jadi uang yang hilang di Metro tidak terlalu banyak, hanya 80 euro dan 100 dollar, plus sisa Rubel dan Baht yang juga tidak banyak.
Kami kemudian melanjutkan wisata ke gedung parlemen, foto penjaga gedung. Lalu lanjut ke kawasan belanja Plaka dekat Acropolis dan kemudian ke situs Temple of Olympian Zeus, melihat reruntuhan yang hanya menyisakan beberapa tiang saja. Sekitar jam 6 sore, kami kembali ke hotel karena malamnya sudah janjian dengan teman kuliah S2 saya yang warga asli Athens.
Sekitar jam 7.50 malam, teman saya muncul di lobby hotel. Sudah hampir 20 tahun saya tidak bertemu dengan kawan saya, Angelos Grampas ini. Kemudian dia mengajak kami makan malam di restoran Attika, yang lokasinya di depan Acropolis. Restoran ini terletak si lantai 6 sebuah gedung apartemen, menempati atapnya. Sampai di resto, pemandangannya sangat cantik, menghadap langsung Acropolis yang mempesona. Angelos kemudian memesan appetizer Greek salad, jamur dan semacam cheese pie. Main course nya Mouzakka, yang menurut saya mirip beef lasagna. Penutupnya adalah greek yoghurt dengan madu. Sungguh makan malam yang sangat berkesan. Jam 11 malam Angelos mengantar kami kembali ke hotel. Kamipun beristirahat, besok pagi akan melanjutkan perjalanan ke Balkans via Sofia, Bulgaria.