Dalam perjalan pulang dari Paris ke Jakarta di bulan Juni 2015 lalu, saya menggunakan pesawat Turkish Airlines, yang transit di Istanbul, Turki. Saat memesan tiket pesawat, saya diinformasikan bahwa pesawat dari Istanbul ke Jakarta hanya ada 1 penerbangan setiap harinya, yang berangkat sekitar tengah malam dari Istanbul, sementara penerbangan dari Paris ke Istanbul ada beberapa flight, dengan flight paling pagi sekitar jam 8 waktu Paris, dan tiba di Istanbul sekitar jam 12 siang. Saya belum pernah ke Istanbul sebelumnya, saya lantas memilih penerbangan paling pagi dari Paris, agar dapat memanfaatkan waktu semaksimal mungkin untuk melihat-lihat Istanbul dalam waktu transit ini.
Sejak tahun 2008 lalu, pemegang paspor Indonesia diberikan kemudahan mendapatkan visa on arrival dari pemerintah Turki. Dengan membayar biaya visa on arrival sebesar USD 30 di konter imigrasi, penumpang transit di Istanbul bisa melangkah keluar bandara untuk menjelajahi Istanbul. Oh ya, siapkan uang tunai dalam bentuk US Dollar jika ingin mendapatkan visa on arrival ini, imigrasi Turki hanya menerima US Dollar, tidak bisa dengan Euro, Turkish Lira ataupun kartu kredit. Dua orang turis di depan saya terpaksa harus mengantri ulang, karena tidak punya US Dollar, untungnya dekat loket imigrasi tersebut ada mesin ATM yang mengeluarkan uang US Dollar.
Untuk menuju pusat kota Istanbul, dari bandara Istanbul Ataturk kita bisa naik metro, jaringan tram yang menghubungkan bandara dengan pusat kota. Stasiun Metro terletak persis di basement bandara Ataturk. Untuk menaiki metro ini, kita perlu membeli jeton (semacam token, koin plastik), tarif antar stasiun ditentukan dalam bentuk jeton. Dari bandara ke Blue Mosque misalnya, memerlukan 2 jeton, kalau menuju Taksim square, perlu 3 jeton. Harga per jeton adalah 3 Turkish Lira (sekitar 1 USD).
Blue Mosque (Masjid Sultanahmet)
Tujuan pertama saya adalah Blue Mosque (Sultanahmet). Dari bandara saya naik metro red line sampai stasiun Zeytinburnu (jarak 6 stasiun), kemudian ganti ke metro blue line ke arah Kabatas, turun di stasiun Sultanahmet (16 stasiun dari Zeytinburnu) . Perjalanan dari Bandara ke Sultanahmet dengan metro ini sekitar 50 menit. Stasiun Sultanahmet berjarak sekitar 300 meter dari Blue Mosque.
Saat berjalan menuju Blue Mosque, saya melewati lapangan yang ramai, karena sedang ada bazaar. Ternyata itu adalah bazaar internasional dari berbagai mahasiswa asing yang sedang kuliah di Istanbul, saya tak sengaja melewati stand Indonesia, yang dalam bahasa Turki di tulis Endonezya. Setelah ngobrol sebentar dengan beberapa mahasiswa Indonesia yang mengenakan pakaian adat, saya melanjutkan perjalanan ke Blue Mosque.
Di depan Blue Mosque sudah ramai antrian wisatawan. Setelah saya mendekat, ternyata ada 2 barisan antrian, yang paling ramai untuk wisatawan yang ingin melihat-lihat Blue Mosque, antrian kedua untuk muslim yang ingin sholat. Saya memilih bergabung di antrian kedua, tapi saat di pintu masjid petugas menyuruh saya ke antrian turis, mungkin tampang saya kurang islami kali ya.. 😀 setelah saya bilang mau shalat.. baru dia mempersilakan saya masuk. Setelah di dalam masjid, saya celingak-celinguk cari tempat wudhu. Nggak ketemu, saya tanya aja marbot di dekat pintu, ablution? lalu dia bilang.. ada diluar, yah.. keluar lagi deh.. 😀 ternyata tempat wudhu nya ada diluar tembok pagar masjid.
Setelah wudhu, saya kembali masuk ke masjid untuk shalat jamak Dzuhur dan Ashar. Saat itu sekitar jam 2 siang waktu setempat, tidak banyak jamaah yang shalat di dalam masjid. Jauh lebih banyak wisatawan yang melihat-lihat masjid di belakang. Meskipun sebetulnya wisatawan juga di bolehkan masuk ke ruangan shalat, sebagian besar mereka memilih melihat-lihat dari belakang saja. Mungkin takut mengganggu yang sedang shalat.
Ayasofya
Setelah shalat dan beristirahat sejenak di dalam Blue Mosque, saya melanjutkan perjalanan ke Ayasofya (Hagia Sophia), musium dan kompleks pemakaman yang letaknya berseberangan dengan Blue Mosque. Sepintas, bentuk Ayasofya ini mirip dengan Blue Mosque, sama-sama memiliki kubah dan menara, tapi Ayasofya lebih di dominasi warna merah bata.
Dulunya, Ayasofya adalah sebuah gereja, kemudian dijaman kesultanan Ottoman dijadikan masjid, dan sejak jaman Kemal Ataturk sampai sekarang ini dijadikan musium. Di sekitar gedung utama, terdapat beberapa bangunan kecil yang berisi makam dari keluarga kerajaan Ottoman. Di kompleks Ayasofya ini banyak kucing berkeliaran, bagus-bagus kucingnya, sepertinya ras kucing Angora yang banyak keliaran disana. Jadi pingin bawa pulang tuh kucing 🙂
Topkapi
Setelah dari Ayasofya, saya melanjutkan perjalanan menuju Istana Topkapi, yang terletak sekitar 500 meter dari Ayasofya. Istana Topkapi ini selama sekitar 400 tahun merupakan tempat tinggal Sultan-sultan Ottoman. Konon kompleks istana ini dulunya merupakan tempat tinggal bagi 4.000 an keluarga dan pejabat kesultanan Ottoman. Untuk memasuki kompleks istana ini, pengunjung akan melewati dua gerbang, Babul Humayun dan Babul Salam. Saat meninggalkan kompleks Topkapi melewati gerbang Babul Salam, kita dapat melihat Blue Mosque persis di tengah pintu gerbang ini.
Grand Bazaar
Selanjutnya saya ke Grand Bazaar dengan naik Metro. Grand Bazaar ini adalah pasar tradisional terbesar di Turki. Sebagian besar pasar ini berada dalam bangunan, dengan banyak lorong-lorong yang bercabang. Sebagian lagi merupakan deretan toko-toko yang menempel bangunannya dengan Grand Bazaar. Barang barang yang dijual disini umumnya hasil kerajinan tangan, karpet turki yang terkenal, kain dan pakaian, aneka piring dan keramik antik, lampu hias berwarna warni dan berbagai souvenir lainnya. Saking besarnya Grand Bazaar ini, anda harus menghafalkan masuk dari pintu mana, kalau keluarnya dari pintu yang berbeda, dijamin nyasar dan bingung.. Di dalam Grand Bazaar ini ada sekitar 4.000 kios diantara 61 lorong. Selamat bingung dalam berbelanja.. 😀
Walls of Constantinople
Sekitar satu jam saya berkeliling di Grand Bazaar, kemudian melanjutkan perjalanan ke Walls of Constantinople. Ini merupakan dinding batas kota Constantinople, yang dibangun di abad ke 5, saat wilayah Turki masih dikuasai kerajaan Romawi. Saat populasi Istanbul di era Republik bertumbuh pesat, sebagian dinding batas kota ini dirubuhkan untuk memudahkan pengembangan kota. Namun demikian, sampai saat ini masih banyak segmen dinding kota yang masih utuh dan menjadi salah satu obyek wisata di Istanbul
Taksim Square
Tujuan selanjutnya adalah Taksim Square. Saya kembali naik metro untuk menuju Taksim Square. Dalam perjalanan menjelang maghrib itu, metro yang saya naiki melintas di jembatan yang melintas di atas selat Bosphorus. Ini adalah selat sempit yang memisahkan daratan Eropa dan Asia. Istanbul memang kota yang unik, sebagian wilayahnya ada di daratan Eropa, sebagian lagi ada di daratan Asia. Di kejauhan terlihat siluet masjid yang bentuknya mirip dengan Blue Mosque, ternyata di Istanbul ini memang ada beberapa masjid yang bentuknya mirip Blue Mosque.
Saya sampai di Taksim sekitar jam 8 malam. Taksim Square ini adalah pusat perbelanjaan modern yang paling ramai di Istanbul. Sepanjang jalan utama di Taksim Square ini dipenuhi deretan toko, yang sebagian besar merupakan merek global. Meskipun sangat ramai pengunjung, berbelanja di kawasan ini terasa menyenangkan. Saya menemukan hidden paradise di kawasan Taksim Square ini, sebuah toko CD dan LP yang koleksi musik rock nya ternyata sangat lengkap. Saya membeli sekitar 20 CD dan 10 LP disini, harganya pun relatif lebih murah dibandingkan di kota Eropa lainnya.
Sekitar jam 9 malam, perut saya mulai terasa konak.. eh.. lapar.. 😀 cari-cari tempat makan, terlihat ada satu restoran yang cukup ramai. Nama restoran nya Konak, dengan menu utama kebab. Segera saya pesan satu porsi kebab sapi. Setelah pesanan saya datang.. astaga.. ternyata set menu nya banyak banget isinya.. Ada nasi, kentang dan falafel.. Enak sih rasanya, tapi nggak kuat saya menghabiskan nya.. maklum udah konak.. eh.. kenyang… 😀
Selesai makan, saya bergegas ke stasiun metro untuk kembali ke bandara. Saya meninggalkan Taksim Square sekitar jam 10 malam dan tiba di bandara Istanbul Ataturk sekitar jam 11 malam. Karena sudah check through waktu di Paris, saya tinggal melewati imigrasi saja tanpa harus check in ulang di counter Turkish Airlines. Lewat tengah malam, pesawat yang saya tumpangi berangkat menuju Jakarta. Güle güle, Istanbul 🙂