Pertama kali saya mengetahui tentang desa Shirakawa-go adalah melalui artikel di halaman wisata harian kompas minggu, beberapa tahun lalu. Setelah membaca artikel dan melihat foto-foto di koran tersebut, saya sangat terkesan dan Shirakawa-go pun masuk dalam wishlist tujuan wisata saya.
Awal tahun 2015, perusahaan tempat saya bekerja memberikan penghargaan kepada karyawan dalam bentuk wisata teambuilding ke Jepang, tujuan Osaka-Kyoto-Tokyo dengan tanggal perjalanan antara 1-4 April 2015. Kebetulan, awal tahun 2015 itu saya masih memiliki beberapa sisa hari cuti tahun 2014 yang hanya bisa digunakan sampai 31 Maret 2015. Daripada cuti hangus, saya mengajukan cuti ke kantor selama 5 hari kerja terakhir di bulan Maret. Rencana saya, saya akan berangkat duluan ke Jepang dan mengunjungi beberapa tempat wisata di Jepang yang tidak dikunjungi dalam program teambuilding. Setelah itu barulah saya bergabung dengan acara teambuilding.
Tujuan utama saya adalah Shirakawa-go, dan jika memungkinkan akan mengunjungi beberapa tempat wisata lainnya di Nagasaki, Fukuoka, Hiroshima dan pulau Miyajima. Saat saya membuat rencana ini, dua rekan kerja saya, Wahyu dan Hery, tertarik dan ingin bergabung dengan saya sebagai ‘team advance‘ π
Saya dan teman-teman pun mempersiapkan perjalanan, dengan membeli Japan Rail Pass untuk penggunaan 7 hari. JR National Pass ini dapat digunakan di seluruh rute kereta Japan Rail, termasuk rute kereta cepat Shinkansen, kecuali untuk 2 kereta, Mizuho dan Nozomi. JR pass ini dapat di beli di agen Japan Rail di Jakarta dengan harga 28,000 Yen, harga yang sangat murah, mengingat one way ticket dari Tokyo ke Osaka saja harganya sekitar 14.000 Yen.
Kami terbang dari Jakarta menuju Osaka pada tanggal 26 Maret 2015. Setelah sampai di Osaka, kami menghabiskan waku satu malam di Nagasaki dan satu malam di Hiroshima untuk mengunjungi tempat-tempat wisata disana. Ceritanya nanti akan saya share di post yang berbeda. Setelah dari Hiroshima, kami menuju Shirakawa-go melalui kota Takayama dengan kereta Shinkansen jurusan Hiroshima-Nagoya, kemudian berganti kereta reguler dari Nagoya menuju Takayama. Tidak ada rute kereta yang melewati Shirakawa-go, mungkin karena desa ini terletak di pegunungan, membuat pembangunan rel kereta sulit untuk dilakukan.
Dari Takayama, kita harus melanjutkan perjalanan naik bus. Stasiun bus Takayama terletak bersebelahan dengan stasiun kereta, sehingga memudahkan wisatawan untuk berganti moda transportasi. Periode akhir Maret- awal April adalah musim high-season bagi turisme di Jepang, karena periode ini musimnya sakura berbunga sebagai pertanda awal musim semi, sementara sebagian wilayah pegunungan di Jepang masih terselimuti salju. Jadi wisata musim semi nya dapat, wisata musim dingin pun masih bisa dilakukan.
Bus dari Takayam ke Shirakawa-go ini ada sekitar 4 jadwal keberangkatan setiap harinya, dengan lama perjalanan sekitar 1 jam. Mengingat ini musim turis, kamipun sudah melakukan pemesanan tiket bus secara online sekitar 2 minggu sebelum keberangkatan. Saat kami tiba di stasiun bus Takayama, banyak turis asing yang kecewa karena tidak mendapatkan tiket bus yang sudah terjual habis. Harga tiket bus nya sekitar 2.600 Yen sekali jalan, atau sekitar 5.000 Yen jika pesan tiket pp sekaligus.
Sampai di Shirakawa-go, kami di sambut dinginnya angin pegunungan yang cukup menggigit. Di akhir Maret ini kawasan Shirakawa-go masih terselimuti salju yang cukup tebal. Di beberapa bagian di tepi jalan desa, ketebalan salju masih lebih dari 1,5 meter!
Desa Shirakawa-go ini merupakan salah satu situs budaya dunia yang dilindungi UNESCO, sehingga warga setempat tidak dibolehkan merubah beberapa rumah tradisional yang menjadi ciri utama dari desa Shirakawa-go ini. Di desa kecil ini ada musium sejarah Shirakawa-go, beberapa kuil untuk ibadah warga, serta beberapa rumah yang juga berfungsi sebagai penginapan homestay.
Salah satu atraksi utama di Shirakawa-go adalah viewpoint, satu kawasan puncak bukit yang harus ditempuh dengan hiking, berjalan kaki mendaki bukit sekitar 20 menit. Pendakian yang cukup bikin ngos-ngos an.. disarankan membawa air minum, karena beneran bikin haus rute pendakian ini. Saya yang saat itu tidak membawa minum akhirnya nekad meneguk air selokan kecil yang mengalir jernih di sisi jalan pendakian.. π
Namun pendakian yang cukup melelahkan ini terbayar lunas begitu kita mendekati areal puncak viewpoint. Di sela-sela ranting pohon yang meranggas akibat musim dingin, terlihat pemandangan desa Shirakawa-go yang begitu indah, diselimuti salju putih seluas mata memandang. Saya sempat berpikir, pemandangan dari sini adalah titik yang terbaik. Namun setelah kami mencapai puncak viewpoint area, ternyata pemandangan di atas jauh lebih indah, lepas tanpa terhalang pepohonan..
Menurut informasi yang kami baca, pemandangan dari viewpoint ini akan jauh lebih indah dimalam hari, dimana lampu-lampu rumah menghiasi suasana temaram. Namun karena bus terakhir dari Shirakawa-go kembali ke Takayama berangkat pukul 5 sore, kami terpaksa melewatkan kesempatan untuk melihat desa Shirakawa-go di malam hari.
Keindahan Shirakawa-go ini sangat berkesan bagi saya, sampai akhirnya di bulan Januari 2016 saya kembali ke Shirakawa-go mengajak istri dan anak-anak saya untuk bersama-sama menikmati keindahan desa ini Β π