D13 – 1 Agustus, Ferney Voltaire-Paris
Hotel Odalys Apparthotel & Spa ini sungguh nyaman, kamarnya luas, ada mini kitchen dan kamar mandi nya juga dilengkapi whirlpool, enak juga kayaknya longstay disini. Tapi karena tujuan utama anak-anak adalah Paris dan Euro Disney, kami hanya semalam saja di Odalys ini. Sambil makan pagi dikamar, saya browse hotel untuk di Paris. Kita akan menginap 2 malam di Paris, sehari untuk eksplore kota Paris dan sehari lagi untuk ke Euro Disney. Saya dapat kamar di Ibis Porte De Montreuil di timur kota Paris. Hotel bintang 3 dengan rate yang saya dapatkan 65 euro per malam, cukup murah untuk kota mahal seperti Paris.
Setelah checkout, saya tanya anak-anak apakah ingin kembali ke Lake Geneva untuk foto di Jet D’eau yang semalam gagal, atau lanjut ke Paris? Mereka sudah tidak sabar rupanya, ingin cepat-cepat ke Paris. 🙂 Jarak Ferney-Voltaire-Paris sekitar 546 Km, waktu tempuh sekitar 5 jam. Jam 11 pagi kita jalan dari Ferney-Voltaire, meskipun ini wilayah Perancis, untuk menuju Paris jalan yang lebih dekat masuk wilayah Swiss lagi, baru kemudian kembali ke wilayah Perancis. Menjelang perbatasan Perancis-Swiss jalan agak macet karena ada random checking dari imigrasi Swiss, tapi kendaraan kami di suruh lewat saja, tidak diperiksa sama sekali, ini untungnya punya tampang orang baik-baik.. hehehehe.. Hanya sekitar 30 menit saja kami di wilayah Swiss, setelah itu kembali masuk ke wilayah Perancis, tapi di perbatasan Perancis ini tidak ada pemeriksaan sama sekali, tanda batas negaranya pun hanya roadsign saja, tidak ada pos pemeriksaan.
Jam 2 siang kami berhenti di rest area di daerah Avalon, makan siang disitu sekalian isi bensin. Harga bensin di Perancis hampir sama dengan di Jerman, sekitar 1,6 euro per liter. Setelah melanjutkan perjalanan sekitar jam 6 sore kita memasuki kota Paris. Hari ini Jumat, jamnya orang pulang kantor, jadi jalanan di sekitar Paris macet. Di highway banyak pengendara motor yang rada ugal-ugalan, saat mobil kami mengantri di tengah kemacetan, spion kanan mobil dihajar motor yang nekat ngebut di tengah kemacetan, untung hanya terlipat dan tidak patah. Karena macet ini kami baru bisa sampai hotel sekitar jam 6.30.
Paris Mon Amour
Rupanya ibis disini bergabung dengan ibis budget, dengan 2 reception yang terpisah. Kamar-kamar hotel ibis di lantai 7-9, sedangkan kamar-kamar ibis budget di lantai 10 keatas. Setelah proses check in dan masuk kamar, saya agak terkejut karena ukuran kamar yang sangat kecil, mungkin hanya sekitar 12 meter persegi. Kamar terkecil selama perjalanan ini. Setelah mandi sholat dan beres-beres, kami bersiap menuju pusat kota, tujuan utama menara Eiffel. Tapi saya sengaja meninggalkan mobil di hotel, karena urusan cari parkir di pusat kota Paris susah dan mahal pula. Kita naik kereta bawah tanah paris, Metro. Kebetulan hotel ibis dekat dengan stasiun Metro Porte de Montreuil, hanya sekitar 300 meter jalan kaki. Kami bertanya ke petugas tiket Metro, untuk tujuan Eiffel turun di stasiun mana, diinformasikan stasiun Trocadero, tarif metro nya 1,6 euro per orang sekali jalan.

Sekitar 30 menit perjalanan dari Porte de montreuil, melewati 14 stasiun metro, kami sampai di stasiun Trocadero. Trocadero ini semacam plaza terbuka yang menghadap ke arah menara Eiffel, dengan kolam air mancur besar dan patung-patung perunggu di sekelilingnya. Lokasi ini adalah salah satu spot favorit untuk berfoto dengan latar belakang menara Eiffel. Di dekat kolam, ada carousel tempat bermain anak-anak. Saat kami menyeberang dari Trocadero ka arah sungai Seine, kami melihat ada beberapa supercar terparkir disitu, Ferrari, Lamborghini, rupanya mobil-mobil itu dapat disewa, tarifnya 95 euro per trip, entah berapa lama trip tersebut.

Kawasan Trocadero dan menara Eifffel terpisah oleh sungai Seine. Kedua sisi ini dihubungkan oleh jembatan Pont d’lena. Jembatan ini juga selalu ramai, dijadikan tempat berfoto dengan latar menara Eiffel yang lebih besar. Di atas jembatan ini banyak pelukis sketsa wajah, artis kaligrafi Chinese yang menuliskan nama dengan gaya china, dan yang membuat saya cukup terperangah, banyak sekali yang menawarkan judi jalanan, dengan taruhan minimal 50 euro. Kebanyakan permainan tipuan mata, seperti 3 gelas yang digeser-geser, salah satunya berisi bola atau koin. Banyak yang ikut bermain karena tertarik melihat mudahnya menebak, dan banyak yang menang. Padahal, sama seperti di Indonesia, yang banyak menang itu ‘turis’ komplotan mereka juga, begitu turis beneran main hampir pasti kalah, tebakannya salah terus. Ada juga yang menawarkan judi catur, model mati dalam 3 langkah gitu. Kalo dilihat, kebanyakan orang-orang ini berwajah eurasian, mungkin dari negara-negara pecahan rusia atau negara balkan. Saya juga mengingatkan keluarga agar terus waspada, karena Paris, terutama kawasan Eiffel ini sangat banyak copet. Banyak sekali sign peringatan agar berhati-hati terhadap copet.

Dari atas jembatan Seine, kita lanjut ke menara Eiffel, untuk naik ke atas. Antrian panjang sekali, saat kami antri, cuaca masih terang sekitar jam 8.30 malam, hampir satu jam kami antri beli tiket. Saat kami naik ke Eiffel, langit sudah gelap, untung juga sih, jadi kita dapat foto-foto Eiffel saat langit masih terang, dan foto-foto Eiffel di malam hari yang bagus pencahayaannya.


Saya beli tiketnya yang sampai ke lantai 2, harga tiket 9,5 euro untuk dewasa dan 6,5 euro untuk anak-anak. Kalau ada yang punya nafas dan dengkul kuat, bisa coba beli tiket naik tangga, cuma 4 euro per orang.. 🙂 Sampai di lantai 2 kami turun dari lift, dan mengambil berbagai foto dengan latar belakang kota Paris di waktu malam. Cantik memang pemandangan Paris dimalam hari dilihat dari ketinggian. Tak heran Paris sering disebut sebagai the most romantic city in the world. Sekitar satu jam kita di lantai 2 berkeliling dari satu sisi ke sisi lain, tak lupa mampir ke souvenir shop nya.

Skywalk
Setelah itu kita turun ke lantai 1 dengan lift juga. Tidak banyak turis yang berhenti di lantai 1 ini, padahal areal ini lebih luas dibanding lantai 2, dan di areal tengah ada semacam skywalk, lantainya dari kaca tebal transparan, jadi kalau kita berjalan disitu seolah berjalan mengapung. Cukup bikin jeri juga berdiri dan berjalan diatas kaca tersebut, melihat jarak yang cukup tinggi dari permukaan tanah. Rizki senang banget lari-larian diatas kaca tersebut, sementara Vira nggak berani lama-lama ataupun melihat kebawah saat di foto diatas lantai kaca tersebut.. 🙂

Sekitar jam 11.30 malam kami turun dari Eiffel dan balik ke arah Trocadero, pemandangan ke arah Eiffel dari Trocadero dimalam hari nampak berbeda dibanding saat langit masih terang. Cahaya lampu-lampu membuat Eiffel nampak semakin cantik di malam hari. Tentu pemandangan ini wajib untuk diabadikan dengan kamera.

Setelah itu baru kita menuju stasiun Metro Trocadero untuk naik kereta kembali ke arah hotel. Sampai di stasiun Porte du Montreuil sudah jam 00.30, kita belum sempat makan malam, pantesan rasanya lapar bener, akhirnya makan dulu di McD dekat stasiun tersebut. Sampe hotel sudah sekitar jam 01 malam. Istirahat dulu ya, besok pagi Disneyland time.. 🙂
Distance Traveled: 546 Km
Accommodation: Ibis Porte De Montreuil (3*)
Costs: Hotel 65 euro, Lunch 31 euro, Dinner McD 24 euro, Fuel 67 euro, Toll 42 euro, Eiffel Tickets 33 euro, Metro 12,8 euro.
Places visited: Trocadero, Seine river, Eiffel tower.
Countries visited: France
Lanjutan di: https://wp.me/p87qVT-32
Akhir Mei 2014 kami sempat jalan-jalan ke Paris. Kami berangkat dari stasiun Amsterdam Centraal dengan kereta cepat Thalys menuju stasiun Paris Nord (Gare du Nord) di Paris. Perjalanan sejauh lebih sekitar 510km melewati Roterdam, Antwerp, Brussels ditempuh hanya dalam waktu sekitar 3 jam 15 menit! Berarti kecepatan rata2nya lebih dari 150km/jam. Konon kecepatan maksimumnya saat di luar kota bisa mencapai 300km/jam tapi guncangannya nyaris ngga terasa. Walaupun tiket Thalys sudah kami beli online di Jakarta sekitar 1 minggu sebelumnya, tapi kami tidak kebagian tiket yang paling murah dan terpaksa beli yang sedikit lebih mahal. Lessons learned!
Kami menginap di Hôtel de Castiglione di jalan Rue du Faubourg Saint-Honoré. Stasiun Metro terdekat dari hotel ini adalah Concorde dan Madeleine yang keduanya berjarak sekitar 400 meter dari hotel. Tidak begitu jauh dari hotel ada Le Relais Tronchet, tempat ngopi di jalan jalan Rue Tronchet yang menurut kami sangat enak dibandingkan dengan semua kopi yang sempat kami coba di Eropa. Saya rekomen untuk coba crème brûlée nya.
Kami mengunjungi obyek2 wisata standar di Paris seperti Arc de Triomphe atau lengkapnya Arc de Triomphe de l’Étoile yang artinya Triumphal Arch of the Star, Musée du Louvre (Louvre Museum) yang dulunya adalah istana Palais du Louvre, jembatan Pont des Arts di sungai Seine yang saat itu masih dipenuhi “gembok cinta” (pada bulan Juni 2014, sekitar bulan setelah kunjungan kami, pagar jembatan roboh karena tidak kuat menahan beban sekitar 700ribu gembok yang dipasang di pagar sejak tahun 2008, dan kemudian pemerintah Paris melarang pemasangan gembok di pagar jembatan), Cathédrale Notre-Dame de Paris (atau yang lebih dikenal dengan sebutan Notre Dame), Galeries Lafayette, Menara Eiffel di mana kami beruntung bisa naik sampai puncaknya karena antrian tidak terlalu ramai.
Sekedar catatan Galeries Lafayette ternyata tutup di hari Minggu sehingga kami harus balik lagi besoknya. Lessons learned!
Karena waktu yang terbatas kami harus memilih antara ke Château de Versailles (Istana Versailles) yang sedikit di luar kota Paris atau ke Montmartre. Karena kami berjiwa seniman maka akhirnya kami memutuskan ke Montmartre. Keputusan yang tepat!
Montmartre adalah kawasan perbukitan seluas sekitar 60 hektar setinggi hingga 130 meter yang ditetapkan sebagai kawasan sejarah di Paris. Bangunan paling terkenal adalah gereja Basilique du Sacré-Cœur dan gereja Saint Pierre de Montmartre. Pada awal abad 20 banyak artis dan seniman yang bekerja atau memilik studio di Montmartre termasuk Salvador Dali dan Pablo Picasso.
Setelah sarapan masakan Turki di resto Le Pera di Rue de Castellane, kami naik metro dari stasiun Madeleine ke stasiun Abbesses. Dari sini kami mulai menjelajah kawasan Montmartre dengan berjalan kaki melewati Rue Yvonne le Tac, Rue Chappe, Rue Saint-Eleuthere, Rue du Cardinal Dubois sambil tidak lupa mampir di beberapa toko akhirnya kami sampai di Sacré-Cœur (The Basilica of the Sacred Heart of Paris), gereja Roman Katolik yang dibangun pada akhir abad 19 hingga awal abad 20. Setelah foto2 di depan Sacré-Cœur dengan latar belakang kota Paris dan masuk ke Sacré-Cœur di mana kami sempat nyolong foto2 sedikit di dalam (sebenarnya dilarang foto2 di dalam), kami lanjut jalan kaki melewati Rue du Chevalier de la Barre di mana banyak pelukis menawarkan untuk lukis wajah di tempat – ada beberapa juga yang agak memaksa. Tapi ngga usah khawatir, kalau ditolak dengan halus dan sopan mereka ngga marah kok.
Setelah belanja di beberapa toko di Rue du Mont Cenis dan makan siang di Caffe Moreno, kami lanjut jalan ke Place du Tertre. Tempat ini adalah lapangan kecil seperti alun-alun yang dipenuhi seniman yang menjual hasil karyanya dan juga pelukis yang melukis wajah langsung di tempat. Lanjut jalan melewati L’Espace Salvador Dalí (Espace Dali), sebuah museum untuk sculpture dan lukisan-lukisan karya Salvador Dalí di jalan Rue Poulbot yang sayangnya sedang tutup.
Di pertigaan jalan Rue Norvins dan Rue des Saules banyak toko-toko barang seni dan souvenir yang menarik. Tapi karena kami harus menghemat ‘amunisi’ karena liburan masih panjang, maka kami hanya window shopping dan juga foto2 karena spotnya cukup bagus.
Setelah jalan menanjak terus sejak stasiun metro Abbesses, jalan sekarang mulai menurun menuju La Maison Rose, sebuah Café/Restoran berwarna pink di pertigaan jalan Rue des Saules dan jalan Rue de l’Abreuvoir yang sangat bagus untuk jadi obyek foto. Kemudian kami menyusuri Rue de l’Abreuvoir, Rue Girardon, dan melihat Kincir Angin di Rue Lepic lalu menurun lewat Rue Tholozé ke jalan Rue des Abbesses. Setelah foto2 di pertigaan jalan Rue des Abbesses dan Rue Lepic yang spotnya bagus, kami menuruni Rue Lepic menuju Moulin Rouge di Boulevard de Clichy. Foto2 di depan Moulin Rouge is a must!
Menjelang magrib sekitar jam 21.00 kami pulang ke hotel naik metro dari stasiun Blanche ke stasiun Madeleine. Besok paginya kami akan check-out untuk terbang ke Venice dari bandara Orly Sud.
Kalau ada rejeki untuk jalan2 ke Paris lagi, mungkin kami akan cari hotel di Montmartre. Lessons learned!
SukaDisukai oleh 1 orang