D5 – 24 Juli, Prague-Budapest
Ini hari kelima petualangan kami di Eropa. Kebetulan di hotel Ambassador tempat kami menginap ini sudah termasuk breakfast, di hotel-hotel lainnya umumnya breakfast di charge antara 10-20 euro per orang. Sambil makan pagi di restoran hotel, saya browse tujuan berikut di ipad, mumpung wifinya kenceng di restoran. Oh ya, selama perjalanan ini saya mengandalkan wifi gratisan aja. Saya menggunakan nomer XL pasca bayar, sampai akhir tahun 2013 lalu, roaming data XL sangat terjangkau hanya 25 ribu rupiah per hari di Eropa dan Amerika. Dalam beberapa perjalanan sebelumnya, saya sangat memanfaatkan data roaming yang murah tersebut. Tapi sejak 2014, rate nya naik drastis, roaming data di negara-negara eropa dikenakan biaya 100 ribu sampai 200 ribu rupiah per hari per negara, artinya kalau dalam satu hari saya melewati 2 negara, akan terkena biaya roaming sampai 400 ribu per hari, sementara waktu saya lebih banyak untuk mengemudi dan mengunjungi tempat wisata, waktu bagi saya untuk akses internet hanyalah saat istirahat di hotel atau saat makan, dan umumnya di Eropa semua hotel dan restoran menawarkan free wifi. Bahkan di banyak kota seperti Amsterdam dan Berlin, free wifi juga dapat diperoleh di tempat-tempat wisata, dengan mengisi data nama dan alamat email. Isi asal-asalan juga bisa kok.
Setelah melihat-lihat alternatif akomodasi di Budapest, saya memilih Central Passage Apartment, ini merupakan Apart-hotel, Apartemen yang disewakan harian sebagai hotel. Lokasinya yang di pusat kota dan ruangan luas, ada kitchen, ruang makan dan mesin cuci, memperkuat minat saya untuk menginap disini, ratenya pun hanya 58 euro per malam. Kelar reservasi untuk hotel nanti malam, kami melanjutkan wisata dengan berjalan kaki di kawasan central prague ini.

Tujuan berikut, Charles bridge, ini adalah jembatan bersejarah di Prague. Jembatan ini membentang di atas sungai Vltava. Jembatan batu ini kisahnya dibangun oleh Raja Charles IV di abad 15. Di ujung jembatan ini ada menara bergaya gothic, konon salah satu menara gothic terindah di Eropa. Jembatan sepanjang 600an meter ini dihiasi banyak patung-patung di sisinya. Meskipun jembatan ini cukup lebar, saat ini hanya dibolehkan untuk pejalan kaki, mobil tidak boleh melintas. Di atas jembatan banyak sekali penjual souvenir dan pelukis sketsa wajah.

Setelah dari Charles bridge kami kembali ke hotel melewati kawasan old town, karena waktu checkout jam 12 sudah mendekat. Sayapun mengurus checkout di hotel, dan ternayta rate nya sesuai dengan quote yang saya peroleh di booking.com, 2200 CZK atau sekitar 79 euro, plus biaya parkir dan valet 500 CZK atau 20 euro, a real bargain untuk hotel bintang 5 di pusat daerah wisata. Sebelum meninggalkan Prague, saya ingin mampir dulu ke Hard Rock Café Prague, info di GPS jaraknya sekitar 5km dengan mobil. Kita ikuti saja arahan dari GPS, setelah jalan mutar-mutar 5Km lebih, ternyata HRC Prague ini ada di belakang old town Prague, kalo tau sih dari semalam kita kesitu.. hehehe.. niat nyarinya juga baru siang ini sih.. Kelar belanja kaos dan pin di HRC, mampir sebentar di KFC buat beli makan siang, rencananya makan siang di jalan aja menuju Budapest.

Jarak dari Prague ke Budapest sekitar 526 Km, melintasi negara Slovakia. GPS memperkirakan waktu tempuh 5 jam an. Keluar dari pusat kota Prague, memasuki highway, jalan kembali macet karena proyek perbaikan jalan di sekitar Prague, sama seperti kemarin. Sambil mengarungi kemacetan, kita makan aja bekal KFC tadi di mobil.. eh kelar makan, daerah macetnya juga terlewat, bablas deh wuss wuss menuju Budapest.
Kena Tilang! 😦
Sekitar satu jam dari Prague, indikator bensin menunjukkan posisi ¼, waktunya refueling. Sayapun merapat ke pompa bensin Shell yang terlihat ramai. Isi full tank sekitar 42 liter, dengan total harga sekitar 1.600 CZK,atau 57 euro, harga bensin ini lebih murah dari di Jerman ternyata. Habis isi bensin, mobil saya parkir di rest area, karena pada mau toilet break dulu. Kelar pipis, kita balik ke mobil. Pas mau masuk mobil ada polisi yang menghampiri saya, dia nanya, ini mobil anda..? Saya bilang iya, ada apa pak? Dia nanya, highway vignette nya mana..? Wah apa’an tuh pak.. saya gak paham.. Terus dengan simpatik polisi nya menjelaskan bahwa di Czech, untuk melintasi highway harus memiliki highway vignette, semacam stiker yang di tempel di kaca mobil, dengan masa berlaku 10 hari, sebulan atau setahun, bisa di beli di semua pompa bensin kata dia. Yang paling murah 10 hari harganya 390 CZK.
Baik pak, kalo gitu saya beli dulu di Shell sana.. Tapi polisi nya bilang, maaf tidak bisa, karena anda sudah tertangkap mengemudi tanpa vignette, jadi anda harus saya tilang. Wah.. lemes dah saya.. melihat saya pucat gitu polisinya senyum, dia bilang, saya mengerti anda tidak mengetahui peraturan disini, apalagi di Jerman dan Belanda tidak ada sistem vignette seperti ini, karenanya anda hanya saya kenakan tilang yang paling minimum, 1.000.. denger seribu otak saya mikir seribu euro.. lemes lagi saya.. liat itu polisinya bilang.. seribu CZK, bukan 1.000 euro.. berarti sekitar Rp 550.000, ya sudahlah, saya rela ditilang pak.. Dia bilang, kalau nggak punya uang CZK, bisa bayar dengan kartu kredit di mobil saya katanya. SIM dan Paspor saya di data di surat tilang nya, dan kartu kredit saya di charge 1.000 CZK. Nggak jauh beda ya dengan nilai denda masuk jalur busway di Jakarta. 😀 Selesai nilang polisinya minta maaf karena harus menilang saya, sopan bener ini polisi.. Terus dia bilang, 30 Km dari sini anda akan memasuki wilayah Slovakia, disana juga harus membeli vignette, begitu pula di Hungary, Austria dan Swiss, jangan sampai kena tilang lagi ya.. OK pak, dicatat..

Benar saja, sekitar 20 menit kemudian saya masuk wilayah Slovakia (sampai tahun 90an Slovakia dan Czech merupakan satu negara, mereka cerai jaman negara-negara Eropa timur memisahkan diri dari pengaruh Uni Sovyet pasca runtuhnya tembok Berlin). Persis di perbatasan Czech dengan Slovakia ada pompa bensin, saya berhenti disitu untuk membeli vignette Slovakia, harganya 10 euro untuk 10 hari. Tempel vignette di kaca, lanjtkan perjalanan. Slovakia relatif kecil, hanya satu jam sejak masuk Slovakia dari arah Czech, saya sudah masuk wilayah Hungary, di perbatasan Hungary saya kembali berhenti untuk membeli highway vignette, disini harganya 13 euro untuk 10 hari, tapi tidak diberikan sticker untuk di tempel di kaca, hanya di input nomor plat mobil ke system e-vignette, dan dikasih kuitansi. Kalau selama di hungary tertangkap kamera tanpa ada data pembayaran vignettenya di database, dendanya lumayan besar.
Midnite Madness
Sekitar 2 jam dari perbatasan, mobil kami memasuki wilayah budapest. Alamat aparthotel nya di jalan Kiraly Utca, GPS menuntun kami ke jalan Kiraly Utca, setelah sampai dijalan itu kok jalannya sepi banget, kayak daerah perumahan, tidak terlihat ada hotel atau pusat kota. Nggak lama ada 3 polisi patroli jalan kaki, saya tanya aja dimana Central Passage apartment, sambil menunjukkan bookingan hotel di ipad saya. Setelah mengecek alamatnya, polisinya bilang nama jalannya sama, tapi disini Budapest zona 4, yang kamu cari itu ada di Budapest zona 8, pusat kota katanya..Oh mungkin Kiraly Utca ini kalo di Jakarta kayak Jalan Haji Salim ya.. banyak nama jalan yang sama.. 😀
GPS pun saya set ulang, baru ketemu deh Kiraly Utca Budapest 8. Sekitar 15 menit dari tempat nyasar tadi, kami sampai di gedung Central Passage sekitar jam 8 malam. Setelah parkir di basement, saya check in di reception desk, yang terletak di seberang Central Passage. Sewa satu unit aparhotel ini 58 euro, dan parkirnya 4.500 florint per malam (sekitar 15 ero). Rupanya reception Aparthotel ini tidak buka 24 jam, tidak lama setelah saya check in, kantor reception terlihat tutup dan gelap. Apartemennya sendiri cukup luas dan apik, gaya minimalis modern. Nyaman dan lega, tapi ternyata tidak ada AC, tak apalah, malam di Budapest cukup sejuk dengan temperatur sekitar 22 derajat.
Tidak lama kami berangkat untuk menjelajah kota Budapest di malam hari, dengan berjalan kaki karena lokasi Central Passage ini di pusat keramaian dan tempat-tempat makan. Sekitar 600 meter berjalan kaki dari hotel, masuk ke jalan Deak Ferenciu, di jalan ini banyak sekali tempat makan, termasuk franchise internasional, Starbucks, Hard Rock Café, Café de Paris dan lainnya. Pastinya saya mampir ke Hard Rock Café, beli kaos dan pin. Dari situ kita cari makan dan akhirnya memilih Trattoria Italia, restoran alfresco dining di tengah2 Deak Ferenciu. Tapi kali ini pilihan kita salah, pizza dan pastanya nggak enak, hambar banget.. pertama kalinya selama tour ini makan nggak habis.. Damage cost 18.000 Hungarian florint, atau sekitar 60 euro..

Dari Trattoria kita berjalan ke arah Danube river. Ini sungai terpanjang kedua di Eropa yang melintasi 10 negara Eropa sepanjang hampir 3.000 Km. Dari tepian sungai Danube ini kita bisa melihat gedung Buda Castle di seberang sungai dan Chain bridge di sisi utara. Dimalam hari kedua objek ini di terangi lampu-lampu yang indah, keren buat foto disini di malam hari. Nggak terasa jalan-jalan udah jam 12 malem aja, kita balik ke aparthotel untuk istirahat.

Sebelum masuk hotel, mampir dulu di supermarket di depan hotel, beli-beli minuman, buah dan cemilan, sekalian beli deterjen karena di kamar mandi aparthotel ada mesin cuci. Baju-baju kotor pun dikumpulin. Masukin ke mesin cuci, isi deterjen dan nyalain mesin. Air terdengar mengalir ke dalam mesin, tak lama terdengar air mengocor keluar mesin.. Waduh, selangnya ternyata bochor.. bochor.. konyolnya, ini kamar mandi nggak ada floor drain nya, floor drain hanya ada di bath tub. Sebentar aja air udah meluap keluar kamar mandi mendekati dalam kamar. Buru-buru aja mesin cuci saya matiin. Air berhenti ngocor, tapi yang tadi meluap kan harus di keringin. Jadilah tengah malam saya sibuk mengepel dan memeras agar lantai kembali kering.. setengah jam baru kelar ngeringin lantai.. hadeeh.. aya-aya wae.. nyuci baju gagal, malah keringetan ngepel di tengah malam.. Saking capenya, abis ngepel saya bablas ketiduran..
DistanceTraveled: 528 Km
Accommodation: Central Passage Aparthotel
Costs: Hotel 58 euro, Lunch KFC 26 euro, Dinner Trattoria Italia 60 euro, Fuel 57 euro
Places visited: Prague: Charles bridge, Hard Rock café Prague, Budapest: Hard Rock Café Budapest, Danube river, Buda Castle, Chain bridge
Countries visited: Czech, Slovakia, Hungary
Lanjutan di: https://wp.me/p87qVT-26
nanya dikit ya pak, dari semua negara eropa yang dikunjungi, negara mana saja yang disarankan harus kita tuker euro, ke mata uang negara setempat?
negara yang saya ingin tahu, Ceko, Slovakia, Budapest, Vienna, Croatia, Swiss, Denmark, Swedia, Austria
SukaSuka
Hi Vic,
dari negara2 yang anda sebut, yang menggunakan Euro adalah Slovakia dan Austria (vienna nama ibu kota Austria BTW),.. selebihnya menggunakan mata uang sendiri, tapi euro juga diterima dengan luas di negara2 tersebut.
SukaSuka