Penerbangan Jakarta menuju Shanghai RRC bulan Oktober 2010 lalu berjalan mulus, saat pesawat mendekati kota Shanghai, lewat jendela di kejauhan terlihat pemandangan kota yang dipadati segala macam bentuk bangunan modern tinggi menjulang. Tidak ketinggalan samar terlihat area The Bund.
The Bund tidak hanya menawarkan keindahan kota Shanghai dimalam hari dengan lampu lampu dan suasana lalu lalang kapal tetapi juga area tersebut banyak bangunan tua artistik yang sangat indah pada malam hari karena disinari dengan lampu sorot keemasan.
Berseberangan dengan The Bund, di sisi sungai Huangpu terletak Pudong Area dengan menara televisi dan radio setinggi 468 meter (The Oriental Pearl Tower), menara nomor tiga tertinggi di dunia berbentuk tusuk sate menembus bola, pemandangan yang kontras antara masa lalu dan masa depan.
Di lobby Bandara kami dijemput Adik beserta keluarganya yang menetap sementara di kota Shanghai, misi kami mengunjungi pameran Shanghai Expo 2010 ditambah wisata seputar Shanghai bila mungkin hingga Beijing. Shanghai Expo 2010 (01 Mei-31 Oktober 2010), Expo termahal dalam sejarah bertemakan “Better City-Better Life” diikuti lebih dari 190 negara dan lebih dari 50 organisasi internasional.
Indonesia turut serta dalam event ini. Paviliun Indonersia merupakan paviliun terluas dari Negara Negara Asia Tenggara, paviliun Indonesia juga memberikan kesempatan kepada pengunjung untuk berpartisipasi dalam “Vote for Komodo National Park” yakni memilih Taman Nasional Komodo sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia (baru) di bidang alam.
Zhou Zhuang, jika Eropa punya Venesia dengan kanal kanal, jembatan dan gondolanya, maka Cina punya banyak kota serupa salah satunya Zhou Zhuang. Zhou Zhuang, sebuah kota kecil boleh dibilang dusun di propinsi Jiangsu. Lokasinya sekitar 90 kilometer dari Shanghai, inilah kota sungai cantik layaknya Venesia. Bedanya kalau Venesia dikelilingi dengan bangunan renaissance, sedangkan Zhou Zhuang memiliki rumah rumah kuno Cina dan kelenteng.
Meski Zhou Zhuang berusia lebih dari 900 tahun, ia masih terlihat masih seperti sekian ratus tahun yang lalu karena bangunan dan cara hidup penghuninya tetap sama seperti dahulu. Rumah rumahnya dibangun berdempetan sepanjang tepian kanal, berhadap hadapan dan dipisahkan oleh jalan setapak dari batu. Sungai sungai kecil membelah kota dengan saling berpotongan tegak lurus dan berbagai jembatan batu memudahkan penduduk beraktifitas. Kita mulai merasakan keindahan kota kuno ini ketika berjalan menyusuri pinggir kanal air dirindangi ratusan pohon willow sepanjang kanal.
Sensasi lain wisata Zhou Zhuang yakni mengelilingi dusun menggunakan perahu kayu/gondola . Si tukang perahu seorang ibu lansia mendayung sambil berdiri di bagian belakang perahu sesekali dia melantunkan lagu Mandarin yang mendayu sungguh sangat menyenangkan dan berkesan melayari kanal yang dipagari pohon pohon rindang dan sejauh mata memandang tampak deretan rumah kuno yang terawat baik.
Naskah dan foto oleh Lutfi Sriyono (l.sriyono@gmail.com)