Makassar Selayang Pandang

Makassar merupakan bagian dari sejarah keluarga saya. Meskipun saya tidak pernah tinggal disana, tetapi orang tua saya tinggal di Tonasa, Makassar, antara tahun 1965-1968. Kedua kakak saya juga lahir di Makassar. Saat saya kecil, saya sering di ceritakan tentang Makassar oleh orang tua saya. Ayah saya dulu bekerja di Departemen Perindustrian dan ditugaskan sebagai anggota tim pembangunan pabrik semen Tonasa. Banyak foto-foto orang tua saya berwisata di Makassar di tahun 60an, membuat saya sangat ingin melihat sendiri keindahan alam Makassar.

Tahun 1999 dan 2005, saya sempat mendapatkan tugas kerja ke Makassar, namun karena padatnya pekerjaan, saya relatif tidak banyak berwisata di sana. Barulah pada tahun 2006 dan 2010, saya berkesempatan mengunjungi beberapa lokasi wisata di Makassar dan sekitarnya. Kunjungan dengan keluarga di tahun 2010 merupakan wisata saya yang paling ekstensif di Makassar, wisata ini di dorong oleh keinginan anak-anak untuk main di Trans Studio theme park, yang saat itu baru saja dibuka. Tentunya, selain ke Trans Studio, kami juga mengunjungi berbagai obyek wisata di Makassar dan sekitarnya. Apa saja sih obyek wisata menarik disana? inilah beberapa yang sempat saya kunjungi.

Pantai Losari

Boleh dibilang, Pantai Losari saat ini menjadi ikon pariwisata Makassar. Pantai ini merupakan salah satu lokasi wisata pertama di Indonesia yang dibuat tulisan raksasa sebagai landmark nya, tulisan Pantai Losari ini diresmikan di tahun 2006. Saat saya ke Makassar tahun 2005, kawasan Pantai Losari masih belum ditata, masih banyak pedagang kaki lima memenuhi pantai. Kini pedagang kaki lima telah di relokasi di satu food court di pinggir kawasan Pantai Losari. Landmark Pantai Losari saat ini merupakan plaza luas yang berbatasan langsung dengan pantai. Lokasi ini menjadi lokasi foto wajib sebagai pertanda wisatawan pernah berkunjung ke Makassar. Untuk memasuki kawasan pantai terbuka ini tidak dipungut biaya. Di sore hari, pantai ini selalu ramai dengan warga dan wisatawan yag ingin menyaksikan panorama matahari terbenam. Kalau kesini di sore hari, jangan lupa cari kios makanan yang menjual pisang epe. Pisang yang di gepengkan dan di panggang, lalu disiram gula merah.. lekker.. 😛

15390822_10154802810723953_2047930939931962134_n

Benteng Fort Rotterdam

Benteng peninggalan pemerintah kolonial Belanda ini terletak tidak jauh dari Pantai Losari, jaraknya sekitar 1,5 km. Menurut sejarah, sebelumnya lokasi ini merupakan benteng dari kerajaan Gowa, sejak jaman kolonial, Belanda membangun Fort Rotterdam ini di abad 17. Pangeran Diponegoro di tahan oleh Belanda di benteng ini sejak tahun 1830 sampai wafatnya beliau di tahun 1855.  Di dalam Fort Rotterdam ini terdapat gedung-gedung yang dulunya digunakan pemerintah kolonial sebagai kantor gubernur jendral. Jika dilihat dari angkasa, keliling benteng ini berbentuk seperti penyu, karenanya masyarakat setempat juga menamakan Fort Rotterdam sebagai Benteng Penyu. Di depan Fort Rotterdam ini terdapat patung pahlawan nasional Sultan Hasanuddin menunggang kuda. Untuk memasuki Fort Rotterdam tidak ada HTM resmi, namun di sediakan kotak donasi bagi yang ingin menyumbang biaya perawatan.

15390719_10154802811158953_5006126746411700799_n

15349724_10154802811078953_5270344247798748977_n

Makam Pangeran Diponegoro

Pangeran Diponegoro ditangkap oleh Belanda pada tahun 1930, dan kemudian di penjara di Fort Rotterdam selama 25 tahun. Beliau wafat di Makassar pada tahun 1855 dan kemudian dimakamkan tidak jauh dari Fort Rotterdam. Saat ini lokasi makam Pangeran Diponegoro berada di tengah perkotaan, persisnya di jalan Pangeran Diponegoro Makassar. Selain makam beliau, di kompleks kecil pemakaman ini juga terdapat makam istri beliau dan beberapa makam kerabat. Untuk memasuki kompleks makam ini tidak dipungut biaya, namun biasanya ada pemandu lokal yang menawarkan jasa sejarah Pangeran Diponegoro, dengan biaya seikhlasnya 🙂

15327237_10154802811148953_7574615743292477027_n

Trans Studio

Arena bermain Trans Studio Makassar merupakan arena bermain yang sepenuhnya berada di dalam ruangan. Pengelola Trans Studio mengklaim bahwa ini adalah ‘The largest indoor Theme Park in the world’, entah benar atau tidak klaim tersebut. Arena bermain ini di buka di awal tahun 2010, kami berkunjung kesana sekitar 2 minggu setelah pembukaan, tidak heran kalau saat itu sangat banyak wisatawan yang berkunjung kesana, apalagi saat itu bertepatan dengan liburan imlek. Cukup banyak wahana dan permainan yang ada di dalam Trans Studio ini. Termasuk ferris wheel, roller coaster, bombom car, maupun bioskop 4D dan rumah hantu Dunia Lain. Tiket masuk theme park ini seharga Rp 100.000 (hari kerja) dan Rp 150.000 (hari libur). Di dalam Trans Studio ini ada panggung yang sering digunakan untuk pertunjukan musik dan disiarkan langsung di jaringan Trans TV. Enaknya bermain disini adalah ruangannya full AC, sehingga tidak terasa panas dan tidak melelahkan dibandingkan bermain di theme park outdoor seperti Dunia Fantasi. Tapi nggak enaknya, kita kehilangan orientasi waktu, tidak sadar apakah saat ini masih siang atau sudah malam.. 🙂

15327501_10154802810923953_2520586971030801541_n

Somba Opu

Somba Opu adalah kawasan perdagangan di kota Makassar. Daerah ini terkenal sebagai sentra perhiasan emas dan juga sentra oleh-oleh khas Makassar, sekaligus salah satu pusat kuliner. Banyak toko disini yang menjual kain sutera sengkang, sarung bugis, baju bodo, miniatur rumah adat toraja, serta makanan khas seperti bannang-bannang, baruasa, otak-otak tenggiri dan kopi toraja. Makassar juga dikenal sebagai penghasil minyak tawon, di Somba Opu semua toko oleh-oleh menjual minyak tawon ini. Lapar setelah belanja? jangan khawatir, di sekitar Somba Opu banyak restoran yang menawarkan makanan selera nusantara maupun khas Makassar seperti pallu basa, coto makassar, sop konro dan konro bakar.. hmm.. yummy.. 🙂

15400921_10154802811203953_6751796167367126373_n

15078738_10154802810738953_7016525386053228420_n

Bantimurung

Bantimurung terletak diluar kota Makassar, tepatnya di kabupaten Maros yang berjarak sekitar 45 km dari Makassar. Perjalanan dari Makassar ke Bantimurung ditempuh dalam waktu 1 jam 15 menit jika menggunakan kendaraan pribadi. Di Bantimurung ini ada beberapa obyek wisata yang menjadi daya tarik pengunjung. Disini terdapat air terjun Bantimurung, berbeda dengan air terjun umumnya yang jatuh dari tebing, di Bantimurung ini airnya seperti meluncur di atas batu yang memiliki kemiringan sekitar 45 derajat, karenanya sebagian warga sana lebih menyebutnya sebagai air meluncur, bukan air terjun. Disini pengunjung dapat bermain air di sungai yang memang relatif dangkal, dengan kedalaman sekitar 30-50 cm, bisa juga menyewa ban untuk bermain seluncur air dengan ban (water tubing).

15400974_10154802810958953_1159055043829489182_n

Bantimurung juga merupakan kawasan tebing karang (karst) terbesar di Indonesia. Di beberapa kaki tebing ini terdapat gua-gua alam. Dari air terjun, pengunjung bisa mengambil jalur pendakian untuk mencapai gua alam ini. Ada dua gua di tepi jalan air terjun yang biasa dikunjungi wisatawan, gua batu dan gua mimpi. Hiking di jalur ini memakan waktu sekitar 20 menit, yang cukup bikin nafas tersengal dan keringetan 🙂 Namun begitu sampai di gua, kelalahan tak lagi terasa. Konon, gua ini panjangnya mencapai 1 km lebih, tapi ya makin ke dalam jalurnya makin sempit, kami cukup berfoto di sekitar mulut gua.

15317870_10154802811008953_6071311161483221087_n

Taman nasional Bantimurung ini juga merupakan habitat kupu-kupu terbesar di Indonesia. Sangat banyak kupu-kupu beterbangan di sekitar air terjun dan di sepanjang jalan menuju gua alam. Keaneka ragaman kupu-kupu di kawasan ini membuat peneliti asal Inggris, Alfred Wallace menghabiskan waktu bertahun-tahun di tahun 1800an untuk meneliti kupu-kupu dan fauna Sulawesi, yang kemudian menghasilkan teori Garis Wallace. Diperkirakan ada sekitar 250 jenis kupu-kupu yang hidup di kawasan Bantimurung. Di area masuk kawasan Bantimurung juga ada musium kupu-kupu, tapi sayang kami tak sempat masuk ke dalamnya.

Ah.. jadi pingin ke Makassar lagi nih, tapi kalau kesana lagi, harus sekalian ke Tana Toraja, salah satu destinasi impian saya yang belum tercapai. Libur kapan ya..? 🙂

3 Comments Add yours

  1. Semoga pariwisata Makassar semakin maju dan dikenal lebih banyak orang di Indonesia maupun dunia

    Suka

    1. Aamiin.. saya baru 5x ke Makassar, dan pingin lagi kesana.. 🙂

      Suka

  2. Neni berkata:

    Mas,ada koreksi..Pangeran Dipenogoro harusnya ditangkap tahun 1830..karena disitu ditulis wafat 1855.😊

    Suka

Tinggalkan Balasan ke Neni Batalkan balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s