Ayutthaya adalah ibukota lama kerajaan Siam (Thailand). Menurut sejarah, kota ini dibangun pada tahun 1300 an, dan pernah menjadi kota terbesar di Asia dengan populasi mencapai 1 juta jiwa di tahun 1700an. Namun pada tahun 1767, kota ini dihancurkan oleh kerajaan tetangganya, Burma, membuat kota ini perlahan ditinggalkan warganya. Kerajaan Siam kemudian pindah ke lokasi baru yang sekarang dikenal sebagai kota Bangkok. Setelah lama ditinggalkan, sebagian sisa-sisa kejayaan kerajaan Siam di Ayutthaya mulai di restorasi di tahun 1900an dan djadikan situs sejarah pada tahun 1976. Unesco kemudian menjadikan taman sejarah ini menjadi salah satu situs peninggalan dunia pada tahun 1991.
Saat ini Ayutthaya adalah sebuah kota kecil yang dihuni sekitar 50.000 jiwa. Kota ini berjarak sekitar 8o kilometer dari Bangkok dan dapat ditempuh dengan bus atau taksi dalam waktu sekitar 1,5 jam. Jalur kereta dari Bangkok menuju Ayutthaya juga tersedia, bahkan jika anda betah melayari sungai, dari Bangkok menuju Ayutthaya bisa ditempuh dengan perahu melalui sungai Chao Praya dengan waktu tempuh sekitar 4 jam. Saya berkesempatan berkunjung ke Ayutthaya bersama keluarga di tahun 2007 dengan naik minibus dari Bangkok, tarifnya sekitar 80 baht per orang. Sampai di terminal bus Ayutthaya, kita harus ganti moda transportasi untuk berkeliling Ayutthaya dengan ‘taksi’ lokal. Taksi lokal ini adalah kendaraan pick-up dengan kanopi di belakangnya. Kami mencharter taksi ini untuk berkeliling Ayutthaya seharian dengan tarif 1.000 baht.
Obyek wisata utama di Ayutthaya adalah kompleks Ayutthaya Historical Park, ini adalah sebagian dari wilayah kota Ayutthaya kuno yang masih relatif terjaga kondisinya. Sebagian bangunan dan kuil disini telah di restorasi, namun karena populasi Ayutthaya saat ini sedikit, tidak banyak warga yang melakukan ibadah di kuil-kuil yang ada. Jika kuil-kuil buddha di Bangkok umumnya di cat dan di hiasi berbagai mosaik warna, kuil-kuil di Ayutthaya ini sebagian besar dibiarkan tanpa cat, malah sebagian bata merahnya tidak di tutup, memberikan kesan antik dan penuh misteri. Namun patung-patung Buddha yang ada umumnya terawat dan dipasangkan kain penutup.
Salah satu landmark yang paling terkenal di Ayutthaya adalah Buddha head tree. Ada satu patung kepala Buddha yang terletak di dalam satu pohon besar. Pohon dengan kepala Buddha ini juga merupakan salah satu obyek yang paling banyak di foto di Thailand. Patung kepala Buddha di dalam akar pohon ini berada di halaman Wat Mahathat, salah satu kuil Buddha yang ada di kompleks Ayutthaya historical park. Diperkirakan, saat kerajaan Burma menghancurkan kota Ayutthaya, sebagian patung dibiarkan tergeletak selama ratusan tahun dan ditumbuhi pohon-pohon yang berkembang di sekitar reruntuhan.
Di kompleks ini, bangunan kuil yang paling besar adalah Wat Phra Ram. yang di kelilingi oleh beberapa kuil kecil dan Wat Phra Sri Sanphet. Hampir semua kuil disini dibiarkan dalam kondisi batu batanya terekspose, tidak dilapis ulang dengan semen, sehingga lansekap di kompleks ini di dominasi warna merah bata. Berkeliling kompleks Ayutthaya historical park ini memerlukan waktu sekitar 2 jam. Untuk memasuki beberapa kuil di historical park, pengunjung perlu membeli tiket seharga 50 baht.
Di salah satu sisi tembok batas kota Ayutthaya lama ini, banyak terdapat patung Budhha yang sudah tidak ada kepalanya. Menurut cerita pemandu, saat kota Ayutthaya terabaikan di tahun 1800-1900an, banyak kepala dari patung-patung ini dijarah oleh para pemburu artefak, untuk dijual kepada para kolektor benda antik di luar negeri.
Kalau di Bangkok ada patung reclining Buddha yang sangat terkenal di Wat Po, di Ayutthaya juga ada patung reclining Buddha, namun bedanya di Ayutthaya ini patungnya di tempat terbuka dan terbuat dari semen, bukan dari perunggu. Tempat ini bernama Wat Yai Chai Mang Khon, yang terletak tidak jauh dari Ayutthaya historical park.
Di Ayutthaya, kita juga bisa berkunjung ke kampung gajah (Elephant Village). Disini kita bisa melihat gajah-gajah melakukan berbagai atraksi akrobat, melukis, ataupun menunggang gajah untuk berkeliling kampung gajah. Untuk naik gajah ini, ongkosnya 500 baht, selama sekitar 15 menit. Selesai menunggang gajah, foto kita saat naik gajah sudah tersedia di lokasi dan bisa ditebus dengan harga 200 baht. Lukisan karya gajah-gajah disini juga dijual sebagai souvenir. Sebagian besar lukisannya hanya warna-warni abstrak, tapi ada juga yang menyerupai bentuk bunga. Tapi kalau kita perhatikan, saat gajah-gajah ini melukis, sebetulnya pawang gajah mengarahkan gerakan kuas di ujung belalai, dengan menarik-narik gading si gajah, jadi sebetulnya si gajah hanya memegang kuas dengan belalainya, gerakan kuasnya dikendalikan oleh pawang.
Sebagai bekas ibukota kerajaan, Ayutthaya juga memiliki situs istana kerajaan. Ada beberapa istana kerajaan di Ayutthaya, Grand Palace (Wang Luang), Front Palace (Wang Na) dan Rear Palace (Wang Lam). Dulunya, raja tinggal di Grand Palace, Putra Mahkota tinggal di front palace, sedangkan anggota keluarga kerajaan lainnya tinggal di rear palace. Kompleks istana kerajaan ini terletak agak jauh dari historical park. Setelah seharian berkeliling Ayutthaya, kami kembali ke Bangkok dengan bis di sore hari. Jika anda berkunjung ke Bangkok dan memiliki waktu luang sehari penuh, sempatkan berkunjung ke Ayutthaya, nggak akan nyesel deh.. 🙂