Marrakesh (dalam bahasa Perancis ditulis Marrakech) adalah kota terbesar keempat di Maroko dari jumlah penduduknya, dengan populasi sekitar 930.000 jiwa. Namun dari aspek budaya dan sejarah, Marrakesh merupakan kota yang paling utama di Maroko. Kota yang didirikan pada tahun 1062 ini pernah menjadi pusat perdagangan, pendidkan dan pengajaran agama Islam terbesar di benua Afrika. Pada abad 16 Marrakesh pernah menjadi ibukota kerajaan Maroko (Maghribi). Di kota ini banyak terdapat bangunan yang dilindungi UNESCO sebagai situs warisan dunia.
Saya berkesempatan berkunjung ke Marrakesh pada Januari 2018. Cerita bagaimana saya akhirnya busa berwisata ke Marrakesh cukup panjang. 😁 Awalnya, saat istri Saya memberi kabar kami mendapat hadiah paket umrah 9 hari dari tempat kerjanya, Saya langsung terlintas untuk sekalian extend ke Maroko setelah umrah, dengan tujuan utama Casablanca dan Marrakesh. Kamipun mengontak biro perjalanan umrah yang ditunjuk untuk membicarakan rencana extend ke Maroko ini, namun sayang, biro perjalanannya tidak akomodatif, mereka bilang tidak bisa extend, karena umrahnya sudah paket rombongan, jadi tidak bisa dirubah tiket berangkat maupun pulangnya.
Sebulan sebelum keberangkatan unrah, Saya sampaikan alternatif lain, bagaimana kalau tiket pulangnya Saya hanguskan saja, kita beli tiket baru lagi dari Jeddah ke Casablanca dan Casablanca-Jakarta. Lagi-lagi kami dilarang oleh travel tersebut, dengan alasan kami akan menghadapi masalah saat di imigrasi Saudi, karena tidak naik pesawat ke Jakarta. Apabila ada anggota rombongan umrah yang tidak pulang bersama sesuai rencana yang diajukan saat pengajuan visa umrah rombongan, travelnya juga akan kena denda. Karena tidak ingin merugikan orang lain, akhirnya kami membatalkan niat extend ke Maroko. Setidaknya untuk sementara.
Saat di kota Mekkah selesai umrah pertama, Saya melihat ada kantor Saudi Airlines di Hilton depan Masjidil Haram. Iseng-iseng Saya tanya disana, apakah tiket kami yang merupakan bagian tiket rombongan, bisa dirubah tanggal pulangnya hanya untuk Saya dan istri. Ternyata bisa, meskipun biaya perubahannya cukup besar karena sudah tinggal 3 hari lagi dari jadwal kepulangan. Saya tanya lagi apakah dengan visa umrah yang kami miliki tidak masalah jika dari Jeddah tidak langsung kembali ke Jakarta? Jawabnya tidak masalah. Wah, sungguh kami merasa dibohongi oleh travel umrah kami.
Saya langsung telepon perwakilan travel, mengkonfrontasi informasi yang mereka sampaikan selama ini berbeda dengan info yang Saya peroleh dari Saudi Airlines, sekaligus kami kirimkan bukti-bukti dari Saudi Airlines, akhirnya pihak travel bilang tidak bisa menghalangi lagi kalau niat kami ke Maroko sudah bulat. Entah apa maksud pihak travel selama ini menghalang-halangi rencana kami untuk extend ke Maroko. Kalau terlalu malas until membantu, setidaknya persilakan kami untuk mengurus sendiri, bukan menghalang-halangi dengan alasan yang tidak benar.
Singkat cerita, akhirnya saya dan istri membeli tiket Jeddah-Casablanca pp sampai ke Jakarta. Saat rombongan umrah kami menuju bandara Jeddah untuk pulang ke Jakarta pada tanggal 24 Januari malam, Saya dan istri ke terminal yang berbeda untuk penerbangan menuju Casablanca. Sempat was-was jika kami ditanyakan kenapa tidak pulang ke Jakarta, ternyata saat check-in maupun di imigrasi, tidak ada pertanyaan apapun. Confirm lah selama ini kami dikibulin pihak travel 😁
Setelah menempuh penerbangan sekitar 7 jam dari Jeddah, kami tiba di bandara Casablanca pada hari Rabu, 25 Januari sekitar jam 11.45 waktu Maroko. Proses imigrasi di bandara Casablanca sangat cepat. Paspor Indonesia bebas masuk Maroko tanpa visa, untuk kunjungan selama 90 Hari. Keluar imigrasi, kami mengambil bagasi dan kemudian menuju stasiun kereta bandara di basement Airport.
Hari ini kami langsung menuju Marrakesh, yang jaraknya sekitar 240km dari Casablanca. Dari bandara kami naik kereta ke stasiun Casa Voyageurs di pusat kota Casablanca, harga tiketnya 43 MAD (Moroccan Dirham), kurs 1 Dirham saat itu sekitar Rp. 1.500. Setiap jam ada kereta dari Bandara ke stasiun Casa Voyageurs. Perjalanan dari Bandara ke Casa Voyageurs ditempuh sekitar 40 menit. Jam 3 kurang kami sampai di Casa Voyageurs, dan Saya langsung membeli tiket kereta dari Casa Voyageurs menuju Marrakesh. Kereta berikut berangkat jam 15.30 dengan harga tiket MAD 95.
Perjalanan dari Casa Voyageurs menuju Marrakesh ditempuh sekitar 3 jam 20 menit. Pemandangan selama perjalanan agak mirip dengan lansekap di Eropa bagian selatan, apalagi saat itu udara cukup dingin, sekitar 12 derajat celcius. Sepanjang perjalanan, Saya kerap teringat lagu classic rock ‘Marrakesh Express’ milik Crosby, Still & Nash.. Would you know we’re riding.. On the Marrakesh Express.. All on board that train..
Kami tiba di stasiun Marrakesh sekitar jam 6.50 sore. Lalu mencari taksi menuju Marrakesh Medina. Setelah tawar menawar, sepakat tarif taksinya 50 MAD. Marrakesh Medina ini adalah kawasan kota tua Marrakesh. Jalannya kecil-kecil dan taksi tidak bisa masuk, sementara tempat kami menginap ada di tengah Medina. Kami turun taksi di luar Medina, untungnya ada jasa gerobak yang membawakan koper kami menuju penginapan dengan ongkos MAD 30.
Sekitar jam 7.15 malam kami sampai di hotel Belleville. Di kawasan Medina ini tidak ada hotel berbintang. Semua penginapan merupakan penginapan tradisional yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Penginapan di dalam Medina ini dikenal sebagai Riad. Mungkin Riad ini mirip losmen kalau di Indonesia. Sebagian Riad ada yang bagus dengan standar mirip butik hotel, sebagian lagi biasa saja.
Riad Belleville yang kami sewa ini memiliki 9 kamar, kami pesan di booking dot com karena ratingnya yang bagus. Setelah check in, kami dapat kamar di lantai 2, kamar gaya klasik timur tengah dengan kelambu di tempat tidurnya. Setelah mandi dan berberes, kami keluar dari Riad sekitar jam 8 malam untuk mengeksplorasi Marrakesh Medina ini, sekalian makan malam.
Atraksi utama kota Marrakesh ini adalah pasar malamnya, tepat di tengah Medina, kawasan Jemaa El-Fnaa. Ini adalah suatu lapangan luas, dimalam hari lapangan ini dipenuhi dengan kios-kios pedagang makanan dan berbagai pedagang kaki lima, atraksi seni dan pertunjukan. Mulai dari tarian ala Turki, pawang ular kobra, ensemble perkusi Maroko dan lainnya. Inilah tempat paling happening di Marrakesh selama ratusan tahun. Seperti umumnya pasar malam dan pusat keramaian, anda harus ekstra hati-hati menjaga dompet dan tas.
Setelah berkeliling lapangan Jemaa El-Fnaa, kami mencari makan malam. Agar bisa menikmati pemandangan pasar malam dari ketinggian, kami memasuki salah satu restoran bertingkat di sekitar lapangan. Saat itu asal pilih aja resto yang balkonnya terlihat luas dan cahayanya gemerlap, resto Argana. Setelah duduk di balkon resto dan buka-buka trip advisor, ternyata memang resto Argana ini highly recommended.
Pemandangan dari balkon resto ini ke lapangan Jemaa El-Fnaa sungguh cantik. Setelah melihat-lihat menu, kami memilih menu khas Maroko, Tajine de Bouf Dan Tajine de Poullet. Ini adalah slow cooked beef dan slow cooked chicken dengan aneka bumbu dan rempah. Rasanya sangat lezat. Meski disajikan tanpa nasi atau kentang, porsinya cukup membuat kenyang. Makan malam kami makin otentik dengan minuman khas Maroko, yaitu Moroccan mint tea, dengan daun mint segar yang dijerang dalam teko kecil. Makan malam yang tak terlupakan.
Setelah makan malam, kami melanjutkan berkeliling kawasan Jemaa El-Fnaa Dan melintasi berbagai lorong di kawasan Medina. Udara dingin sekitar 8 derajat membuat kami tak kuat berlama-lama diluar, sekitar jam 11 malam kami kembali ke Riad untuk beristirahat.
Besok paginya, kami sarapan di lantai 3 Riad, sarapan ala Maroko dengan menu berbagai roti tradisional, Moroccan mint tea dan fresh orange juice. Orange juice merupakan salah satu minuman andalan Maroko, rasanya sangat segar dan manis, meskipun tanpa gula. Setelah sarapan dan mandi, kami menitipkan koper di resepsionis dan kemudian mengeksplorasi obyek wisata lainnya di Marrakesh.
Tujuan pertama pagi in adalah Bahia Palace. Dari hotel, kami berjalan kaki sekitar 700 meter menuju Bahia Palace, melewati berbagai lorong di kota tua ini. Banyak lorong yang mengingatkan Saya pada panel-panel komik petualangan Tintin dalam episode Kepiting Bercapit Emas yang memang mengambil lokasi di Maroko.
Sekitar jam 10 kami tiba di Bahia Palace. Ini adalah istana yang dibangun di abad 19 oleh Si Moussa, yang merupakan Menteri Kepala kesultanan Maroko di abad 19. Kompleks istana ini cukup luas, dengan banyak halaman dan taman. Untuk memasuki kompleks ini dipungut retribusi 20 Dirham. Kompleks istana ini sudah tidak digunakan lagi untuk tempat tinggal, menyisakan ruangan-ruangan kosong di penjuru istana.
Dari Bahia Palace kami melanjutkan wisata ke Souk, pasar tradisional yang menjual berbagai rempah-rempah dan Moroccan oils. Di sekitar souk ini juga banyak toko souvenir, one stop shopping buat yang belanja oleh-oleh khas Maroko. Harga-harga di pasar ini sangat bisa ditawar. Kalau jago dan gigih nawarnya, bisa dapat harga setengah dari penawaran awal untuk barang tertentu, minimal bisa kurang 15%.
Dari souk, kami melanjutkan jalan kaki menuju Koutoubia Mosque. Ini adalah mesjid terbesar dan tertua di Marrakesh, yang dibangun pada abad 12. Masjid ini memiliki ciri khas menara setinggi 77 meter, yang merupakan landmark kota Marrakesh. Sayangnya masjid ini hanya dibuka untuk umum sekitar waktu shalat berjamaah saja. Saat Saya kesana jam 1 siang, setengah jam setelah adzan dzuhur, seluruh pintu masjid sudah ditutup, baru akan dibuka lagi saat shalat Ashar.
Dari masjd Koutubia kami kemudian kembali ke Riad Belleville sekitar jam 2 siang, mengambil koper dan kemudian naik taksi menuju stasiun Marrakesh. Setelah sampai di stasiun, ternyata kereta menuju Casablanca baru berangkat 10 menit lalu, terpaksa kami menunggu kereta berikutnya yang jam 4 sore. Sambil menunggu waktu, kami makan siang di lantai 2 stasiun, pilihannya hanya Ada McDonald’s atau KFC.
Jam 7 malam kami tiba di Casa Voyageurs. Kami menginap di hotel ibis Voyageurs, yang letaknya persis di pintu keluar stasiun Casa Voyageurs. Kami sengaja memilih hotel ini, karena 2 hari kedepan, kami berencana mengunjungi Kota Fez dan keliling Casablanca dengan transportasi kereta. Lokasi hotel ini sangat memudahkan karena Casa Voyageurs merupakan hub utama transportasi dari Casablanca menuju kota-kota lainnya di Maroko.