72 tahun lalu, pada tanggal 6 Agustus 1945, kota Hiroshima di hancurkan oleh pasukan Amerika Serikat dengan bom atom, meluluh lantakkan kota dan menewaskan separuh penduduknya. Tiga hari kemudian, menyusul kota Nagasaki di selatan Jepang di bom atom oleh Amerika Serikat. Efek dari bom atom ini begitu mengerikan dan dahsyat, ratusan ribu orang tewas seketika, dan puluhan ribu lainnya tewas akibat efek radiasi selama beberapa bulan setelahnya.
Peristiwa pemboman Hiroshima dan Nagasaki ini secara efektif mengakhiri perang dunia ke II. Pada 15 Agustus 1945, Jepang menyatakan menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Peristiwa menyerahnya Jepang ini kemudian membuat para pemuda Indonesia mendesak Soekarno-Hatta untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Jepang. Secara tidak langsung, pemboman Hiroshima dan Nagasaki merupakan bagian dari sejarah kemerdekaan Indonesia. Keterkaitan sejarah ini membuat saya ingin sekali berkunjung ke Hiroshima dan Nagasaki. Pada akhir bulan Maret 2015, saya berkesempatan berkunjung ke Nagasaki dan Hiroshima, bersama dua orang rekan kerja.
Perjalanan kami dimulai dari bandara Osaka sekitar jam 10 pagi. Dengan berbekal Japan Rail Pass (JR Pass) 7 hari, kami mengambil kereta dari bandara Kansai ke Shin-Osaka, saat sampai di Shin-Osaka, kami melihat jadwal kereta Shinkansen yang menuju Hakata akan berangkat dalam 5 menit. Kamipun berlari-lari menuju kereta Shinkansen tersebut dan persis setelah kami masuk kereta, pintu kereta tertutup dan kereta langsung jalan. Kamipun berjalan di dalam Shinkansen mencari gerbong yang non-reserved, tapi sampai ujung shinkansen, semua gerbong nya untuk reserved passenger. Saat kami kebingungan ini, petugas kereta datang memeriksa tiket, kami tunjukkan JR Pass, kemudian petugas kereta bilang bahwa JR Pass tidak berlaku di kereta Nozomi yang saat itu kami naiki, kami dipersilakan turun di stasiun berikutnya untuk naik kereta Shinkansen Sanyo, Sakura, Hikari atau Kodama. Untunglah petugasnya baik, kami tidak di denda karena naik kereta yang salah 🙂
Kami turun di stasiun berikut dan menunggu sekitar 1/2 jam sampai kereta Shinkansen Sakura datang. Kamipun naik kereta tersebut, perjalanan ke Hakata ditempuh selama 2 jam 30 menit. Dari Hakata, kami harus ganti kereta Kamome Express ke Nagasaki, dengan waktu tempuh sekitar 2 jam 15 menit. Saat di kereta Kamome Express, teman saya ngobrol-ngobrol dengan penumpang kereta yang duduk dekat kami, dia ternyata warga Nagasaki. Dia menanyakan tujuan kami ke Nagasaki, saat kami bilang untuk napak tilas sejarah ke situs-situs terkait pemboman Nagasaki, dia menawarkan untuk mengantar kami berkeliling, wah.. baik sekali ini orang, baru kenal di kereta sudah mau mengantar kami jalan.
Sampai di Nagasaki sekitar jam 5.30 sore, kami menuju hotel Comfort yang jaraknya sekitar 500 meter dari stasiun kereta. Warga jepang yang baik hati ini sampai menemani kami berjalan kaki menuju hotel, sambil berjanji akan menjemput kami jam 7 malam dengan mobilnya. Setelah check in dan berberes, kami standby di lobby hotel. Benar saja, tepat jam 7 malam, dia sudah datang dengan mobilnya, kamipun diajak ke berbagai tempat di Nagasaki, baik yang terkait dengan lokasi pemboman maupun tempat-tempat wisata lainnya di kota Nagasaki.
Pertama kami di ajak ke jembatan kacamata (spectacles bridge), jembatan ini tiang penopangnya berbentuk dua busur setengah lingkaran, di malam hari, lampu-lampu di sekitar jembatan dan bayangan dua busur ini membentuk dua lingkaran, seperti kacamata. Sungai yang mengalir di bawahnya sangat bersih, dan banyak di sediakan batu pijakan bagi wisatawan yang ingin bermain air ke tengah sungai. Dari spectacles bridge, kami diajak ke lokasi dimana bom atom ‘Fat Man’ di jatuhkan pada tanggal 9 Agustus 1945.
Lokasi ini berada di tengah pemukiman, dan agak menanjak ke atas bukit. Untuk menuju lokasi ini kita harus menaiki ratusan anak tangga. Lokasi ini kini telah kembali menjadi pemukiman padat, tidak tampak sisa-sisa kedahsyatan bom atom, hanya ada satu gerbang pemukiman yang dibiarkan dalam kondisi rusak, gerbang ini hanya tersisa setengahnya, persis seperti kondisi saat kawasan ini hancur oleh bom atom (lihat foto diatas), sebagai satu-satunya tanda bahwa kawasan ini pernah hancur total oleh bom atom.
Dibawah bukit ini terdapat Nagasaki peace park, taman yang dibuat untuk mengenang pemboman kota Nagasaki. Di kompleks ini terdapat patung perdamaian dan museum Nagasaki atomic bomb. Karena saat kami kesana sudah malam hari, museum ini sudah tutup, kami hanya melihat-lihat taman, patung perdamaian dan Urakami Cathedral, gereja yang dulu sempat hancur akibat bom atom, namun telah dibangun kembali. Di tahun 1945, Urakami Cathedral adalah gereja katolik terbesar di benua Asia.
Dari Nagasaki peace park, kami di ajak ke Mount Inasa. Ini adalah bukit setinggi 333 meter, yang merupakan titik tertinggi di kota Nagasaki. Mount Inasa merupakan tempat terbaik untuk melihat panorama kota Nagasaki di malam hari. Disini terdapat menara dan viewing deck untuk melihat panorama kota dan pelabuhan. Sungguh cantik pemandangan kota Nagasaki dimalam hari dilihat dari bukit ini.
Setelah kami puas berkeliling Mount Inasa, kawan kami mengajak kembali ke kota, dia bilang akan menjemput pacarnya untuk makan malam bersama kami. Teman baru kami ini rupanya pemilik restoran di salah satu hotel di Nagasaki, jadilah kami makan malam di restorannya.
Menu malam itu aneka sushi dan ramen, kami makan berlima malam itu, tapi saat kami mau membayar untuk ber 5, dia menolak kami membayari makanan dia dan pacarnya, jadi kami hanya bayar untuk 3 orang. Saya dan teman-teman sungguh merasa hutang budi kepada teman baru ini, kami minta tolong rekan di Jakarta untuk membelikan dia kemeja batik tulis dan dikirimkan ke alamat restorannya. Mudah-mudahan batik tersebut sampai kepada dia 🙂
Besok paginya, kami berjalan-jalan di sekitar pelabuhan Nagasaki, melihat kapal layar kayu di pelabuhan, kawasan industri, deretan restoran dan cafe yang pagi itu banyak yang belum buka, dan kemudian mampir ke taman sakura di dekat pelabuhan. Saat itu taman sakuranya baru mulai bermekaran di akhir bulan Maret.
Menjelang siang, kami melanjutkan perjalanan ke Hiroshima, kota yang pertama kali dihancurkan oleh Amerika pada tanggal 6 Agustus 1945. Perjalanan dari Nagasaki menuju Hiroshima harus ganti kereta di Fukuoka. Di Fukuoka kami stopover selama dua jam sekalian makan siang dengan sahabat saya yang tinggal di Fukuoka. Setelah makan siang, kami tiba di Hiroshima sekitar jam 4 sore. Kami naik hop on hop off bus berkeliling Hiroshima, melewati Hiroshima castle. Sorenya, kami menuju Hiroshima Peace Memorial, yang dikenal juga dengan nama atomic bomb dome.
Nama dalam bahasa Jepang gedung ini adalah Genbaku Domu. Gedung ini diresmikan tahun 1915, sebagai gedung pameran komersial Hiroshima (Hiroshima Prefecture Commercial Exhibition). Tanggal 6 Agustus 1945, jam 8:15 pagi, pesawat bomber B-29 yang diberi nama Enola Gay, menjatuhkan bom atom ‘Little Boy’ di Hiroshima. Titik pusat ledakan sesungguhnya ada di ketinggian beberapa ratus meter di udara, namun jika ditarik garis lurus, titik pusat ledakan (hypocenter) berada di rumah sakit Hiroshima, jaraknya sekitar 500 meter dari Atomic Bomb Dome ini. Saat kami mengunjungi atomic bomb dome, situs bersejarah ini sedang dalam perawatan, sehingga banyak tiang-tiang penyangga yang menutupi pemandangan.
Di sekeliling Hiroshima Peace Memorial ini terdapat banyak papan informasi yang menjelaskan riwayat gedung dan tentunya riwayat pemboman kota Hiroshima. Kini kawasan Hiroshima Peace Memorial ini menjadi taman yang resik, di kelilingi sungai Ota dan sungai Motoyasu di kiri kanannya. Situs Atomic Bomb Dome ini telah menjadi situs bersejarah yang dilindungi UNESCO sejak 1996. Sisa bangunan ini dibiarkan dalam kondisi rusak. Untuk mencegah kerusakan lebih lanjut, secara berkala dilakukan perawatan reruntuhan. Situs ini juga dipagar sekelilingnya, wisatawan hanya bisa melihat dari luar.
Dari situs Atomic Bomb Dome, kami lanjut berusaha mencari titik ground zero, atau hypocenter. Dengan panduan google map, kami berjalan kaki dari Genbaku Domu, melewati kawasan hiburan malam Hiroshima, banyak pub dan bar di sepanjang jalan menuju hypocenter. Saat ini kawasan titik pusat ledakan merupakan kawasan komersial yang padat. Tidak ada petunjuk khusus menuju titik hypocenter ini, setelah mencari-cari di sekeliling kawasan, akhirnya kami menyerah, tidak menemukan plakat titik pusat ledakan yang kami cari. Baru setelah makan malam kami menemukan informasi lokasi plakat pusat ledakan, yang ternyata sangat sederhana, tertempel di dinding luar rumah sakit Hiroshima.
Selesai makan malam, kami melanjutkan berjalan-jalan di kawasan belanja di kota Hiroshima ini. Toko-toko disini kebanyakan buka sampai jam 11 malam. Setelah puas berkeliling, kami kembali ke hotel dengan naik kereta. Keluar dari stasiun kereta, kami melihat seorang pria terjatuh di tangga stasiun, rupanya dia mabuk berat. Kami bantu dia berdiri dan memapahnya. Ternyata dia tinggal di hotel yang sama dengan kami, meskipun mabuk berat, dia tidak henti-hentinya berterima kasih karena kami telah menolongnya, dia terus membungkuk-bungkuk berterima kasih sampai kami masuk lift. Malam itu kami tidur agak cepat, besok paginya kami akan berwisata ke pulau Miyajima dan sorenya lanjut ke Osaka.