Podgorica, Montenegro

Setelah melewati perbatasan Montenegro, jalan masih sedikit mengitari gunung, namun tidak lama, jalannya kembali lurus dan datar. Saya cek road signs speed limitnya 100 km/jam. Saya memacu mobil dengan kisaran kecepatan 80-90 km/jam. Sekitar jam 00.20, kurang lebih 10 km menjelang Podgorica, terlihat cahaya biru berputar-putar di spion mobil. Waah.. polisi lagi nih di belakang saya.
Saya meminggirkan mobil dan menunggu di mobil, sambil membuka jendela. Polisi menyapa dalam bahasa lokal, saya jawab saja pakai bahasa Inggris. Menurut polisi itu saya ngebut dengan kecepatan 93km/jam. Saya  tanya, bukannya ini jalan nasional dengan limit 100km/jam? Polisi itu kemudian meminta saya turun dari mobil, ke arah mobil polisi. Dia minta paspor saya dan istri, dokumen mobil dan driving license. Saya serahkan dokumen2 dan surat pengganti SIM sementara dari polisi Romania.

Polisi itu lalu bilang saya bersalah karena mengemudi tanpa SIM. Saya bilang, SIM ada di polisi Romania, lalu dia bilang, harusnya nggak boleh bawa mobil selama SIM ditahan. Saya balik tanya, bagaimana saya bisa mengembalikan mobil sewaan ke Bulgaria kalau tidak saya kemudikan? Polisi itu cuma angkat bahu. Lalu rekannya tanya ke saya, besok pagi bisa ke pengadilan jam 7? Saya bilang aja bisa. Lalu mereka seperti mau menulis surat tilang, tapi ragu-ragu. Sambil berdiskusi mereka geleng-geleng kepala. Tiba-tiba saja semua dokumen saya di kembalikan, sambil memberi isyarat, jangan ngebut di kawasan perkotaan. Rupanya disitu sudah masuk kawasan perkotaan dengan batas kecepatan 60 km/jam. Mungkin karena sudah malam, saya tidak perhatikan perubahan tersebut.
Setelah berterima kasih, saya kembali ke mobil dan jalan dengan kecepatan 50 km/jam. Tapi 10 menit kemudian, ada mobil polisi lagi yang menyetop saya di tikungan. Repot juga ini di Montenegro, polisi rajin menyetop mobil sepertinya, terutama plat nomor luar negeri. Saya berhenti di tikungan. Polisi yang menyetop saya meminta dokumen-dokumen mobil dan paspor, tanpa menjelaskan kenapa saya di stop. Saat dia memeriksa dokumen, datang lagi satu mobil polisi. Kemudian mereka ngobrol, rupanya mobil polisi yang baru datang itu yang menyetop saya sebelumnya. Entah apa yang dia sampaikan, polisi yang sedang memeriksa dokumen saya mengembalikan semua dokumen sambil nanya, are you drinking? No sir, jawab saya. Setelah itu saya dipersilakan jalan lagi.

Screenshot_20170415-103543

Sekitar jam 00.30 akhirnya saya sampai di City hotel Podgorica. Hari yang melelahkan. Nyetir 8 jam di jalan sempit dan jelek di pegunungan dan tiga kali di stop polisi. Pengen buru-buru istirahat rasanya.

Paginya kami sarapan di resto hotel. Sepertinya hari itu akan ada pertandingan bola di Podgorica, banyak sekali orang-orang berseragam tim bola yang sarapan di hotel. Selesai sarapan, kami berwisata le old town Podgorica yang jaraknya hanya 300 meter dari City hotel. Di old town ini ada 2 landmark yang terkenal, the clock tower dan Osmanagica mosque.

Jika berjalan kaki dari City hotel, kita akan lebih dabulu menemui masjid Osmanagica. Menurut saya arsitektur masjid ini biasa saja, tipikal masjid peninggalan jaman kesultanan Ottoman abad 16. Saat saya disana masih jam 10 pagi, jadi masjid masih di tutup dan kita tidak bisa melhat interiornya.

Kemudian kita jalan lagi ke arah the clock tower. Menara ini tidak terlalu tinggi, mungkin hanya sekitar 20 meter. Hanya satu sisi saja yang memiliki jam. Tiga sisi lainnya hanya ada lubang, mungkin dulunya menara ini menempatkan lonceng diatasnya.

Kami lalu kembali ke botel untuk mengambil mobil, kemudian menuju city centre untuk melihat Saborni Hram Hristovog katedral. Ini adalah gereja terbesar di Podgorica. Saat kami kesana, gereja dibuka untuk umum. Namun berbefa dengan gereja pada umumnya yang dalamnya banyak bangku untuk umat duduk mengikuti ibadah, gereja ini ruamg utama nya tanpa bangku. Ornamen yang ada di dalam.gereja ini tampak indah berwarna keemasan. Di sayap kanan luar gereja ada ruangan lebih kecil. Saat saya melongok ke dalam, terlihat  puluhan orang sedang beribadah, dengan berdiri membentuk lingkaran.

Dari gereja ini kami melanjutkan wisata ke monumen St. Petar, yang terletak di boulevar Dzordza Vasingtona. Di boulevard ini juga terdapat mall The Capital Plaza, mall modern yang didalamnya terdapat Hard Rock cafe Podgorica. Ini adalah satu-satunya hard rock cafe diantara 7 negara pecahan Yugoslavia. Sebagian merchandise disini bertuliskan Podgorica, sebagian lagi bertuliskam Montenegro.

Montenegro ini cukup unik dalam bekerjasama dengan international food chains. Meteka satu-satunya  negara eks Yugoslavia yang memiliki hard rock cafe, tapi juga satu-satunya yang tidak mengijinkan McDonalds, KFC atau Starbucks membuka cabang disana. Saat saya mencari info lokasi McDonalds atau KFC di Podgorica, info-info yang ada menginformasikan pemerintah Montenegro menolak memberikan izin kepada McDonalds dan KFC untuk membuka outlet disana.
Kami meninggalkan Dzordza boulevard sekitar jam 2 siang, untuk menuju Pristina, ibukota Kosovo, melalui Albania.

 

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s