D11 β 30 Juli, Rome-Vatican-Pisa
Hari ini semua bangun kesiangan, akibat semalam check in terlalu larut, mungkin tadi malam baru bisa tidur jam 3 dini hari. Selesai mandi dan sarapan sudah jam 11 pagi. Tak lama kami check out dari Grand Fleming hotel karena memang sudah mendekati batas waktu check out jam 12, tidak sempat browse hotel untuk tujuan selanjutnya, karena selain kesiangan, ternyata wifi di hotel ini tidak gratis, nanti aja deh kalo dapet wifi gratisan π
Roman Empire
Tujuan pertama di kota Roma ini Colosseum, bangunan stadion peninggalan kekaisaran Romawi yang relatif masih utuh dibandingkan situs peninggalan Romawi lain di berbagai tempat. Stadion yang dibangun 80 tahun sebelum masehi ini dulunya digunakan untuk pertandingan Gladiator, manusia lawan hewan ataupun eksekusi hukuman mati. Perjalanan dari hotel menuju Colosseum, yang terletak persis di tengah kota Roma hanya sekitar 15 menit dengan mobil, mendekati Colosseum, kami sempat berputar-putar karena ada pengalihan jalan. Lalu lintas di kota Roma relatif tidak tertib dibanding kota lainnya di Eropa. Banyak scooter selap selip seperti di Jakarta, pengendara mobil pun banyak yang tidak sabaran, potong jalan ataupun nerobos persimpangan kelihatannya hal biasa disini, tidak separah Jakarta memang, tapi mirip lah karakter pengemudi disini. Sampai di Colosseum pun masih harus berkeliling sekitar 20 menit untuk mencari parkir. Akhirnya saya dapat parkir di Via Claudia, sekitar 500 meter dari sisi tenggara Colosseum. Parkir disini cukup murah untuk standar Eropa, sekitar 1,5 euro per jam. Cemplungin 3 euro di parking meter untuk 2 jam parkir.

Setelah sampai di Colosseum, ritual pertama tentu foto-foto.. Hehehe.. Di samping Colosseum ada pintu gerbang Arco di Constantino yang sekilas mirip dengan Arch du Triomphe nya Paris, hanya saja ukurannya lebih kecil. Setelah berkeliling Colosseum, kami berniat masuk ke dalam, tapi ternyata antrian untuk beli tiketnya saja sudah panjang, dan antrian untuk masuk ke dalamnya lebih panjang lagi. Kelihatannya jumlah pengunjung yang bisa memasuki Colosseum dalam satu waktu dibatasi. Melihat panjangnya antrian tiket dan antrian masuk, kami mengurungkan niat untuk masuk ke Colosseum. Oh ya, disekitar Colosseum ini banyak orang-orang yang berpakaian ala Kaisar dan tentara Romawi, untuk menarik wisatawan berfoto bersama mereka, bayar tentu saja.. Sayang gak ada yang pake baju seperti Lucy Lawless di film Spartacus: Blood And Sand.. π

What Fontana..?
Berikutnya kami menuju Fontana di Trevi, yang menurut berbagai referensi merupakan kolam air mancur paling terkenal di dunia. Kolam ini dibangun tahun 1700an, mahakarya arsitek Italia, Nicola Salvi. Kalau ada film yang mengambil lokasi di Roma, hampir pasti ada scene yang berlokasi di kolam ini. Kolam ini juga dianggap sebagai ‘wishing well’ bagi wisatawan.. jika di kolam ini kita melempar koin dengan tangan kanan melewati bahu kiri (dengan membelakangi kolam), dipercaya keinginan kita akan terkabul, karenanya dasar kolam ini hampir selalu dipenuhi koin. Kolam ini terletak di kawasan pejalan kaki di tengah distrik Trevi, jadi mobil musti parkir agak jauh. Setelah menemukan private garage parking sekitar 800 meter dari Trevi, kitapun parkir disitu, rate parkir nya 5 euro per jam.
Dari parkiran kita berjalan kaki sekitar 10 menit, setiap kali melihat petunjuk arah Fontana di Trevi, tak terasa langkah kaki semakin cepat karena semangat untuk melihat salah satu tempat terindah di Italia ini. Tak lama terlihat kerumunan turis, tanda kami sudah sampai di lokasi. Begitu berbelok ke arah kolam, byaaarβ¦ penonton kecewaaa.. Ternyata Fontana di Trevi sedang di renovasi total. Sekeliling kolam di pagari stager, kolamnya kering kerontang, tidak ada air sama sekali. Sebagian besar patung-patung dan ornamen kolam pun tertutup tirai dan stager renovasi.. Sungguh kecewa dan gundah gulana rasanya.. π¦

Kalaupun ada hal positifnya, di saat renovasi ini di sediakan titian ke tengah kolam, persis menuju depan patung dewa air dalam mitologi Romawi, dewa Oceanus, yang untungnya tidak ditutup tirai, jadi kita bisa berfoto relatif dekat dengan patung ini, jika kolam tidak sedang direnovasi, mustahil bisa mendekat patung ini. Tapi inipun kita hanya diberi waktu beberapa detik, karena penjaga disana terus meminta pengunjung untuk jalan terus. Masuk akal sih, kalo nggak bisa menumpuk antrian di belakang.

Untuk mengobati rasa kecewa, kamipun cari makan.. Loh apa hubungannya, emang udah laper aja kali.. Hehehe.. Dekat Fontana ada McD, kita makan siang disitu dengan harapan bisa sekalian pake wifi nya, karena ternyata di hotel Grand Fleming tadi pagi, wifi nya tidak gratis. Sialnya, wifi McD ternyata lagi error, sinyal wifi ada, tapi tak kunjung dapat akses internetnya. Urusan booking hotel untuk nanti malam pun tertunda lagi.
Setelah dari McD, kita cari Gelato, menurut buku yang kami baca, disekitar Trevi ada home made Gelato yang paling enak, namanya San Crispino, setelah kami cari beberapa saat jalan kaki, ketemulah San Crispino gelato tadi. Di depan toko nya banyak plakat rekomendasi dari berbagai lembaga maupun situs referensi wisata. Kita beli rasa kopi dan coklat, memang enak bener ini gelato.

Dari tempat gelato, tadinya mau langsung ke parkiran mobil, tapi pas jalan liat keluarga bule bawa kantong Hard Rock Cafe, saya samperin aja, nanya Hard Rock Cafenya dimana, anaknya dengan bahasa Inggris sepotong-sepotong menjelaskan arah ke HRC. Got it boy.. π sekitar 15 menit berjalan kaki sampe deh di HRC Roma di Via Vittorio Veneto.
Pas disana, dapet wifi kenceng, ya dimanfaatkanlah untuk browse hotel di tujuan berikut kami, Pisa. Sebetulnya Pisa bukan kota yang ideal untuk menginap, karena obyek wisatanya hanya satu, menara miring Pisa (dan katedral di sebelahnya), itu saja. Tapi karena kota tujuan berikutnya Geneva terlalu jauh untuk di tempuh dalam satu hari perjalanan, saya akhirnya memutuskan untuk menginap di Pisa. Tidak banyak pilihan hotel di Pisa, setelah melihat perbandingan lokasi dan harga, saya memilih hotel Capitol di Pisa, dengan rate 76 euro plus 10 euro untuk parkir. Menurut info booking.com, ini hotel bintang 3 dan jaraknya hanya 1 km dari Pisa. Selesai urusan booking hotel, kita belanja kaos dan pin di Hard Rock Cafe. Di Hard Rock cafe Roma ini ada dua pajangan poster KISS, nggak lupa dong foto disitu π
Dari Hard Rock, kita jalan balik ke gedung parkiran. Di jalan melewati satu fountain lagi, Fontana del Triton, buat obat kekecewaan Fontana di Trevi, kita foto-foto aja di Fontana del Triton tersebut. Dari situ baru menuju parkiran. Pas ambil mobil ternyata hampir 3 jam kita parkir disitu, tre ore kata penjaganya.. bayar 15 euro deh. Dari situ ke lanjut ke arah Vatican City.

Papal Visit
Vatican City merupakan negara seluas 44 hektar yang terletak di sisi barat kota Roma. Secara politik, Vatican merupakan wilayah independen, tidak tunduk pada pemerintahan Italia. Tapi ya tidak ada kontrol perbatasan, tak punya mata uang dan tidak punya sistem pemerintahan seperti suatu negara. Yang ada orde keuskupan yang terdiri dari uskup dari berbagai negara, mengikuti struktur Katolik Roma. Tiba di kawasan Vatican, saya kesulitan mencari parkir. Vatican city ini kawasan terbatas untuk kendaraan, hanya mobil yang punya izin saja yang boleh masuk ke kawasan yang di kelilingi tembok tinggi ini. Akhirnya saya dapat parkir di Via Angelo Emo sekitar 1,5 km dari gerbang Vatican city, dekat arah Musei Vaticani. Lumayan juga jalan dari parkir ke lapangan Piazza San Petro.

Di kota inilah pimpinan tertinggi umat Katolik tinggal. Saat ini dijabat oleh Paus Francis dari Argentina. Piazza San Petro cukup luas, disisi depannya berbentuk lingkaran, dengan beberapa titik penjuru mata angin di lantainya. Di Vatican ini kami mengabadikan kenangan dengan berbagai latar belakang, The Obelisk, Basilica, dan pintu gerbang Vatican. Di sekitar Vatican, kebanyakan souvenir yang dijual merupakan perlengkapan ibadah umat katolik seperti salib, rosario, botol air suci, mosaik dan foto Paus dalam berbagai bentuk cindera mata.


Kami meninggalkan Vatican sekitar jam 8 malam, untuk menuju Pisa yang berjarak sekitar 350 Km, 3 jam an nih, mudah-mudahan bisa sampai sebelum jam 12 malam. Makan malam di rest area, lagi-lagi Autogrill, sampe bosen liat chicken burgernya.. Tapi adanya cuma itu ya gimana lagi..? Disini juga sekalian isi bensin sekitar 40 liter. Di Italia ini harga bensin paling mahal dibanding negara lain di Eropa, sekitar 1,8 euro per liter. Jadi isi 40an liter habisnya bisa 70-80 euro.
Sekitar jam 11.40 malam kami sampai di hotel Capitol Pisa, tapi begitu sampai saya jadi ragu, masak hotel bintang 3 seperti losmen begini..? Bangunan 3 lantai yang terkesan seperti rusun lama. Sayapun menuju lobby, eh.. Lobby nya terkunci tidak ada orang, pencet-pencet bel.. Nggak ada yang keluar. Setelah celingak-celinguk, dikaca pintu terlihat ada tulisan kecil, will be back in 30 minutes. Sekitar 20 menit kemudian ada mobil datang, saya kira resepsionis, ternyata juga tamu hotel yang nggak bisa masuk. Baru sekitar jam 00,30 resepsionisnya datang.
Saat check in saya tanya, ini reception nya nggak 24 jam…? Dia bilang 24 jam, tapi kalau malam dikunci.. Wah.. Parah.. Bintang 3 gak bebas keluar masuk. Di lobby tertera plakat sertifikasi bintang 3, tapi entah dari lembaga mana.. Interior kamarpun hanya sekelas hotel melati di Indonesia. Lift nya sangat kecil, hanya muat 3 orang tanpa koper, jadi pas mau naikin koper ke kamar di lantai 2, musti bolak balik bawa satu per satu. Setelah masuk kamar, 30 menit kemudian saya mau ambil charger yang tertinggal di mobil, tapi pintu lobby sudah terkunci dan tidak ada siapa-siapa di lobby. Locked inside.. π Hotel ini sangat tidak direkomendasikan..
Distance Traveled: 357 Km
Accommodation: Hotel Capitol, Pisa (3*)
Costs: Hotel 76 euro, Lunch McD 26 euro, Dinner Autogrill 20 euro, Fuel 74 euro, Toll 18 euro, Parking 28 euro
Places visited: Colosseum, Fontana di Trevi, Hard Rock CafΓ© Rome, Fontana del Triton, Vatican City, Piazza San Petro, Basilica.
Countries visited: Italy, Vatican
Lanjutan di: https://wp.me/p87qVT-2P