Shanghai – Hong Kong – Beijing dalam 7 Hari

Bulan September 2023 lalu, saya ditugaskan kantor untuk menghadiri beberapa acara di Shanghai, Hong Kong dan Beijing. Meskipun ketiga kota ini adalah kota-kota di China, namun Hong Kong memiliki administrasi dan imigrasi yang berbeda dari mainland China. Konsekuensinya, saya harus apply visa China double entry, karena dari Shanghai ke Hong Kong sudah dianggap meninggalkan China, dan saat memasuki Beijing dari Hong Kong, perlu visa lagi. Setelah sukses apply visa China double entry di Jakarta, saya berangkat ke Shanghai pada tanggal 10 September malam, dan tiba di Shanghai pada tanggal 11 September pagi.

Waktu luang sebelum kegiatan pekerjaan saya manfaatkan untuk melihat kota Shanhgai di pagi hari. Saya memulai dengan eksplorasi kawasan The Bund, kawasan tepi sungai Huangpu yang dikenal dengan bangunan-bangunan klasik dari jaman kolonial Perancis. Sesungguhnya, kawasan The Bund ini lebih ramai dikunjungi di malam hari, karena lampu-lampu di bangunan sepanjang kawasan The Bund yang ditata dengan sangat apik dan indah, saya merencanakan untuk kembali ke kawasan the Bund ini di malam hari.

Saya lalu melanjutkan eksplorasi ke kawasan kota tua Shanghai, yang juga dikenal dengan nama kawasan Nanshi. Kawasan kota tua ini sudah ada sejak abad ke 11, dan pada jaman kekaisaran Ming di abad 16, dibangun dinding kota setinggi 10 meter dan panjang 10 kilometer mengelilingi kawasan kota, Sisa-sisa tembok kota tua Shanghai ini masih dapat ditemui di beberapa sudut kawasan Nanshi, utamanya di sekitar Dajing Ge Pavillion. Landmark utama di kawasan kota tua saat ini adalah City God temple, Yuyuan Garden, taman cukup besar dengan kolam di tengahnya, dan Huxinting Teahouse.

Huxinting Teahouse menjadi salah satu tujuan kuliner favorit di kota Shanghai. Restoran di bangunan kayu antik ini mendapatkan predikat bintang lima dari Michelin guide, dan foto-foto di dinding restoran menunjukkan bahwa resto ini sering didatangi kepala negara, aktor dan selebriti tingkat dunia. This is the place to see and to be seen in Shanghai. Makanan resto ini juga enak-enak, meski harganya terbilang cukup premium, sepadan dengan rasa dan pengalaman yang didapatkan di restoran ini.

Setelah makan siang, saya melanjutkan dengan beberapa pekerjaan yang sudah dijadwalkan di kota Shanghai. Malamnya, saya kembali ke kawasan The Bund, yang terlihat begitu berbeda dengan suasana saat saya tiba di pagi hari tadi. Bangunan-bangunan pencakar langit di seberang sungai Huangpu terlihat begitu cantik bermandikan cahaya lampu. Salah satu bangunan yang terlihat paling cantik dan megah adalah Oriental Pearl Tower, menara pemancar sinyal televisi dan radio yang menjadi landmark kota Shanghai sejak tahun 1995.

Pada sisi lain dari sungai Huangpu, kita bisa melihat deretan bangunan-bangunan bergaya Perancis, peninggalan pemerintah kolonial Perancis yang menguasai wilayah Shanghai pada era 1800-1900an. Kawasan French quarter ini terlihat sangat megah dan cantik di malam hari. Lampu-lampu bangunan didisain dengan artistik, menonjolkan detail eksterior bangunan. Penataan lampu di gedung-gedung sepanjang Zhongshan road ini di koordinasi oleh pemerintah kota Shanghai, sehingga terlihat serasi dari ujung ke ujung. Lampu-lampu di bangunan kolonial ini hanya dinyalakan sampai jam 11 malam, setelah lewat jam 11, semua lampu eksterior dimatikan, hanya tersisa penerangan dari lampu jalan dan pencahayaan dari dalam gedung saja.

Tanggal 12 September pagi sampai sore hari, saya menjalankan beberapa tugas dari kantor. Selesai tugas, malamnya saya diundang oleh salah satu bank di China untuk makan malam, sekaligus menikmati night cruise sepanjang sungai Huangpu yang membelah kota Shanghai. Pelayaran malam hari ini selalu ramai oleh pengunjung, ada dua jenis pelayaran, lengkap dengan makan malam buffet, atau hanya menikmati pemandangan saja, tanpa makan malam. Karena saya sudah dipesankan makan malam di restoran mie kepiting yang cukup terkenal, malam itu saya ikut night cruise tanpa paket makan malam. Rute pelayaran menyusuri sungai Huangpu, menuju kawasan The Bund. Jika malam sebelumnya saya menikmati pemandangan The Bund dan Oriental Pearl Tower dari kawasan Zhingshan road, malam ini pemandangannya terlihat sedikit berbeda, karena melihatnya dari tengah sungai dan ketinggian dek diatas kapal.

13 September pagi, saya meninggalkan Shanghai menuju Hong Kong. Siang ini ada pertemuan dengan bank, dan juga menghadiri seminar dengan pembicara spesial, Manny Pacquiao, mantan juara dunia tinju asal Philippines, yang menjadi satu-satunya atlit tinju yang pernah menjadi juara dunia di delapan kelas berbeda. Menarik mendengarkan kisah dan motivasi dari Manny, bagaimana dia dulu ditolak bergabung dalam timnas tinju amatir di Philippines, karena tidak punya cukup pengalaman berlatih di sasana tinju formal. Manny kemudian memutuskan pindah ke tiju profesional pada usia sangat belia, 16 tahun, dan kemudian sukses menjadi salah satu petinju terbaik sepanjang masa.

Saya di Hong Kong hanya semalam, karena tanggal 14 September saya sudah harus berada di Beijing. Tak ingin menyia-menyiakan kesempatan untuk wisata kuliner, malam itu saya berkunjung ke Under Bridge seafood, restoran yang terkenal dengan menu spicy crab nya. Restoran ini terletak di kawasan Causeway Bay, Hong Kong Island. Menu spesial spicy crab, oyster dan udang mantis menjadi pilihan kami untuk santap malam. Menu ini memang jadi andalan resto Under Bridge, kelezatannya konsisten dari berbagai menu yang disajikan.

Kamis tanggal 14 September pagi, saya bertolak dari Hong Kong menuju Beijing. Tiba di Beijing sekitar pukul 12 siang, saya langsung menuju kawasan China National Convention Center, untuk menghadiri beberapa pertemuan terkait dengan pekerjaan. Selesai agenda kerja, sorenya saya sempatkan mampir ke Beijing City Gate, salah satu dari gerbang kota Beijing yang masih tersisa saat ini. Pada masa dinasti Qing, sekitar abad ke 13, kota Beijing dilindungi tembok yang mengelilingi kota sepanjang 24 kilometer, dengan 11 pintu gerbang. Seiring dengan perkembangan jaman, sebagian besar tembok kota dirubuhkan untuk memperluas wilayah kota, mulai dari awal 1900an sampai sekitar tahun 1960, satu persatu dinding dan gerbang kota dirubuhkan. Saat ini hanya tersisa dua gerbang kota yang dijadikan situs warisan budaya, yaitu gerbang Zhengyangmen yang terletak di sisi selatan lapangan Tiananmen, dan gerbang Deshengmen. Sore itu saya mengunjungi Zhengyangmen gate.

Berkunjung ke Beijing tidak lengkap rasanya jika tidak ke Great Wall. Meskipun saya sudah pernah Great Wall sebelumnya, saya kembali berkunjung kesana, sekalian menemani teman kantor yang belum pernah ke Beijing sebelumnya. Sabtu 16 September, semua urusan pekerjaan sudah tuntas, kami memiliki satu hari bebas sebelum kembali ke Jakarta. Tujuan kami pagi ini ke Badaling, salah satu bagian dari tembok besar China yang paling populer, dekat dengan Beijing, dan fasilitas wisatanya paling baik. Badaling berjarak sekitar 80km dari Beijing, dapat ditempuh sekitar 1 jam 15 menit dengan mobil. Tiba di Badaling, kami naik sampai ke pos 3, untuk menikmati pemandangan tembok besar dan gunung-gunung di sekitarnya dari tempat yang cukup tinggi. Lumayan ngos-ngosan mendaki ratusan anak tangga untuk mencapai pos 3 ini.

Puas berkeliling tembok besar di Badaling, saya menyempatkan mampir di summer palace, kompleks istana musim panas yang terletak di danau distik Haidian, Beijing. Istana ini dibangun pada masa kekaisaran dinasti Jin, abad ke 12. Pada masa kaisar terakhir China, Puyi, summer palace ini sempat dijadikan properti pribadi. Namun pada tahun 1924, pemerintah kota Beijing mengambil alih istana ini dan menjadikannya taman untuk umum. Sejak 1998, Summer Palace dinobatkan menjadi situs warisan budaya UNESCO.

Minggu 17 September siang, kami dijadwalkan kembali ke Jakarta. Sebelum bertolak ke bandara, saya menyempatkan berkunjung ke Tiananmen Square, yang telah kami reservasi secara online 2 hari sebelumnya. Sejak tahun 2020, wisatawan tidak bisa lagi go show untuk berkunjung ke Tiananmen square. Pengunjung harus mendaftar online, dan jumlah pengunjung setiap harinya dibatasi. Pemeriksaan masuk Tiananmen square cukup ketat, selain pemeriksaan barang bawaan, juga dilakukan pemeriksaan paspor / identitas, dan QR code yang diperoleh saat registrasi online. Tanpa QR code ini, kita tidak bisa masuk ke kawasan Tiananmen square, umumnya, perlu mendaftar 2-3 hari sebelumnya untuk mendapatkan akses ke Tiananmen ini.

Tinggalkan komentar