Setelah menunggu beberapa jam di KLIA 2, saatnya melanjutkan penerbangan selanjutnya ke Colombo, Srilanka. Mungkin tidak banyak orang yang ingin berwisata ke Negara di Asia Selatan ini, apalagi yang namanya jarang terdengar di telinga seperti Srilanka. Hingga tahun 2009 lalu Srilanka masih disibukkan dengan perang saudara, akan tetapi karena dari dahulu sering penasaran negeri negeri yang jarang dari pemberitaan di Tanah Air dan juga adanya rekan yang bertugas sebagai diplomat di KBRI, kesanalah kami pergi pertengahan Nopember 2016 lalu selama 4 hari berkunjung ke Negara yang konon memiliki sejarah panjang lebih dari 2.550 tahun.
Pesawat Air Asia yang membawa kami dari Kuala Lumpur ternyata penuh dengan turis manca negara, mendarat pukul 21.55 waktu setempat di bandara Bandaranaike International Airport setelah terbang sekitar 3,5 jam. Srilanka lebih lambat 1,5 jam dibanding Waktu Indonesia Bagian Barat mata uang yang dipakai adalah Srilanka Rupee, 1 Srilanka Rupee sekitar Rp. 86,90. Untuk masuk Srilanka dibutuhkan visa, visa dapat diajukan secara on-line maupun saat mendarat (visa on arrival/VOA).
Melewati imigrasi saya terkejut melihat pasar elektronik Glodok pindah dalam bandara. Kalau bandara lain sudah biasa ada duty free shop seperti minyak wangi (parfum), souvenir, rokok dll. Tapi disini jualan lemari es, televisi, kipas angin, pengatur suhu ruangan/AC dll. Usut punya usut ternyata kebijakan Pemerintah Srilanka yang mengenakan pajak tinggi terhadap barang impor, pembelian di bandara internasional mendapat perlakuan khusus bidang perpajakan dan kepabeanan setempat kabarnya di daerah luar bandara mobil Toyota Avanza yang banyak terjual dihargai hingga Rp. 400.000.000,-.
Kesan pertama begitu keluar dari bandara bahwa Colombo ibu kota Srilanka bersih dan jalanan yang mulus, kota ini menarik karena berada di pesisir pantai dengan banyak bangunan tua bekas peninggalan Inggris. Namun kota ini tidak segemerlap ibu kota Negara umumnya. Jarang terlihat bangunan bertingkat tinggi kecuali beberapa apartemen , saat itu juga sedang dibangun menara televisi yang cukup tinggi menyaingi menara televisi The Oriental Pearl Tower-Shanghai (468 meter). Berkeliling kota Colombo cukup mempergunakan transportasi kayak tuk tuk/bajaj yang murah meriah. Oh ya, tuk tuk disini di bagian atas pakai lampu bertuliskan taxi, hati hati sebelum naik tuk tuk pastikan dulu apakah pakai argo atau nggak. Sebaiknya pergunakan tuk tuk berargo, harga argo malam lebih mahal karena ada biaya tambahan khusus jadi jangan kaget.
Wisata Galle
Galle Fort yang merupakan salah satu warisan dunia yang ditetapkan UNESCO seperti kompleks kota tua Jakarta di dalam benteng lengkap dengan pemukiman, gedung bisnis, toko, kafe, restoran, penginapan dan obyek bersejarah termasuk tempat peribadatan, atmosfer kehidupan orang orang muslim mudah ditemukan disini. Kota yang berada di ujung selatan Srilanka ini telah berdiri sejak abad ke-16 dan mengalami perkembangan pesat selama periode kolonial Portugis, Belanda dan Inggris. Salah satu obyek yang menarik di Galle Fort ialah Clock Tower di bangun tahun 1883. Galle Fort dianggap sebagai sebuah benteng terbaik yang pernah dibangun oleh orang orang Eropa di Asia Selatan dan Asia Tenggara, menggabungkan arsitektur Eropa dan tradisi Asia Selatan .
Tak terasa waktu menjelajahi Srilanka telah habis, terus terang saya kecewa baru tahu banyak tempat yang belum dikunjungi, diantaranya pantai Unawantuna , Sigriya kerajaan di atas bukit batu raksasa, kuil Buddha dimana gigi Sang Buddha tersimpan , perkebunan teh Srilanka terkenal akan tehnya hingga Adam’s Peak yaitu gunung setinggi 2243 meter dengan 1.000 anak tangga yang sangat sakral untuk penduduk setempat. Uniknya Adam’s Peak dianggap sebagai ziarah bagi empat agama yakni Buddha, Hindu, Islam dan Kristen.
Kebanyakan wisatawan mengatakan bahwa Srilanka murah bahkan lebih murah dari Vietnam yang selama ini sudah dianggap murah terutama transportasi umumnya, selain itu juga komunikasi dengan masyarakat local mudah. Kebanyakan orang Srilanka itu bisa bahasa Inggris.
Mau ke Srilanka jangan cuma sebentar, paling sedikit 10 hari karena jarak antar kotanya cukup jauh. Rugi saya hanya 4 hari di Silanka cuma hanya mengunjungi Colombo dan Galle.
Naskah : Lutfi Sriyono (l.sriyono@gmail.com)
Foto : Dwatmaji H, Lutfi Sriyono