Wisata Muslim ke Eropa

Siapa bilang Eropa kurang bersahabat bagi wisatawan muslim? Jika kita cari info lengkap sebelum berangkat, bisa lho wisatawan muslim menikmati keindahan Eropa tanpa was-was, karena setiap saat bisa mendapatkan makanan halal dan tetap bisa menunaikan shalat di masjid dan mushalla yang ada di berbagai kota Eropa. Berikut ini kisah sahabat saya Toriq, menunaikan wisata masjid di daratan Eropa 🙂

Waktu aku sekolah dulu, sempet ikut rohis.. tentu aja jadi sering mangkal di masjid sekolah, dan alhamdulillah keterusan sampe seÄ·arang.., kata ustaz kira2 jgn pergi safar kalo nggak ke masjidku. Safar adalah bepergian.

Singkat intronya, tahun 2014 aku ada duit lebih, kepikir mau jalan-jalan ke Eropah, waktu  mampir ke travel agen mau minta bikinin visa, si CS nawarin ikut travelnya aja, katanya kalo ikut travel enak tinggal duduk makan tidur, karna dia tau nama aku adalah nama kayak nama masjid, yg dia tawarin adalah travel halal.

Apa sih ?, travel dengan makanan yang disajikan selama perjalanan adalah makanan halal dan tiap kota mampir di masjid. Tujuan daripada kota-kota yang disinggahi sama aja dengan yang ditawarkan oleh travel konvensional. Walah kayak bank aja, ada syariah dan konvensional.

Belanda, Den Haag.

Abis jalan-jalan ke kincir angin dan pabrik kelom, kita mampir di Masjid Indonesia. Hallo, kamu dari Indonesia ya… ?, kayaknya pada sok akrab banget sama kita2 yang turis  lagi poto2 dan bawa kamera.. ya pak jawabku.

Oh … apa kabar Jakarta, saya sudah dua puluh tahun nggak pulang… Ada lagi temannya nimpalin, aku juga udah ‘neng kene telungpuluh taun… kangen aku mau balik ke Semarang. Jadi, masjid ini merupakan tempat kumpul orang2 Islam Indonesia yang ada di The Hague, dan pada saat itu kita mampir saat hari Jumat, dimana banyak orang Indo di sekitar kota itu yang nyempatin datang untuk Jumatan, nggak hanya yang lelaki, tetapi yang perempuan juga ikutan dateng mau ngumpul2 aja katanya, arisan kali ya.

Masjid ini sebelumnya adalah gereja yang dibeli oleh konglomerat Indonesia untuk dijadikan masjid. Menurut cerita yang kami dapat, susah untuk membuat bangunan baru, mungkin tu sebabnya banyak bangunan kuno di kota ini.

Karna masjid ini letaknya di kawasan pemukiman, di sekitar situ ada supermarket yang jual coklat buat kita beli dan bawa buat oleh-oleh, harganya lebih murah dibanding di kawasan tujuan wisata.

Dan lagi nulis ini, baru klik kalo konglomerat itu merupakan ketua yayasan pemilik kampus tempat aku ngajar baru-baru ini, koq jadi nyambung ya.

Resto Djowo

Ada restoran Indo di Bankastraat alias jalan Bangka. Di kawasan ini, nama jalannya adalah Jl. Bandung, Jl. Madura, Jl. Ambon. Atau Atjehstraat, Madoerastraat. Makan apa ?, gudeg, soto Semarang, Kerupuk, teh manis.

Nggak bisa bohong, baru aja beberapa hari nggak ketemu nasi, rasanya udah seperti puasa sebulan, cuma makan kentang roti seafood dan mi instan bawaan dari rumah. Gitu sampai disini, kita bekel secukupnya buat sahur, eh maksudnya buat malam. Lah jangan keterusan bahas ini, kayak promosi aja.

Abis jalan-jalan ke pinggir laut Volendaam,  tempat para turis Indonesia dipoto studio pake baju nona Belanda, kita mampir ke masjid di Amsterdam, ini kita sebut masjid Turki, mungkin karna masjidnya kominutas Turki di Belanda.

Namanya Sultan Ahmet Camii. Camii dalam bahasa Turki berarti masjid ya. Selain sebagai masjid, memang ini juga dijadikan tempat bertemunya orang-orang Turki.

Ada kantinnya, kalo di Ciledug ibarat warung indomi lah, cuma tempat orang pada duduk ngobrol sana sini sambil ngeteh dan ngopi. Nungguin ibu2 milih sayur dan buah.

Karna warung indomi-nya nggak mungkin dibikin kayak disini, bikinanya di dalam ruangan, selain di luar suhunya dingin dan anginya kenceng, mereka juga ada standar higienis, gak boleh tuh pake gelas plastik.

Karna saya planga-plongo nggak bisa bahasa Turki, cuma bisa bahasa Belanda dikit, diajaklah kita duduk ngeteh. Bahasa Belanda yang saya bisa cuma perboden, bezoek, verpelen dan apoteek hehe.

Mungkin karna sesama muslim, jadi kayak bersodara aja, walaupun suasana jadi akrab tapi apa yang di obrolin bener2 gak nyambung dari keterbatasan bahasa dan tidak adanya informasi bagi kita bapak2 tentang kedua negara Turki/Indonesia. Kalo sering nonton ANTV, mungkin bisa deh bahas filem Uttaran eaaaa.

Lah ibu2 nggak ada yang gajak geteh, mereka pada beli air mineral di warung, tapi karna nggak klik, air mineral yang dibeli mengandung soda.

Dari masjid kita lanjut naek perahu kanal, yg menurut gw gak penting ah.. mabok laut nih. Sex museum cuma lewat dan Red district…, cuma diceritain aja dari Amsterdam Centraal belok kanan kiri terus… no.

Selanjutnya untuk cerita tentang kunjungan masjid, kita mampir di Grande Mosquee de Paris, Abubakr Moschee Frankfurt, dan beberapa masjid lainnya, dan ada yang udah keburu tutup karna yg ikutan ada yang molor kesiangan dan ada yang nyasar jalan sendiri. Di bulan April, Magrib di sana pukul 9 malam.

Dan kisah makanan selanjutnya, ada yang bikinin nasi bungkus di katering keluarga Indonesia di Belgia.

Paris – Halal

Bukan berita baru kalo Paris adalah kota yang wah, …  wah maksudnya apa ? apa aja deh terserah om artiin sendiri. Glamour, Fashion, Food, Wine, Gergous…

Baru di tahun 2017 saat kedatangan raja Salman dari Arab ada cerita dan berita bahwa katanya orang Arab tajir kalo berlibur ke Paris, bukan ke Puncak hahahaha.

Waktu ke Eropah ikut halal tour, kita sempat mampir ke tiga masjid di Perancis. Salah satunya masjid di Paris….  apa ?, di Paris ada masjid ?

Ceritanya pemerintah perancis menjalin kerjasama dengan beberapa negara muslim di Afrika pada masa Perang Dunia kesatu dan kedua, saat itu banyak masyarakat dari negara2 di Afrika yang hijrah ke Perancis, mangkanya sampai sekarang banyak yg nÄŁgak bule disono, kalo pengliatan gw sih gitu, secara gw kerja di perusahaan Perancis selama 6 tahun.

Nah, Pemerintah Perancis menghadiahi satu masjid dinamai Grande Mosquee de Paris, letaknya nggak jauh dari menara Eiffel, jalan kaki nggak kerasa, cuma satu jam sembari poto-poto, pas kita disana lagi musim dingin, sekalian ngangetin badan.

Masjidnya beda dengan masjid di Indonesia secara keseluruhan, mungkin karna masjid kota Paris kali ya. Ada aulanya untuk kumpul (masjid memang untuk ngumpul yak), ada tamannya, ada pojok sejarah kerjasama negara2 Afrika dengan pemimpin negara itu.

Cuma, pemerintah Perancia pada tahun 2014 saat itu sedang tidak memberi anggaran untuk belanja Masjid Paris saat itu, yang akibatnya nggak keurus alias agak kotor.

Lanjut acara tour di Paris ke Galery Lafayette, kita touring nggak shopping ehh…, cuma liat2 gedung sekitarnya aja, ada yang ngamen bawa piano. Asik aja.

Tinggalkan komentar