
Pagi itu, 7 Juli 2025, saya berangkat dari stasiun bus Barcelona Sants jam 8:15 pagi dengan naik Andorra Direct Bus. Busnya nyaman, kursinya lega, dan ada wifi yang lumayan kencang. Perjalanan memakan waktu sekitar 3 jam, tapi justru itulah bagian seru dari trip ini. Begitu bus keluar dari Barcelona, pemandangan mulai berubah dari gedung-gedung kota menjadi perbukitan hijau, hingga akhirnya memasuki jalur pegunungan yang indah. Pegunungan batu yang menjulang, sesekali diselingi lembah hijau, danau dan desa kecil, membuat perjalanan terasa seperti naik roller coaster yang tenang.


Sekitar jam 11 siang, bus melewati perbatasan Spanyol-Andorra. Tidak ada drama pemeriksaan panjang seperti bayangan orang soal “border crossing”, hanya sekilas pemeriksaan, lalu bus jalan terus. Lima belas menit kemudian, saya tiba di stasiun bus Andorra la Vella, ibu kota kecil negara mungil yang terjepit di antara Spanyol dan Prancis. Rasanya agak ajaib, 15 menit lalu masih di Spanyol, beberapa waktu kemudian sudah di negara Eropa lain yang bahkan tidak punya bandara atau stasiun kereta sendiri.

Dari terminal bus, saya memutuskan untuk langsung berjalan kaki. Kota berpenduduk sekitar 40.000 jiwa ini relatif kecil, jadi semua destinasi utama bisa dicapai dengan jalan santai. Saya mulai jalan kaki ke Parc Central, sebuah taman kota luas yang sering jadi tempat warga lokal bersantai. Ada jalur pedestrian, air mancur kecil, dan pepohonan rindang yang bikin teduh. Sambil duduk sebentar di bangku taman, saya bisa melihat pemandangan gunung yang mengitari kota. Andorra La Vella memang sebuah kota yang berada di kawasan pegunungan. Dengan ketinggian sekitar 1.020 meter diatas permukaan laut, Andorra La Vella merupakan ibukota negara dengan elevasi tertinggi di Eropa.



Lanjut, saya menuju Barri Antic, kawasan Old Town Andorra la Vella. Kawasan kota tua ini berada diatas bukit, dengan jalanan sempit yang naik-turun, penuh lorong batu, dengan bangunan tua yang sebagian kini jadi kafe atau butik kecil. Suasananya hangat dan tenang, jauh dari kesibukan jalan utama. Di sinilah berdiri Casa de la Vall, rumah batu abad ke-16 yang dulu jadi tempat tinggal keluarga bangsawan, lalu berubah fungsi jadi gedung parlemen Andorra. Jika melihat brosur wisata, foto bangunannya nampak kokoh dengan atap batu tebal, bukti sejarah panjang Andorra sebagai negara kecil yang bisa bertahan di tengah kekuatan besar Eropa. Sayangnya, saat saya disana kompleks bangunan ini sedang di renovasi, sehingga hanya bisa melihat atapnya dari luar dinding.

Tak jauh dari situ ada Sant Esteve Church, gereja kecil dari abad ke-12. Gereja ini punya menara lonceng tinggi yang khas, berdiri anggun di tepi Old Town. Meski sederhana, interiornya punya beberapa lukisan dinding tua yang masih terawat. Dari sana, saya berjalan ke Consell General d’Andorra, gedung parlemen modern yang kontras dengan Casa de la Vall. Perpaduan sejarah lama dan modernitas ini memang khas Andorra, kecil tapi kaya cerita.



Setelah puas menjelajah kawasan Old Town, saya menuju tepian sungai La Valira. Sungai ini membelah kota, dengan jembatan-jembatan ikonik yang sering jadi spot foto turis. Salah satunya Puente de París, jembatan modern dengan desain baja berbentuk kipas yang mencolok. Dekat situ, ada patung karya Salvador Dalí berjudul La Noblesse du Temps, sebuah patung seni berbentuk jam meleleh khas gaya surreal Dalí, seakan mengingatkan bahwa waktu di kota kecil ini memang berjalan lebih lambat.


Tentu saja, tidak lengkap ke Andorra tanpa menyusuri shopping street terkenalnya. saya berjalan di sepanjang Avinguda Meritxell, lalu ke Vivand, dan lanjut ke Avinguda Carlemany. Semua jalan ini dipenuhi toko fashion, parfum, jam tangan, dan elektronik. Maklum, Andorra dikenal sebagai surga belanja bebas pajak. Meski saya tidak niat belanja, sekadar mampir ke department store Pyrenees terasa menyenangkan, melihat-lihat koleksi barang branded dengan harga lebih murah karena bebas pajak, sekaligus ngadem sejenak di ruang ber AC, di siang terik musim panas ini.

Jam 15:15, saya naik bus kembali ke Barcelona dari stasiun yang sama. Berbeda saat kita masuk Andorra, saat memasuki wilayah Spanyol, petugas bea cukai naik ke atas bus, memeriksa paspor dan tas penumpang bus. Karena Andorra negara bebas pajak, pemegang paspor European Union hanya dibolehkan berbelanja bebas pajak sampai nilai tertentu. Apabila belanja melebihi nilai maksimal, akan dikenakan pajak oleh bea cukai Spanyol. Perjalanan pulang dari Andorra ke Barcelona ditemani pemandangan pegunungan yang sama indahnya, kali ini diterangi cahaya sore yang lembut. Jam 18:15 tepat, bus tiba di Barcelona Sants. Total sepuluh jam perjalanan saya pergi pulang dari Barcelona ke Andorra, perjalanan yang terasa singkat, namun sangat berkesan dan menyenangkan.

Kalau ada teman yang hanya punya satu hari bebas di Barcelona, saya bakal bilang: coba deh main sehari ke Andorra. Memang singkat, tapi kamu bisa mencicipi satu negara baru, berjalan di kota mungil nan cantik, melihat sejarah, seni, belanja, dan gunung-gunung cantik, semua dalam sehari. Rasanya seperti mendapatkan kejutan kecil yang menyenangkan di antara dua negara besar Eropa.
