Upacara Pergantian Pengawal Istana Gyeongbokgung : Simbol Tradisi dan Warisan Budaya Korea


Pesawat udara yang membawa kami dari Singapura mendarat mulus di Bandara Incheon pada pagi hari akhir bulan Mei 2025. Pengunjung langsung disambut dengan kemegahan dan efisiensi khas Korea Selatan. Bandara yang diresmikan pada tahun 2001 ini telah diakui sebagai salah satu bandara terbaik dunia, bahkan pernah menduduki peringkat keempat menurut Skytrax (2021), serta dikenal sebagai salah satu bandara terbersih di dunia. Dari sini, perjalanan menuju pusat kota Seoul menghadirkan kombinasi antara modernitas dan jejak sejarah yang masih terasa kuat.


Korea Selatan bukan hanya terkenal dengan gelombang Hallyu-berbagai produk hiburan seperti K-Pop dan drama Korea “drakor”-tetapi juga dengan pelestarian budayanya bahkan ada satu tempat yang pernah menjadi lokasi pembuatan serial drama terkenal pada masanya “Winter Sonata”, yang kini justru menjadi tempat wisata “Nami Island”. Salah satu bukti warisan budaya yang masih dijaga adalah Istana Gyeongbokgung, yang terletak di jantung kota Seoul. Seoul, kota terbesar dan ibu kota Korea Selatan, merupakan kota yang berhasil menggabungkan romantisme masa lalu dengan gemerlap masa kini. Di sinilah, upacara pergantian penjaga istana menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan dari berbagai penjuru dunia.


Istana Gyeongbokgung, dibangun pada tahun 1394 semasa Dinasti Joseon (tahun 1392-1910), berdiri megah di balik Gerbang Gwanghwamun yang ikonik. Selain Gyeongbokgung, Seoul juga memiliki istana-istana lain seperti Istana Changdeokgung, Changgyeonggung, Deoksugung dan Gyeonghuigung, yang masing masing menyimpan sejarah dan keunikan tersendiri. Namun, Gyengbokgung tetap menjadi primadona karena ukurannya yang paling besar dan perannya sebagai istana utama selama masa Joseon.
Salah satu atraksi paling menonjol dari istana ini adalah upacara pergantian pengawal istana dikenal dengan nama “Sumunjang Gyodaeuisig”. Saat berkunjung ke Seoul, atraksi pergantian pengawal istana harus masuk dalam daftar yang wajib dikunjungi. Upacara ini bukan sekedar pertunjukan, melainkan representasi dari tradisi yang berusia ratusan tahun. Di Gerbang Gwanghwamun, pintu masuk utama istana, pengunjung dapat menyaksikan acara ini dua kali sehari pada pukul 10 pagi dan 2 siang. Kami mengunjungi Istana Gyeongbokgung pada tanggal 21 Mei.


Jam menunjukan pukul 2 siang dan upacara dimulai, diikuti oleh para pengawal istana berbaris mengenakan pakaian tradisional berwarna cerah dengan topi tinggi khas menuju gerbang dan membawa berbagai senjata simbolik seperti pedang atau tombak. Mereka melaksanakan upacara ini dengan langkah dan gerakan yang teratur diiringi musik tradisional Korea seperti drum dan gong yang menambah khidmat suasana. Pergantian pengawal ditandai dengan semacam gerakan pertukaran kunci antara pemimpin pasukan.


Atraksi ini sering dibandingkan dengan pergantian pengawal di Istana Buckingham Inggris, yang berparade dengan kostum merah-topi berbulu hitam disertai barisan berkuda . Sama halnya dengan Garda Swiss berkostum warna warni merah-biru-kuning dan putih. Garda Swiss ialah pasukan pengawal kehormatan dan unit keamanan yang bertanggung jawab melindungi Paus dan Istana Apostolik di Negara Kota Vatikan sejak awal abad ke-16. Hal lainnya pengawal kantor Presiden Bulgaria dengan seragam yang sederhana namun berwibawa, di Yunani pengawal istananya bertutup kepala merah dengan untaian selendang hitam dan seragam mirip gaun, hingga pengawal Mausoleum Mao Zedong di Lapangan Tiananmen Beijing, Tiongkok – atraksi atraksi ini menjadi bukti bahwa pengamanan terhadap simbol negara dapat juga menjadi warisan budaya yang menarik perhatian dunia.


Melalui upacara ini, Korea Selatan berhasil mengemas sejarah dan tradisi dalam format yang dapat dinikmati generasi masa kini dan wisatawan internasional. Bukan hanya sebagai obyek foto atau tontonan menarik, tetapi sebagai bentuk edukasi visual terhadap sejarah panjang kerajaan Korea. Dengan latar istana megah dan nuansa tradisional yang kuat, upacara pergantian pengawal ini seolah menghidupkan kembali masa keemasan Dinasti Joseon, mengingatkan kita bahwa di balik segala kemajuan teknologi dan budaya pop, Korea tetap bangga menjaga akar budayanya.


Naskah : Lutfi Djoko D (l.sriyono@gmail.com)
Foto : Lutfi Djoko D, London Street Shop

Tinggalkan komentar