Pesona Azerbaijan, Negeri Islam di Eropa

Azerbaijan, salah satu dari tiga negara di wilayah Caucasus bersama Georgia dan Armenia. Ketiga negara Caucasus ini memiiki sejarah peradaban yang sangat panjang. Bukti-bukti sejarah menunjukkan bahwa wilayah Caucasus adalah salah satu wilayah yang sudah sangat lama dihuni manusia, sejak puluhan ribu tahun yang lalu. Secara etnis, ras Caucasus dipercaya sebagai nenek moyang ras kulit putih dunia, karenanya, orang kulit putih (bule) sering disebut sebagai ras Caucasian. Wilayah Caucasus terletak diantara benua Asia dan Eropa. Wilayah ini berbatasan dengan Rusia di utara, Turki dan Iran di selatan, laut hitam di sisi barat dan danau (laut) Caspian di sisi timur. Wilayah yang strategis diantara dua benua ini membuat banyak kerajaan berusaha menguasai wilayah ini dimasa lalu, tercatat beberapa kerajaan besar seperti Roma, Persia, Mongolia, Ottoman sampai Russia (Uni Sovyet) pernah menguasai wilayah ini. Kekayaan sejarah dan juga keindahan alamnya membuat saya ingin berkunjung ke Caucasus.

Awal tahun 2025, rekan saya Surjorimba menginformasikan bahwa dia baru mendaftar trip ke Caucasus, melalui open trip dari Stalking Nina, dan mengajak saya untuk bergabung. Namun setelah saya cek jadwalnya, berada di bulan Mei-Juni 2025, kurang cocok dengan jadwal keluarga kami. Saya kemudian kontak mba Nina, menanyakan kemungkinan mengambil land tour ini di libur lebaran Maret-April 2025. Setelah berkomunikasi beberapa waktu, saya mendapatkan penawaran paket land tour di Caucasus yang sesuai dengan kebutuhan keluarga kami, 5 dewasa dan 1 balita. Namun karena paket yang ditawarkan hanya untuk land tour di Caucasus mulai dari kota Baku, Azerbaijan dan berakhir di Yerevan, Armenia, kami harus mencari sendiri tiket pesawat berangkat dan pulang. Jadwal kami yang bertepatan dengan libur dan cuti bersama lebaran 27 Maret – 7 April 2025, membuat tiket pesawat di periode ini cukup mahal harganya, maklum high season.

Jika di masa normal tiket pesawat Jakarta – Baku, Yerevan – Jakarta harganya berkisar Rp 12-15 juta pp per orang (menggunakan Turkish, Qatar, Emirates atau Etihad), pada periode lebaran ini harganya dua kali lipat, sekitar Rp 24-30 juta per orang. Setelah diskusi dengan mba Nina, disarankan mencari tiket one way untuk setiap rute, sehingga bisa lebih banyak airlines yang tercover mesin pencari. Dengan cara ini akhirnya saya mendapatkan harga yang lebih kompetitif, menggunakan kombinasi maskapai Etihad, Air Arabia dan Thai Lion Air, seharga Rp 18 juta per orang pergi-pulang. Setelah tiket pesawat diamankan, kami lanjut mengurus e-visa untuk ketiga negara caucasus ini. Untuk pemegang paspor Indonesia, Azerbaijan dan Armenia bisa menggunakan e-visa atau visa on arrival, sementara Georgia harus apply e-visa. Kami dibantu mba Nina untuk apply e-visa ketiga negara ini. Dalam waktu 3-5 hari kerja, e-visa dari Azerbaijan, Georgia dan Armenia lengkap diperoleh sekitar 2 minggu sebelum keberangkatan.

Pada hari Kamis, 27 Maret 2025, kami berangkat dari bandara Soekarno – Hatta menumpang pesawat Etihad pada pukul 23.20 malam. Sekitar pukul 5 pagi, Jumat 28 Maret 2025, kami tiba di bandara Abu Dhabi untuk ganti penerbangan dengan Air Arabia pada pukul 13.30. Waktu transit sekitar 6 jam kami gunakan untuk istirahat dan makan. Meskipun Etihad dan Air Arabia merupakan dua maskapai yang berbeda, keduanya merupakan partner code share, sehingga bagasi kami dari Jakarta bisa checked-through sampai di Baku.

Usai menempuh perjalanan sekitar 3 jam, kami tiba di bandara Heydar Aliyev, Baku, sekitar pukul 16.30, karena sudah memiliki e-visa, kami bisa langsung menuju imigrasi, tidak perlu ke counter visa on arrival lagi. Selepas imigrasi yang relatif lancar, kami mengambil bagasi dan di arrival hall kami telah ditunggu oleh Vuqar, driver sekaligus guide yang akan menemani kami selama 4 hari 3 malam di Azerbaijan. Kami menuju mobil van dan langsung menuju penginapan. Sepanjang perjalanan dari bandara, saya terkesan dengan tata kota Baku yang rapi dan bersih, dengan dominasi gedung-gedung klasik bergaya Eropa, mirip dengan tata kota di Vienna, Austria atau Budapest, Hungary. Kami kemudian diantar ke Shah Palace Hotel, sebuah hotel bergaya klasik yang terletak di jantung kota tua Baku. Bangunannya bergaya Eropa klasik dengan sentuhan arsitektur khas Eropa Timur, memberi nuansa elegan dan rasa nyaman setelah penerbangan panjang.



Sore sampai malam hari ini acaranya bebas, setelah istirahat sejenak dan mandi, sekitar jam 7 malam waktu Baku, petualangan dimulai dengan berjalan kaki menjelajahi Baku Old Town (Icherisheher). Suasana kawasan ini sungguh magis—jalan-jalan sempit berbatu, bangunan batu tua yang masih terjaga, dan gang-gang kecil yang menyimpan banyak cerita masa lalu. Kami mengagumi arsitektur kuno yang berpadu dengan suasana hangat penduduk lokal. Berfoto di depan gerbang kota tua yang menjulang menjadi aktivitas wajib.

Berhubung perut mulai terasa lapar, kami memutuskan makan malam di restoran cepat saji McDonald’s untuk sekadar mengisi tenaga. Suhu udara malam itu cukup dingin, berkisar 8 derajat celcius. Ditengah udara yang cukup dingin di malam hari, kami berjalan-jalan ke Night Market Baku, di mana berbagai suvenir, makanan ringan, dan kerajinan lokal dijajakan. Lampu-lampu berkilau menambah semarak suasana. Kami mencoba jajanan khas Azerbaijan dan membeli beberapa magnet kulkas bergambar kota tua sebagai kenang-kenangan. Harga souvenir seperti magnet kulkas berkisar 4 Manat (1 Manat sekitar Rp 9.700). Sekitar jam 10 malam kami kembali ke Shah Palace Hotel, untuk beristirahat.



Sabtu 29 Maret 2025, hari kedua kami di Azerbaijan dimulai dengan sarapan pagi di hotel. Menu buffet hotel cukup beragam, tersedia menu western breakfast dan menu lokal Azeri. Untuk info, Azerbaijan adalah negara dengan mayoritas penduduk beragama islam, karenanya, menu di restoran umumnya halal. Sekitar jam 9 pagi kami memulai perjalanan ke mud volcano (gunung lumpur). Lokasi mud volcano ini ditempuh sekitar 1 jam dari kota Baku. Uniknya, mobil van yang kami gunakan tidak boleh masuk ke kawasan mud volcano ini, kami berganti kendaraan yang disediakan oleh penduduk lokal, mobil-mobil tua buatan Rusia dan Eropa timur. Perjalanan dengan mobil lokal ini ditempuh sekitar 20 menit sampai ke tepi kawah lumpur. Mud volcano merupakan fenomena alam unik yang hanya ditemukan di beberapa tempat di dunia. Lumpur yang terus-menerus meletup dari tanah menciptakan pemandangan yang tak biasa, seolah berada di planet lain. Lumpur yang mengering kemudian membentuk gunungan-gunungan yang semakin lama semakin tinggi.



Dari Mud Volcano, kami lanjut menuju Situs Qobustan (kadang disebut Gobustan), salah satu situs warisan dunia UNESCO yang luar biasa dan kaya akan nilai sejarah serta budaya. Situs ini terkenal karena lukisan (pahatan) batu purba yang menggambarkan kehidupan manusia prasejarah dan perkembangan budaya selama ribuan tahun. Qobustan terletak sekitar 60 km di sebelah barat daya Baku, ibu kota Azerbaijan, di tepi selatan Pegunungan Caucasus, dekat pantai Laut Caspia. Nama lengkapnya adalah Qobustan Rock Art Cultural Landscape. Salah satu daya tarik utama situs ini adalah lebih dari 6.000 lukisan pahat di batu (petroglyphs) yang tersebar di lebih dari 100.000 m² area gunung batu.  

Saat tiba di Qobustan, kami diajak ke museum yang dilengkapi dengan multimedia interaktif (inside museum), lengkap dengan diorama kehidupan manusia prasejarah, artefak-artefak yang ditemukan di sekitar wilayah Qobustan, serta detail sejarah dari ukiran-ukiran di batu karang yang akan kami kunjungi di kompleks batu karang Qobustan (outside museum). Setelah menjelaskan display yang ada di inside museum, guide yang mendampingi kami menemani kami berkunjung ke situs Qobustan rock art.

Tiba dikawasan outside museum, obyek pertama yang kami temui adalah batu yang disebut “Gaval Dash” atau batu musik, menampilkan bukti awal manusia mengenal musik, batu ini menghasilkan suara seperti drum jika dipukul. Kemudian kami diajak berkeliling melihat lukisan (pahatan) dinding karang. Lukisan-lukisan ini berasal dari zaman Mesolitikum hingga Abad Pertengahan dan menggambarkan aktivitas berburu, ritual tarian, hewan liar seperti rusa, banteng, dan singa, perahu kecil dan besar, tokoh spiritual (shaman) serta simbol-simbol dan pola geometris. Salah satu keunikan ukiran batu di Qobustan, penggambaran perempuan selalu digambarkan tanpa kepala. Ini memberikan gambaran unik tentang kehidupan dan kepercayaan manusia prasejarah di wilayah Caucasus puluhan ribu tahun lalu, serta bagaimana mereka beradaptasi dengan lingkungan. Ukiran kapal yang mirip dengan kapal-kapal Skandinavia, membuat para arkeolog berspekulasi tentang kontak budaya lintas wilayah sudah ada sejak puluhan ribu tahun lalu.



Waktu makan siang, kami bersantai di Derya Fish Restaurant yang terletak di tepi Laut Caspia. Menu seafood segar dan pemandangan laut Caspia yang tenang menjadikan makan siang kami sangat menyenangkan. Ratusan burung camar terbang berkeliling di pantai ini, menjadikan foto-foto disini terkesan unik berlatar burung camar yang terbang rendah. Laut Caspia sesungguhnya adalah danau, jutaan tahun lalu, perairan ini merupakan laut yang tersambung dengan samudera. Namun dengan pergerakan lempengan bumi selama jutaan tahun, perairan ini kemudian tertutup oleh wilayah daratan, sehingga perairan ini terkunci daratan dan tidak lagi terhubung ke samudera lepas. Karena dulunya adalah laut, air di danau Caspia merupakan air asin, dengan salinitas sekitar 1/3 air laut, mirip dengan air payau. Dengan luas perairan sekitar 371.000 km2, danau Caspia adalah danau terbesar di dunia.


Menjelang sore, kami kembali ke Baku Old Town. Situs pertama di Old Town yang kami kunjungi adalah Istana Sirvanshah (Sirvansahlari Sarayi), bekas istana raja yang kini menjadi museum sejarah. Bangunannya megah dan bersejarah, memberi gambaran kejayaan masa lalu. Di kompleks ini tersedia studio foto yang menawarkan foto dengan baju tradisional Azerbaijan. Kami tidak menyia-menyiakan kesempatan ini umtuk membuat foto keluarga yang unik untuk kenang-kenangan.

Kami juga menyempatkan waktu mengunjungi Menara Maiden (Maiden Tower) yang terkenal. Menara yang dibangun pada abad ke 12 ini memiliki ketinggian sekitar 30 meter dan terdiri dari 9 lantai. Dari lantai paling atas kita bisa melihat pemandangan kota Baku 360 derajat yang menakjubkan. Menjelang malam, kami berkunjung ke Little Venice, sebuah area kanal kecil di tengah kota yang romantis dan fotogenik, kami berkeliling kolam dengan gondola yang dibuat mirip dengan gondola di Venezia, Italia. Malam hari ditutup dengan makan malam ringan di KFC Deniz Mall, sambil menikmati suasana pusat perbelanjaan modern di tepi laut.



Hari ketiga kami di Azerbaijan, Minggu 30 Maret 2025 dimulai dengan pengalaman spiritual yang sangat berkesan, shalat Idul Fitri di Sahid Mosque Baku. Vuqar, guide kami adalah seorang muslim. Dia menjelaskan bahwa 95% penduduk Azerbaijan adalah muslim, sebagian besar shiah. Karenanya, masjid-masjid yang ada di Azerbaijan juga ada yang didominasi umat shiah dan sebagian lagi dominasi sunni. Vuqar seorang muslim sunni, dia kemudian mengajak kami shalat Ied di masjid sunni terbesar di kota Baku. Masjid yang luas ini dipenuhi jamaah dari berbagai penjuru, menciptakan suasana hangat dan penuh kebersamaan.

Pengalaman shalat ied di Sahid Mosque ini cukup berkesan bagi kami. Sedikit berbeda dengan umat islam di Indonesia yang mengikuti mahzab Syafi’i, sunni di Azerbaijan mengikuti mahzab Hanafi. Tatacara shalad iednya agak berbeda dengan yang biasa kita jalani di Indonesia. Rakaat pertama hanya 4 kali takbir, sementara rakaat kedua setelah bangun dari sujud, langsung membaca Al Fatihah, namun sebelum rukuk di rakaat kedua, takbir lagi 4 kali, hanya itu saja perbedaannya. Sahid Mosque ini terletak di kawasan pemerintahan di Kota Baku, bersebrangan dengan The Flame Tower complex, 3 gedung berbentuk lidah api yang menjadi ikon kota Baku modern. Di sekitar kompleks ini terdapat gedung parlemen, memorial park dan kantor-kantor pemerintah.



Usai shalat ied, kami kembali ke hotel untuk sarapan dan checkout. Hari ini kita menuju Kota Sheki, dengan beberapa perhentian mengunjungi obyek wisata sepanjang perjalanan. Destinasi pertama adalah Juma Mosque, di kota Shamakhi. Masjid sunni ini adalah salah satu yang tertua di Azerbaijan, menampilkan arsitektur klasik dan aura religius yang kuat. Masjid ini juga dilengkapi dengan madrasah, tempat warga mempelajari ilmu-ilmu agama.



Perjalanan berlanjut ke Restoran Abqhora untuk makan siang. Restoran ini terletak di tengah perkebunan anggur. Azerbaijan adalah salah satu penghasil anggur terbaik di Eropa, dan banyak digunakan untuk pembuatan wine. Di sini, kami menikmati masakan tradisional Azerbaijan di tengah pemandangan pegunungan yang menyejukkan. Telaga kecil yang ada di halaman restoran menjadi daya tarik tambahan.


Setelah makan siang, kami singgah di jembatan gantung di Lahic, jembatan kabel baja yang menantang adrenalin sambil menikmati pemandangan lembah yang dalam dengan sungai deras dibawahnya. Setelahnya, kami menjelajahi kota tua Lahic, desa pegunungan dengan jalan berbatu dan rumah-rumah kayu yang unik. Di sinilah kami benar-benar merasakan atmosfer kampung kuno Azerbaijan yang masih alami. Lahic terkenal dengan kerajinan tembaga yang telah diwariskan turun-temurun. Salah satu master yang kami temui, merupakan generasi keempat dari pengrajin tembaga di Lahic.



Sore menjelang malam, kami mampir ke Danau Nohur (Lake Nohur). Airnya tenang dan bening, cocok untuk sekadar bersantai sambil menikmati udara segar. Hari ditutup dengan makan malam di Qabala Xanhir Restaurant, restoran bernuansa tradisional dengan menu lokal yang menggoda. Kami mencoba menu spesial khas Azerbaijan Shah Plov, masakan nasi dengan daging kambing yang lezat. Malam ini kami menginap di Sheki Palace Hotel, hotel bergaya klasik di pusat kota Sheki yang tenang.



Senin, 31 Maret 2025, Pagi hari kami awali dengan sarapan di hotel, dan kemudian mengunjungi Khan Mosque, masjid kecil yang indah dengan interior kayu yang memikat. Kemudian ke Istana Khan (Xan Sarayi) di dalam Sheki Fortress. Bangunan ini sangat indah dengan jendela kaca patri berwarna-warni dan dinding penuh lukisan yang rumit. Rasanya seperti masuk ke dunia dongeng, sayang di dalam istana ini pegunjung tidak boleh mengambil foto.

Kami kemudian berkeliling Sheki Fortress, tak lupa mampir ke souvenir shops yang ada di dalam kompleks. Kami juga mengunjungi Caravanserai, bekas penginapan para pedagang zaman dahulu yang kini menjadi objek wisata. Bangunannya sangat autentik dan memberi nuansa era perdagangan Jalur Sutra, dimasa lalu, Sheki merupakan salah satu kota persinggahan utama rute perdagangan dari China ke Eropa (silk road).



Sebelum meninggalkan Sheki, kami makan siang di Calabi Xan Restaurant yang menawarkan suasana tenang dengan masakan lokal yang kaya rasa. Setelah makan, kami pun bersiap menyebrang ke perbatasan Georgia, melanjutkan petualangan lintas negara di kawasan Caucasus ini. Tiba di perbatasan Azerbaijan – Georgia, mobil dari Azerbaijan tidak bisa masuk ke Georgia.

Kamipun berpisah dengan Vuqar yang telah menemani kami di Azerbaijan selama 4 hari 3 malam. Dia menemani kami sampai ke pintu perbatasan. Perjalanan ke Azerbaijan ini sangat memikat, kombinasi antara sejarah, budaya, alam, dan keramahan warga lokal menjadikan pengalaman ini begitu berkesan. Tak sabar rasanya untuk kembali menjelajah negara ini di lain waktu.

Tinggalkan komentar