Desember 2024 lalu saya ikut rombongan kantor istri berwisata ke Zhangjiajie, China. Saat pertama diinfo akan berwisata ke Zhangjiajie, saya terus terang belum tahu banyak apa keistimewaan daerah ini sehingga dijadikan salah satu destinasi wisata unggulan di China timur. Saya kemudian mencari informasi mengenai wisata Zhangjiajie ini. Dari informasi yang saya baca, Zhangjiajie terkenal dengan wisata pemandangan alamnya, terutama pegunungan dengan batu karang yang menjulang tinggi, Keindahan kawasan ini mengundang sineas Hollywood untuk menggunakan kawasan ini sebagai salah satu setting film yang kemudian menjadi film terlaris sepanjang sejarah, Avatar. Informasi yang saya baca ini membuat saya bersemangat untuk mengunjungi Zhangjiajie.

Minggu 1 Desember 2024, kami berangkat dari bandara Soekarno Hatta menggunakan maskapai Garuda Indonesia. Jadwal pesawat yang semula jam 8 pagi ternyata direskedul menjadi jam 2 siang. Penerbangan Garuda Indonesia menuju Guangzhou sepanjang 5 jam 10 menit ini terasa cukup nyaman. Setibanya di Bandara Guangzhou Baiyun sekitar jam 8.10 malam, kami melalui proses imigrasi yang cukup lancar. Setelah pengambilan bagasi, kami langsung menuju Hotel Rezen Select Baiyun Airport untuk beristirahat semalam. Hotel ini sangat dekat dari bandara dan cukup nyaman untuk transit, sebelum memulai perjalanan ke Zhangjiajie keesokan harinya.

Senin, 2 Desember, pagi-pagi sekali, kami menuju Stasiun Kereta Guangzhou untuk naik kereta cepat (high-speed train) menuju Zhangjiajie. Kereta cepat dari Guangzhou ke Zhangjiajie ini sangat mirip dengan kereta cepat Jakarta-Bandung, yang memang buatan China. Suasana kabin dan interior kereta ini terasa familiar bagi warga Jakarta yang sering ke Bandung naik kereta cepat. Perjalanan dari Guangzhou ke Zhangjiajie yang berjarak 950km ini memakan waktu sekitar 5 jam 15 menit, tapi sangat nyaman dan tepat waktu, memberi kami kesempatan melihat lanskap pedesaan dan pegunungan China yang eksotis.


Setibanya di Zhangjiajie sekitar jam 13.45, kami langsung menuju Tianmen Mountain, salah satu obyek wisata utama dari kawasan ini. Kami naik cable car terpanjang di dunia menuju puncak gunung. Sepanjang perjalanan dengan gondola, pemandangan lembah hijau, jurang curam, dan kabut tipis benar-benar terasa seperti masuk ke dunia fantasi. Setibanya di kawasan puncak Tianmen mountain, kami menuju Glass Sky Walk, jembatan kaca di sisi tebing yang menantang adrenalin. Untuk berjalan di jembatan kaca ini, pengunjung wajib menggunakan sarung sepatu yang terbuat dari kain tebal, untuk menghindari kaca tergores tapak sepatu. Rasanya luar biasa melihat jurang menganga di bawah kaki sambil ditiup angin dingin dari pegunungan. Bagi yang takut ketinggian, berjalan diatas Sky Walk ini bisa membuat nyali jadi ciut. Saya melihat beberapa orang berjalan sambil berpegangan ke dinding tebing karena takut melihat pemandangan jurang yang ada dibawah jembatan kaca.



Puas berjalan dan melihat pemandangan dari Glass Skywalk, kami kemudian melanjutkan ke Tianmen Cave atau yang dikenal sebagai Heaven’s Gate, lubang alami besar di dinding gunung yang menjadi ikon Tianmen. Untuk mencapainya, kami melewati Tianmen Square dan mendaki dengan eskalator ke gerbang tersebut.

Pemandangannya sangat dramatis dan spiritual, tak heran jika warga setempat menjuluki tempat ini sebagai pintu gerbang surga atau Heaven’s Gate. Dari puncak Heaven’s Gate, pengunjung bisa turun ke bawah dengan lift, atau menuruni 999 anak tangga menuju plaza dibawah. Tangga yang cukup curam di Heaven’s Gate ini pernah dijadikan lokasi shooting iklan mobil Range Rover P4000 Hybrid pada tahun 2018 lalu. Tangga yang curam dengan kemiringan 45 derajat ini dijadikan tempat yang menantang untuk membuktikan ketangguhan mobil tersebut.


Pemandangan dari plaza dibawah Heaven’s Gate ini tak kalah cantik. Deretan anak tangga menuju lubang Heaven’s Gate terlihat dramatis dari bawah plaza. Menjelang sore hari, lampu-lampu di sekitar tangga dan kawasan puncak Heaven’s Gate dinyalakan, membuat pemandangan semakin indah, terasa lebih gemerlap dan indah.


Malam harinya kami diajak nonton opera di teater terbuka, Tianmen Fox Fairy Show. Pertunjukan ini diadakan di Tianmen Fox Fairy Grand Theatre, yang terletak di kaki Gunung Tianmen. Panggung utamanya berada di ngarai sepanjang 5 kilometer dengan ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut. Karena teaternya terbuka, udara malam Desember itu terasa cukup dingin, dengan suhu sekitar 10 derajat celcius. Pertunjukan opera kolosal ini berlangsung sekitar 100 menit, terdiri dari 4 adegan. Pertunjukan dimulai sekitar pukul 8:20, menampilkan cerita peri rubah yang menarik dengan latar belakang pemandangan alam yang indah di Gunung Tianmen. Lansekap pegunungan dimanfaatkan menjadi staging yang alami. Penonton menikmati pertunjukan yang memukau dengan efek visual dengan cahaya, laser dan hologram, serta tata suara yang spektakuler dengan puluhan penyanyi choir.


Setelah nonton opera ini, kami diantar ke hotel dan check-in di Hotel Zhangjiajie Jintan Shengshi, bersiap untuk penjelajahan alam hari berikutnya.


Selasa pagi 3 Desember, kami memulai hari dengan sarapan di hotel. Selanjutnya kami menuju stasiun cable car Gunung Tianzi (Tianzi Mountain), salah satu puncak tertinggi di Taman Nasional Zhangjiajie. Kawasan stasiun cable car ini cukup menarik, banyak kera berwajah merah berkeliaran di sekitar stasiun cable car. Meski terlihat jinak, kera-kera ini lumayan agresif jika melihat makanan dan minuman. Mereka tidak ragu-ragu menyambar makanan atau minuman milik pengunjung yang lengah. Meleng sedikit saja, makanan yang kita letakkan di bangku atau di lantai bisa berpindah tangan dengan cepat.

Setelah tour leader kami membagikan tiket cable car, kami antri menaiki cable car dan menikmati pemandangan gunung batu karst yang menakjubkan. Begitu sampai di atas, kami seperti masuk ke dunia lain. Kabut tipis menyelimuti puncak-puncak batu karst yang menjulang seperti pilar ke langit. Kami menjelajahi West Sea (Xi Hai), lembah luas dengan ratusan pilar batu, seperti lautan tebing. Selanjutnya menuju Fairy Lady Scattering Flowers, sebuah batu tinggi yang menyerupai sosok wanita dalam legenda lokal, terlihat anggun dan misterius. Kemudian kami lanjut ke Helong Park, tempat terbuka yang menjadi titik pandang terbaik untuk menikmati pemandangan gunung Tianzi dari ketinggian. Patung Jenderal Helong dan taman yang tenang menjadi kontras yang indah dengan tebing-tebing menjulang di sekeliling.

Perjalanan berlanjut ke Yuanjiajie Scenic Area, tempat yang paling terkenal karena menjadi lokasi inspirasi film Avatar. Di sinilah kami melihat “Avatar Hallelujah Mountains”, pilar-pilar batu setinggi ratusan meter yang tampak seperti mengambang di udara jika dilihat dari atas.


Pemandangannya sungguh tak terlupakan—surreal dan magis. Scenes di film Avatar yang menggambarkan batu-batu karang melayang tentu merupakan efek digital editing, namun bagian-bagian batu karang yang melayang tersebut merupakan bagian puncak dari batuan karang yang terdapat di Hallelujah Mountains ini. Apabila kondisi di sana sedang berawan, pemandangan yang kita lihat dari atas seolah-olah puncak-puncak batuan karang tersebut melayang, seperti di film Avatar.


Di kawasan ini juga ada beberapa vendor lokal yang menyediakan penyewaan baju tradisional adat Zhangjiajie. Peserta tour tak melewatkan kesempatan ini, untuk berpose dengan pakaian tradisional Zhangjiajie di lokasi film Avatar. Siapa tahu dilihat oleh scout talent untuk sequel ke 3 Avatar.

Sore menjelang malam, kami makan malam di hotel, menikmati makanan lokal sambil mengobrol tentang keajaiban alam yang baru saja kami saksikan.

Rombongan besar tour masih akan melanjutkan wisata keesokan harinya, namun malam itu juga, saya harus berpisah dengan rombongan karena ada kegiatan lain di Jakarta. Saya naik taksi menuju Stasiun Kereta Zhangjiajie, dan naik kereta cepat ke Changsha, ibukota Provinsi Hunan. Saya bermalam di Holiday Inn Changsha Station, hotel modern yang nyaman dan cocok untuk transit sebelum kembali ke tanah air.

Rabu, 4 Desember pagi, saya naik taksi menuju Bandara Changsha dan terbang pulang ke Jakarta menumpang Xiamen Air, dengan transit terlebih dahulu di Fuzhou. Meski tubuh terasa lelah, hati saya penuh dengan kesan mendalam tentang Zhangjiajie—tempat di mana bumi dan langit seolah menyatu.

Zhangjiajie bukan sekadar destinasi wisata alam, ia adalah dunia lain yang memukau. Gunung-gunungnya yang menjulang, jembatan kaca yang mengguncang nyali, dan suasana mistisnya menjadikan tempat ini pengalaman sekali seumur hidup. Tidak heran jika James Cameron memilihnya sebagai inspirasi dunia Pandora di film Avatar. Zhangjiajie telah meninggalkan jejak yang dalam dalam perjalanan ini, jejak yang akan selalu terkenang sebagai petualangan di negeri awan.