Kecantikan Tajikistan

Penerbangan dengan Uzbekistan Airways dari Tashkent menuju Dushanbe, ibukota Tajikistan, ditempuh dalam waktu 1 jam. Kami tiba di bandara Dushanbe International, pada hari Sabtu, 19 Oktober 2024, sekitar pukul 9 pagi. Sama seperti Uzbekistan dan Kazakhstan, pemegang paspor Indonesia tidak memerlukan visa untuk memasuki Tajikistan. Meski tidak perlu mengisi arrival form, proses imigrasi cukup lama. Jika penumpang tidak ingin menunggu lama, di bandara Dushanbe International tersedia jalur ekspres dengan membayar tarif USD 30 per penumpang.

Diluar bandara, kami telah dijemput oleh tour guide lokal yang akan menemani kami selama di Tajikistan. Dengan mobil Toyota Prado, kami memulai aktivitas hari ini dengan city tour di Dushanbe. Ibukota Tajikistan ini berpenduduk 1,5 juta jiwa dengan etnis mayoritas Tajik. Negara Tajikistan sendiri memiliki jumlah penduduk sekitar 10 juta jiwa, dengan pendapatan per kapita sekitar USD 1.200, menjadikan Tajikistan sebagai negara “termiskin” diantara 5 negara “stan” pecahan Uni Sovyet. Meskipun demikian, kesan negara miskin sama sekali tidak terlihat di Dushanbe. Kota ini terlihat begitu megah dengan banyak bangunan dan monumen yang indah. Sejak tahun 2017, pemerintah Tajikistan membangun ulang kota Dushanbe, dengan menghancurkan bangunan-bangunan lama peninggalan Uni Sovyet, digantikan dengan bangunan baru bergaya Eropa barat. Gedung pemerintahan, gedung perkantoran swasta, hotel dan pusat perbelanjaan terlihat kinclong dan gemerlap, terutama di kawasan pusat kota Dushanbe.

Tujuan pertama kami pada city tour pagi ini adalah kawasan Rudaki Avenue. Kawasan ini seperti alun-alun pusat kota, dengan berbagai monumen dan bangunan penting di sekelilingnya. Di area ini kita bisa melihat patung Ismoili Somoni, Independence monument, Rudaki statue, National Library, Presidential Palace dan Parliament building. Berjalan sedikit dari Rudaki avenue, kami tiba di patung Ismoili Somoni, pendiri dinasti Samanid. Patung ini berdiri megah di tengah alun-alun, dikelilingi oleh air mancur yang menambah keindahan tempat ini. Patung Ismoili Somoni dibangun pada tahun 1999 untuk memperingati 1.100 tahun berdirinya Kekaisaran Samanid, yang merupakan negara Tajik pertama.

Selanjutnya, kami berjalan menuju Independence Monument yang menjulang tinggi di kawasan ini. Monumen dengan tinggi 45 meter ini dibangun pada tahun 2011 untuk memperingati kemerdekaan Tajikistan dan dikelilingi oleh taman yang luas. Di puncak monumen, terdapat lambang negara Tajikistan yang terdiri dari beberapa elemen simbolis, Buku yang melambangkan pengetahuan, pegunungan dengan matahari terbit di atasnya, yang melambangkan Tajikistan sebagai negara pegunungan, mahkota dengan tujuh bintang yang melambangkan keberuntungan, dihiasi dengan gandum di sebelah kanan dan kapas di sebelah kiri yang melambangkan kekayaan alam utama Tajikistan. Masih di kawasan ini, kami mengunjungi Patung Rudaki, yang merupakan penyair besar bangsa Tajik dari abad ke-9. Patung ini terletak di taman yang indah, tempat yang sempurna untuk beristirahat sejenak dan menikmati suasana pagi yang masih sejuk.


Sekitar jam 12 siang, kami makan siang di restoran Citir Usta, yang menyajikan menu makanan Turki dan Tajik. Selepas makan siang, kami diantar ke hotel Firdausi untuk check in dan istirahat sejenak. Jam 3 kami melanjutkan city tour Dushanbe, berkunjung ke Mehrgon market. Pasar Mehrgon dibangun pada tahun 2012 dan dan mencakup area sekitar 30.000 meter persegi. Pasar modern berlantai 3 ini di lantai dasarnya menjual bahan makanan, bumbu dapur dan buah-buahan. Lantai 2 banyak diisi toko buku, alat tulis dan perlengkapan kantor, sementara lantai 3 menjual produk tekstil, jasa penjahit dan toko-toko souvenir. Kami berbelanja beberapa souvenir khas Tajikistan yang terbuat dari batu dan kayu.

Sore hari kami lanjut mengunjungi Istiqlol Monument, simbol kemerdekaan dan kebanggaan Tajikistan.
Menara Istiqlol, juga dikenal sebagai Menara Kemerdekaan dan Kebebasan, mulai dibangun pada tahun 2021 dan selesai pada tahun 2022. Menara ini memiliki tinggi 121 meter dan dihiasi dengan mahkota besar di puncaknya. Di dalam menara ini, terdapat museum yang menempati dua lantai pertama, museum ini menampilkan buku-buku sejarah, pakaian tradisional, instrumen klasik, dan lukisan. Dengan naik lift, pengunjung bisa ke Observatorium di lantai 14, disini kita bisa menikmati pemandangan panorama kota Dushanbe 360 derajat. Menjelang matahari terbenam, kompleks menara ini menjadi tempat pertunjukan air mancur dan cahaya lampu yang terlihat gemerlap di malam hari, menambah keindahan yang megah ini.

Menjelang malam, kami dibawa ke Parliament Square. Tempat ini adalah pusat pemerintahan dan depan perwakilan rakyat. Kompleks parlemen yang baru rampung di tahun 2023 ini terlihat begitu megah, dengan gaya arsitektur Eropa klasik. Di malam hari, kita bisa melihat gedung parlemen yang penuh cahaya lampu, sambil menikmati suasana malam di Dushanbe yang ramai dengan pengunjung. City tour kami hari ini diakhiri dengan makan malam di restoran Azia di Hilton. Restoran ini menawarkan berbagai hidangan internasional dan lokal dengan suasana yang elegan. Kami memilih menu makanan Thailand, terasa segar dan lezat dengan rasa bumbu Thailand yang khas.



Hari kedua kami di Tajikistan, Minggu 20 Oktober 2024, kami menuju ke Iskandar Kul, danau yang terkenal dengan keindahan alamnya. Perjalanan dari Dushanbe ke Iskandar Kul memakan waktu sekitar 3 jam. Jaraknya sekitar 130 kilometer ke arah timur laut dari Dushanbe. Pemandangan Sepanjang Perjalanan melewati lembah-lembah hijau yang subur dengan pemandangan pegunungan yang menjulang tinggi berselimut salju di kejauhan. Kami juga melewati desa-desa tradisional dengan rumah-rumah khasnya.

Salah satu pemandangan yang paling menakjubkan di rute ini adalah Ngarai Varzob, yang terkenal dengan gunung bersalju dan sungai yang mengalir deras. Sebelum sampai di Iskandar Kul, kami berhenti untuk menikmati pemandangan Danau Ular yang lebih kecil dan hanya berjarak 10 menit berjalan kaki dari Iskandar Kul.

Kami tiba di tepian Iskandar Kul sekitar jam 1 siang, dan makan siang di restoran lokal di tepi danau dengan menu daging sapi dan kentang. Setelahnya, kami berjalan ke tepi danau yang cantik ini. Iskandar Kul adalah danau glasial yang terletak di Provinsi Sughd, Tajikistan, di lereng utara Pegunungan Gissar di Fann Mountains. Danau ini berada pada ketinggian 2.195 meter di atas permukaan laut. Di musim panas, salju yang mencari dari pegunungan di sekitarnya akan menambah tinggi permukaan danau ini, yang memiliki luas sekitar 3,4 kilometer persegi dan kedalaman maksimum mencapai 72 meter.

Iskandar Kul dikelilingi oleh pegunungan yang megah, termasuk puncak tertinggi seperti Gunung Kirk-Shaitan yang hampir mencapai 4.000 meter di atas permukaan laut. Pegunungan ini menciptakan tebing-tebing curam yang mengelilingi danau, memberikan pemandangan yang spektakuler. Nama Iskandar Kul berasal dari Alexander the Great, yang dalam bahasa Persia disebut Iskander.

Menurut legenda, kuda kesayangan Alexander, Bucephalus, tenggelam di danau ini. Sekitar 2 jam kami menikmati keindahan Iskandar Kul ini, tak lupa mengambil banyak foto di berbagai sudut danau. Mas Bayu juga sibuk membuat video dan dokumentasi untuk ditayangkan di akun IG Sociotraveler. Sekitar jam 3.30 sore, kami kembali ke Dushanbe dan tiba sekitar jam 6.30 sore. Makan malam kali ini di KFC yang terletak tak jauh dari hotel.



Senin 21 Oktober, hari ketiga di Tajikistan, kami berwisata ke Hissor Fort, salah satu situs bersejarah paling penting di Tajikistan. Benteng ini dibangun sekitar 2500 tahun yang lalu dan telah menjadi saksi banyak perubahan kekuasaan sepanjang sejarahnya. Berjarak sekitar 30km dari Dushanbe, benteng ini terletak di atas bukit strategis dekat Sungai Khanaka, yang membuatnya menjadi tempat ideal untuk melindungi karavan pedagang yang melewati Jalur Sutra.

Benteng ini telah dihancurkan dan dibangun kembali berkali-kali oleh berbagai penguasa, termasuk kekaisaran Mongol, Arab, dan Emir Bukhara. Benteng ini mencakup area yang luas dengan gerbang utama yang besar dan dinding-dinding yang kokoh. Gerbang utama yang ada saat ini berasal dari abad ke-16, dengan dominasi warna merah bata. Di sekeliling benteng terdapat beberapa menara pengawas. Saat ini di dalam kompleks benteng dibangun beberapa toko souvenir dan juga istana presiden yang berada di puncak bukit. Saat kami berkunjung, istana presiden masih dalam tahap penyelesaian.



Di depan Hissort Fort, ada reruntuhan caravanserai yang cukup besar. Caravanserai adalah penginapan di pinggir jalan yang dibangun untuk para pedagang dan karavan yang melakukan perjalanan panjang pada era perdagangan jalur sutera. Bangunan ini biasanya terletak di sepanjang jalan pedesaan dan menyediakan tempat istirahat yang aman bagi para pedagang. Selain sebagai tempat istirahat, caravanserai juga berfungsi sebagai pusat pertukaran barang, budaya, dan ide. Mereka sering kali memiliki dinding yang diperkuat dan berfungsi sebagai pos militer atau benteng di daerah perbatasan. Reruntuhan caravanserai di sini masih menyisakan dinding tembok setinggi 1,5 meter dan kotak-kotak kamar penginapan, namun atap dan struktur penunjangnya sudah tidak lagi terlihat. Di kompleks Hissor Fort ini juga ada bangunan Madrasa yang sudah tidak digunakan. Pada masa perdagangan jalur sutera, madrasa ini digunakan sebagai sarana pendidikan yang mengajarkan ilmu-ilmu Islam. Madrasah ini pertama kali dibangun pada abad ke-16.



Setelah makan siang, kami menuju Masjid Imam Abu Hanifa, masjid terbesar dan salah satu yang paling indah di Tajikistan. Masjid ini dibangun dengan bantuan dari Emir Qatar dan selesai dibangun pada tahun 2019. Masjid ini dinamai untuk menghormati Imam Abu Hanifa, seorang ulama besar dalam Islam yang mendirikan mazhab Hanafi. Masjid ini memiliki arsitektur yang megah dengan kubah besar dan empat menara yang menjulang tinggi. Ruang Sholat Utama masjid ini dapat menampung ribuan jamaah sekaligus, namun ditutup untuk sholat 5 waktu, hanya digunakan untuk shalat Jumat dan shalat Ied. Jamaah shalat lima waktu disediakan tempat di belakang aula utama, kapasitasnya bisa muat sekitar 500 jamaah. Saat saya shalat Ashar disana, hanya terisi dua shaf, tidak sampai 50 jamaah.

Selesai shalat Ashar, saya dan mas Bayu meminta izin ke penjaga masjid untuk melihat aula utama masjid ini. Kami diberi waktu 5 menit untuk memasuki aula yang luar biasa besar. Indah sekali ornamen di aula utama masjid ini, apalagi saat itu cahaya petang memasuki aula masjid dari jendela besar, membuat interior masjid semakin terlihat kemilau.

Malam terakhir kami di Tajikistan, kami habiskan dengan makan malam di restoran Iskander dekat hotel. Sebelum kembali ke hotel, kami sempat berbelanja oleh-oleh di pertokoan yang satu deretan dengan hotel kami. Satu hal yang menjadi perhatian saya dan istri, di jalanan dan gedung-gedung banyak sekali dipajang foto maupun baliho presiden Tajikistan dan putranya yang menjadi walikota Dushanbe.

Presiden Emomali Rahmon telah menjabat sebagai Presiden Tajikistan selama 30 tahun sejak 16 November 1994. Rahmon dijuluki sebagai “Bapak Pendiri Perdamaian dan Kesatuan Nasional” dan telah memenangkan beberapa pemilu, meskipun dikritik oleh pengamat internasional karena pemilu dianggap tidak fair. Sementara itu, Rustam Emomali, putra dari Presiden Rahmon, telah menjabat sebagai Wali Kota Dushanbe sejak 12 Januari 2017, saat berusia 30 tahun. Rustam juga memegang berbagai posisi penting lainnya, termasuk Ketua Majelis Nasional Tajikistan sejak 2020. Sebagai wali kota, Rustam Emomali berfokus pada modernisasi infrastruktur kota dan peningkatan layanan publik, bangunan-bangunan gedung, perkantoran dan apartemen peninggalan Uni Sovyet dia hancurkan, dan dibangun kembali dengan bangunan-bangunan yang megah, dengan bantuan dari pemerintah China, membuat Dushanbe tampil sebagai kota modern yang cantik dan gemerlap.



Selasa 22 Oktober 2024, akhir perjalanan kami selama 14 hari di “stan countries”. Kami berangkat dari hotel sekitar jam 7 pagi menuju bandara Dushanbe International. Pesawat kami berangkat ke Tashkent sekitar pukul 10 pagi dan tiba satu jam kemudian. Kami punya waktu sekitar 12 jam di Tashkent, karena pesawat lanjutan dari Tashkent ke Jakarta baru akan berangkat sekitar jam 12 malam. Waktu sepanjang itu kami habiskan dengan berbelanja oleh-oleh di Chorsu bazaar, dan lanjut makan malam di MX Mall. Sekitar jam 9 malam kami berangkat ke bandara Tashkent untuk kembali ke Jakarta dengan Uzbekistan Airways.




Tinggalkan komentar