Rabu 16 Oktober 2024, sekitar jam 11 pagi, Van yang membawa kami keliling Kyrgyzstan tiba di Kagen land border, ini adalah pos perbatasan antara Kyrgyzstan dan Kazakhstan. Kami turun dari van dengan membawa bagasi masing-masing, selain untuk pemeriksaan custom, di Kazakhstan kami akan berganti van dan local tour guide. Proses keluar dari Kyrgyzstan cukup lama, musti antri karena ada 2 rombongan di depan kami. Lewat imigrasi Kyrgyzstan, kami berjalan kaki melewati zona netral, suhu udara siang itu cukup dingin sekitar 4 derajat celcius. Masuk pos imigrasi Kazakhstan, suasana terasa berbeda, petugasnya ramah dan banyak bercanda. Kazakhstan bebas visa bagi pemegang paspor Indonesia untuk kunjungan selama 30 hari. Selepas imigrasi Kazakhstan, kami sudah ditunggu oleh tour guide di Kazakhstan, Miraz, dia menjemput kami dengan 2 mobil, satu mobil untuk membawa bagasi, dan satu lagi van untuk penumpang.

Tujuan pertama kami di Kazakhstan adalah Black Canyon. Tebing-tebing karang berwarna gelap mendominasi lansekap di kawasan ini. Dibawah tebing terlihat aliran sungai yang cukup deras. Sayangnya siang itu cuaca mendung dan kemudian turun hujan. Kami tak bisa berlama-lama menikmati pemandangan di Black Canyon.

Kami melanjutkan perjalanan ke Saty village. Di desa ini kami akan menginap di guest house milik warga setempat. Tiba di guest house sekitar pukul 15, kami makan siang di guest house. Setelah beristirahat sejenak, kami berangkat menuju Lake Kolsay. Tiba disana sekitar jam 16.15, suasana agak mendung. Kami berfoto dengan latar belakang Lake Kolsay yang masih terlihat jelas.


Hanya dalam waktu 10 menit, kabut tebal mulai memenuhi area Lake Kolsay, danau cantik ini tak lagi terlihat dari ketinggian. Kemudian kami diajak turun ke tepi danau, dengan berjalan kaki sekitar 15 menit. Sampai di tepi danau, pemandangan sekitar danau agak terlihat dengan jarak pandang sekitar 10 meter saja. Tak lama hari mulai gelap, lampu-lampu sekitar danau mulai dinyalakan, membuat suasana sekitar danau terasa lebih semarak. Puas berkeliling danau, kami kembali ke guesthouse di Saty village, dan makan malam di guesthouse.

Selesai makan malam, kami masih asik ngobrol-ngobrol. Sekitar jam 10 malam, dari jendela guest house terlihat titik-titik putih melayang di udara. Ternyata salju mulai turun malam ini. Kami bergegas keluar guesthouse dengan pakaian seadanya. Udara dingin diluar guesthouse tak menghalangi kami untuk menikmati turunnya salju pertama kali di Saty village. Warga sekitar juga banyak yang keluar rumah, menyambut turunnya salju yang datang lebih awal di musim gugur ini.

Kamis 17 Oktober pagi, kami sarapan di guest house lebih awal, sekitar jam 6.30, agar dapat berangkat pagi ke destinasi wisata utama di Saty district, Lake Kaindy. Kami berangkat dari guest house sekitar jam 07.15 pagi. Untuk menuju Lake Kaindy, tidak bisa menggunakan van biasa, tapi harus menggunakan van 4×4 tua buatan Uni Sovyet, karena jalan menuju Lake Kaindy ini masih banyak berupa jalan berbatu dan beberapa kali menyebrangi sungai kecil. Seru dan lumayan mendebarkan ajrut-ajrutan di jalan offroad menaiki van tua buatan Uni Sovyet ini.

Lake Kaindy terletak di ketinggian sekitar 2000 meter, menjelang tiba di kawasan Lake Kaindy, hutan dan bukit di sekitarnya mulai terlihat putih, imbas dari salju yang mulai turun dari semalam. Cantik sekali pemandangannya. Setelah sekitar 30 menit menempuh perjalanan offroad, mobil van tiba di area parkir Lake Kaindy. Dari area ini pengunjung musti hiking dengan rute yang mendaki. Pohon-pohon pinus sepanjang jalan setapak terlihat memutih diselimuti salju tipis. Setelah hiking selama sekitar 20 menit, kami tiba di tepi Lake Kaindy. Pagi itu kami merupakan pengunjung pertama yang tiba di kawasan Kaindy. Jejak sepatu kami membentuk jalur setapak di lintasan bersalju.


Lake Kaindy terbentuk akibat longsoran bukit sekitar 100 tahun lalu, akibat gempa bumi Kebin pada tahun 1911, yang menutupi lintasan sungai dan menjadi danau kecil. Karena dulunya merupakan lembah pinus, di tengah Lake Kaindy ini masih banyak pokok pinus yang berdiri tegak, namun sudah mati karena bagian bawah pokoknya lama terendam air. Keunikan danau ini, airnya berwarna biru kehijauan, disebabkan tumpukan batuan limestone di dasar danau yang terbawa longsoran.


Salju tipis yang menyelimuti vegetasi di sekitar Lake Kaindy pagi itu membuat panorama danau semakin spektakuler. Betah berlama-lama menikmati pemandangan disini. Hampir 2 jam kami mengeksplorasi Lake Kaindy. Sekitar jam 11, kami kembali ke parkiran van, saat jalan turun, kami melihat salju tipis yang tadi pagi menyelimuti jalan setapak, mulai mencair diterpa cahaya matahari siang. Kami kembali ke Saty village guesthouse untuk makan siang dan checkout.


Tujuan kami berikutnya adalah Charyn Canyon. Lokasinya berada ditengah antara Saty dan Almaty, kota terbesar di Kazakhstan. Charyn Canyon bentuknya mirip dengan Grand Canyon di Nevada, Amerika Serikat. Warna coklat kemerahan mendominasi tebing-tebing di Charyn Canyon ini. Dari visitor centre, kita berjalan selama 10 menit untuk melihat viewing point pertama. Dari dekat, terlihat garis-garis alur sepanjang dinding tebing. Jutaan tahun lalu, Charyn Canyon merupakan bagian dari lautan, yang kemudian terdorong ke daratan akibat proses pergerakan lempeng bumi selama ratusan juta tahun. Menakjubkan melihat jejak lautan purba di tengah daratan benua Asia ini.


Selanjutnya kami menuju Almaty, kota yang dulunya merupakan ibukota Kazakhstan, sebelum pindah ke Astana pada tahun 1998. Kota terbesar di Kazakhatan ini dihuni sekitar 2,2 juta jiwa, mayoritas dari etnis Kazakh dan Uzbek, serta etnis minoritas Rusia. Sampai di Almaty sekitar jam 7 malam, kami check in di Renion Park Hotel dan segera menuju restoran Chinese food Lanzhou, berjarak sekitar 200 meter dari hotel. Menu andalan di resto ini adalah hotpot noodle ala Xinjiang. Nikmat rasanya makan mie hangat di malam yang dingin.

Selesai makan malam, kami menuju Ascencion Cathedral. Gereja kristen ortodox ini merupakan gereja terbesar di Almaty. Fasad luarnya terlihat megah dengan kubah yang mengingatkan pada Gereja Saint Basil di Moscow. Dari gereja ini kami berjalan melihat suasana kota Almaty di malam hari, sebelum kembali ke hotel untuk beristirahat.

Pagi 18 Oktober, kami sarapan di hotel dan melanjutkan perjalanan ke Bandara Almaty. Pesawat kami bertolak dari Almaty sekitar pukul 11 pagi, dan tiba kembali di Tashkent, Uzbekistan jam 1 siang. Hari ini jadwalnya belanja di Human Souvenir Shop, toko cindera mata eksklusif di Almaty. Puas belanja, kami menuju stasiun subway Kosmonavtlar. Stasiun-stasiun kereta bawah tanah di Tashkent dibangun pada era Uni Sovyet tahun 70an. Karenanya, disainnya mirip dengan subway di Moscow. Setiap stasiun memiliki tema yang berbeda, dan menjadi tujuan wisata yang unik dan fotogenik.



Kami kemudian melanjutkan wisata terakhir di Tashkent, ke Magic City. Ini merupakan kompleks belanja dan restoran dengan konsep seperti Disneyland main street. Di kompleks ini banyak deretan toko mulai dari branded boutique, restoran dan fashion. Di sisi barat, kita bisa mengunjungi replika Registan Square dan di sisi utara, terdapat bangunan magic castle yang dikelilingi danau kecil. Di malam hari, kompleks ini begitu gemerlap dengan lampu-lampu yang ditata cantik. Puas keliling di Magic City, kami makan malam di MX Mall, salah satu shopping mall terbesar di Tashkent.


Setelahnya, kami mengantar rombongan utama yang akan kembali ke Jakarta malam ini. Paket tour dari Sociotraveler ini memang untuk 10 hari mengunjungi Uzbekistan, Kyrgyzstan dan Kazakhstan, namun saya dan istri extend ke Tajikistan dengan tambahan 4 hari perjalanan. Saya, istri dan mas Bayu berpisah dengan teman-teman seperjalanan kami, mba Tuti, Raka, Tasha, Stephanie, Tesa, Anggita, Mala, Widya dan Fido. Dari bandara Tashkent, saya, istri dan mas Bayu kembali ke kota, untuk beristirahat semalam di Tashkent, sebelum melanjutkan perjalanan ke Tajikistan.
