Pagi hari, Sabtu 12 Oktober sekitar jam 5.30 kami berangkat dari hotel di Samarkand, kembali menuju Tashkent dan tiba sekitar jam 12 siang. Semula kami dibawa ke restoran dengan menu Uzbekistan, namun restonya belum siap menerima tamu. Mas Bayu kemudian menawarkan apakah mau makan menu lain, yang disambut secara aklamasi untuk makan siang di KFC 😁, eneg juga 3 hari berturut-turut makan Plov dan sashlik.. 😅

Setelah makan siang, kami menuju bandara Islam Karimov, untuk naik pesawat Uzbekistan Airways menuju Bishkek, ibukota Kyrgyzstan. Penerbangan ditempuh sekitar 1 jam, dan kami tiba di Bandara Manas, Bishkek sekitar jam 6 sore. Untuk pemegang paspor Indonesia, Kyrgyzstan memberikan fasilitas Visa On Arrival, dengan membayar biaya VOA sebesar USD 50. Visa berbentuk sticker 1 halaman paspor ditempelkan setelah kita mengisi formulir dan membayar biaya VOA. Selepas imigrasi, kami disambut oleh Ibraim, tour guide kami selama di Kyrgyzstan. Berbeda dengan suhu udara selama di Uzbekistan yang berkisar antara 15-25 derajat celcius, suhu udara malam hari di Bishkek ini cukup dingin, sekitar 8 dercel. Jaket tebal wajib digunakan.


Kami segera menuju hotel di Bishkek, dan makan malam di Chinese Lamian restaurant dekat hotel, nikmat rasanya menikmati kuah lamian hangat setelah berhari-hari dijejali Plov 😅. Selesai makan malam, saya dan istri berjalan-jalan di sekitar hotel, melihat suasana malam di kota Bishkek. Dibandingkan Tashkent yang cukup modern, Bishkek terlihat lebih sederhana, mayoritas bangunan masih bangunan lama era Uni Sovyet. Suasana kota juga terasa sepi, jumlah penduduknya hanya 1,1 juta jiwa, sementara populasi seluruh Kyrgyzstan hanya 7,1 juta, penduduk satu negara ini lebih sedikit dari populasi Jakarta 😁. Diantara 5 stan countries ex Uni Sovyet, Kyrgyzstan termasuk negara yang berpendapatan menengah bawah dengan GDP per capita sekitar USD 1.900 pada tahun 2023.

Hari ke 5 perjalan kami di Stan countries bersama Sociotraveler tour, Minggu 13 Oktober dimulai jam 9 pagi dengan perjalanan dari Bishkek menuju Issyk Kul. Di tengah perjalanan, kami berhenti di pasar hewan Tokmok, sekitar 65km dari Bishkek. Di pasar ini berbagai hewan ternak dan konsumsi diperjual belikan, utamanya Kuda, Sapi, Domba. Selain hewan banyak juga pedagang yang menjual barang bekas.


Kami melanjutkan perjalanan sekitar pukul 11, pemandangan di kiri kanan jalan indah sekali. Deretan gunung-gunung berselimut salju mendominasi pemandangan. Setelah berhenti untuk makan siang di rest area, kita tiba di Issyk Kul sekitar jam 3 siang. Issyk Kul adalah danau terbesar di Asia Tengah, dan terbesar ke 21 di dunia. Panjang danau ini 182 km dengan lebar 60 km. Karena Kyrgyzstan dan negara-negara Asia Tengah merupakan land-locked countries (daratannya tidak memiliki laut), warga setempat sering menyebut danau Issyk Kul sebagai laut. Saking luasnya danau ini, saat berdiri di tepi danau kita tidak bisa melihat ujung danaunya, sepanjang mata memandang yang terlihat hanya air sampai di horizon, seperti lautan.



Dekat danau Issyk Kul ini terdapat satu perbukitan, Canyon of Forgotten Rivers. Ketinggiannya sekitar 200 meter. Kami hiking ke bukit ini, perlu waktu sekitar 30 menit dengan nafas ngos-ngosan untuk mendakinya 😅. Sampai di puncak bukit, rasa lelah terbayar lunas dengan pemandangan 360 derajat yang sangat indah. Kita bisa melihat pemandangan danau Issyk Kul di arah utara dan pegunungan Tian Shan di arah selatan. Perbukitan ini bentuknya cukup unik seperti berkerut-kerut, ribuan tahun lalu, perbukitan ini merupakan alur sungai yang mengalir ke danau Issyk Kul. Menjelang matahari terbenam, kami turun dari Canyon of Forgotten Rivers, dan selanjutnya menuju Beltam Yurt camp, tempat kami menginap malam ini.

Beltam Yurt camp terletak di satu sisi danau Issyk Kul. Akomodasi penginapan disini berbentuk tenda-tenda bulat tradisional berwarna putih (Yurt). Setiap tenda memiliki dua sampai tiga tempat tidur, beralas karpet tebal dan dilengkapi pemanas ruangan. Namun tidak memiliki kamar mandi. Untuk MCK disediakan area terpisah diluar tenda. Cukup nyaman tempat tidur di dalam Yurt ini.

Makan malam disediakan di Yurt induk. Tenda besar ini bisa memuat sekitar 20 orang dengan 4 meja makan besar lesehan. Menu makan malam kali ini iga domba dengan semacam pasta berisi sayur, mirip ravioli. Makanan cukup enak namun beberapa dagingnya agak alot, butuh perjuangan untuk mengunyahnya 😅. Selesai makan, sebagian peserta tour lanjut ngobrol di Yurt induk dan sebagian lagi asik main ayunan yang disediakan di tengah camping ground.



Hari Senin pagi, 14 Oktober, setelah sarapan kami melanjutkan perjalanan ke desa Tong, untuk melihat pertunjukan Eagle Hunter. Sebagian warga Kyrgyzstan dikenal dengan keahliannya melatih burung elang dan anjing untuk berburu. Dengan menggunakan pakaian tradisional Kyrgyzstan, dua pemuda kakak beradik mendemonstrasikan bagaimana elang yang mereka latih, dapat melihat manekin hewan buruan dari atas bukit dan terbang dengan cepat menangkap mangsa. Setelah itu, mereka juga mendemonstrasikan anjing pemburu yang mengejar dan menerkam manekin hewan buruan yang ditarik oleh kuda. Setelah demonstrasi selesai, satu persatu peserta tour diberikan kesempatan berfoto dengan elang pemburu hinggap di tangan, tentunya dengan sarung tangan kulit tebal untuk melindungi tangan dari cakar elang yang tajam.


Kemudian kami melanjutkan petualangan ke Fairy Tale canyon, kompleks perbukitan dengan batu karang yang jika dilihat dari sudut tertentu, bentuknya seperti castle di Disneyland. Hiking di perbukitan ini cukup ringan, tidak sampai membuat nafas tersengal. Cukup banyak spot menarik, salah satunya bagian canyon yang berwarna warni seperti pelangi.


Menjelang sore kami lanjut ke Seven Bulls Canyon, perbukitan dengan ketinggian sekitar 2000 meter diatas permukaan laut. Pemandangan bukit dan gunung di sekitar Seven Bulls Canyon ini di dominasi pohon pinus dan gunung bersalju. Tidak kalah indah dengan gunung-gunung di Swiss Alps. Di salah satu puncak bukit ini, ada sebuah kafe milik warga lokal yang menyediakan kopi dan coklat panas. Nikmat banget menikmati minuman hangat di puncak bukit sambil menikmati pemandangan pegunungan.

Setelah matahari terbenam, kami menuju Golden Yurt camp di Kok Jaiyk valley. Kami menginap di Yurt camp ini. Berbeda dengan Yurt camp di Issyk Kul dimana satu Yurt hanya berisi 2-3 tempat tidur, di Golden Yurt ini Yurt nya lebih besar, berisi 5 tempat tidur. Area Yurt camp ini tidak tercover jaringan seluler, sehingga internet mati total. Namun pemilik Yurt berlangganan Starlink melalui satelit, dan menjual akses wifi dengan harga 500 Som Kyrgyzstan, sekitar Rp 90.000. Kabin tempat makan malam menjadi lokasi favorit untuk nongkrong, karena sinyal wifi disini paling kencang.

Sekitar jam 9 malam, tour guide kami Ibraim mengajak kami keluar, bikin api unggun. Berasa seperti jaman Pramuka lagi, bikin api unggun sambil nyanyi-nyanyi dan bercanda. Api unggun cukup membuat hangat di udara malam itu yang suhunya sekitar 4 derajat celcius. Udara yang sangat bersih dan langit yang sangat cerah membuat kita dapat melihat jutaan bintang di langit. Salah satu pemandangan langit malam paling cerah yang pernah saya lihat. Setelah kayu api unggun mulai habis, udara mulai terasa dingin, kami kembali ke Yurt untuk menghangatkan badan dan istirahat.

Jam 4 dinihari saya terbangun, Yurt terasa mulai dingin, rupanya kayu bakar di tungku pemanas ruangan sudah habis. Meski memakai jaket dan selimut tebal, rasa dingin dini hari itu menembus selimut dan jaket, membuat badan menggigil dan sulit tidur. Akhirnya saya keluar Yurt dan menghangatkan badan di kabin ruang makan yang pemanasnya masih berfungsi. Sekitar jam 6 pagi, satu persatu peserta tour keluar Yurt, menikmati pemandangan pagi yang sangat cantik di lembah, sambil menunggu sarapan siap disajikan.

Hari ke 7 di Asia Tengah, Selasa 15 Oktober, kami meninggalkan Golden Yurt camp menuju Karakol. Petualangan hari ini adalah menunggang kuda ke Karakol valley. Dari titik pemberangkatan di Karakol, peserta tour diajari cara mengendarai kuda supaya baik jalannya 😁. Perjalanan ke Karakol valley dengan kuda ditempuh selama sekitar 1,5 jam. Sialnya, saya kebagian kuda yang setiap sebentar berhenti untuk makan rumput dan ilalang, akibatnya saya tertinggal di belakang rombongan, sampai si kuda berkali-kali dipecut oleh ranger di belakang agar mau jalan lagi. 😅

Setelah sampai di puncak Karakol valley, aduhai cantiknya pemandangan dari atas sini. Sejauh mata memandang terlihat bukit-bukit hijau ditumbuhi pinus, gunung-gunung berselimut salju dan padang rumput dibawah sana bagai permadani di kaki langit 😁. Kami makan siang di puncak bukit ini, dengan bekal yang dibawa dari Karakol. Meski makan siangnya paling sederhana dibanding hari-hari sebelumnya, hanya roti isi sosis dan energy bar, tapi pemadangannya yang mahal, a million dollar view.

Selepas makan siang dan puas mengambil foto di Karakol valley, kami kembali turun menuju kota, dengan rute turun yang berbeda dari rute saat naik tadi. Mengendarai kuda untuk turun bukit sedikit lebih sulit dibanding saat naik, karena pengendara harus memiringkan punggung ke belakang agar tidak terjerembab ke arah depan. Perjalanan turun sedikit lebih cepat karena kudanya tidak banyak berhenti.

Sore hari kami menuju hotel Oimo di Karakol untuk beristirahat. Malamnya kami makan malam di restoran di kota Karakol, salah satu menu khasnya terong yang di goreng crispy, rasanya asam manis segar, jadi menu favorit malam itu.
Rabu pagi 16 Oktober kami check out dari Oimo hotel, untuk city tour di Karakol. Tujuan pertama adalah Gereja Orthodox Holy Trinity Cathedral. Meskipun 95% penduduk Kyrgyzstan beragama Islam, di beberapa kota besar terdapat komunitas Kristen Orthodox, umumnya warga keturunan Rusia. Gereja ini terbuat dari kayu dengan fasad luar yang cantik. Namun sayang pengunjung tidak dibolehkan mengambil foto di dalam gereja. Saat kami memasuki gereja, sedang ada peribadatan dengan nyanyian gereja, suara pastor dan jemaahnya mengingatkan saya pada Gregorian Chants.


Kemudian kami lanjut ke Masjid Dungan. Masjid ini dibangun oleh komunitas muslim China Uyghur. Karenanya, bentuk masjid ini unik, dari luar arsitekturnya seperti kelenteng atau vihara. Baru saat masuk kedalam terlihat bahwa ini adalah bangunan masjid, lengkap dengan mihrabnya. Saat kami beranjak meninggalkan masjid, marbot masjid memanggil kami, dan bertanya dari mana? Saat kami jawab dari Indonesia, dia terlihat sangat senang, kemudian masuk ke kantornya. Tak lama dia keluar lagi membawa sekeranjang apel untuk rombongan kami. Setelahnya, kami melanjutkan perjalanan dengan van menuju perbatasan Kyrgyzstan – Kazakhstan.
