
Pesawat Uzbekistan Airways HY 542 yang membawa kami dari Jakarta, tiba di bandara Islam Karimov, Tashkent sekitar pukul 18 petang, pada hari Rabu, 9 Oktober 2024. Pemegang paspor Indonesia bebas visa untuk memasuki Uzbekistan selama 30 hari. Setelah proses imigrasi yang relatif cepat, saya menukar uang USD yang saya bawa dengan Som Uzbekistan di counter bandara. Kurs saat itu 1 USD = 12.560 Som. Selanjutnya group kami yang terdiri dari 1 tour leader dan 11 peserta tour, menuju van yang telah menunggu kami di parkiran bandara.

Dari bandara, kami menuju tempat makan malam. Sepanjang perjalanan, kami melewati beberapa landmark seperti Tashkent TV Tower. Lalu lintas cukup ramai di kota yang berpenduduk sekitar 3 juta jiwa ini. Uzbekistan merupakan negara Asia Tengah pecahan Uni Sovyet dengan penduduk paling banyak, sekitar 36 juta. Secara ekonomi, Uzbekistan termasuk negara berpendapatan menengah bawah, dengan GDP per capita sekitar USD 2.500 di tahun 2023. Biaya hidup di Tashkent termasuk yang paling rendah di dunia, harga-harga barang dan jasa di Tashkent jauh lebih murah dari Jakarta.


Sekitar pukul 20.00 malam kami tiba di restoran Besh Qozon, restoran yang menyajikan hidangan khas Uzbekistan yaitu Plov, nasi yang dimasak dengan minyak samin dan daging kambing, serta sashlik, semacam sate kambing berukuran jumbo dengan irisan paprika , unik namun enak rasanya. Setelah selesai makan malam, kami menuju Art Hotel di pusat kota Tashkent untuk bermalam. Hotel ini terletak di depan kompleks restoran Seoul Mun, salah satu tempat hang out paling ramai di Tashkent.

Kamis 10 Oktober pagi, kami sarapan di hotel, setelahnya bersiap untuk eksplorasi kota Tashkent. Tujuan pertama pagi ini Minor Mosque, menurut informasi dari tour leader kami, mas Bayu dari Sociotraveler, masjid ini adalah yang terbesar di Tashkent. Masjid ini dibangun di tepi kanal Ankhor dan diresmikan pada tahun 2014. Masjid Minor memiliki arsitektur yang memadukan gaya arsitektur Persia dan Uzbekistan, dengan dua menara setinggi 38 meter dan kubah berhiaskan mozaic berwarna biru. Dinding masjid dilapisi dengan marmer putih, memberikan tampilan yang elegan.


Selanjutnya kami menuju Chorsu Bazaar, pasar tradisional terbesar dan tertua di Tashkent. Pasar ini merupakan salah satu pasar utama pada jalur sutra, jalur perdagangan antara China dan Persia selama lebih dari 2000 tahun. Terletak di pusat kota tua Tashkent, pasar ini dikenal dengan kubah biru besar yang menjadi ciri khasnya. Pasar ini menawarkan berbagai macam barang, mulai dari bahan makanan segar seperti buah-buahan, sayuran, daging, dan rempah-rempah, hingga pakaian, kerajinan tangan, dan barang-barang rumah tangga.


Bangunan utama pasar ini, yang dirancang dengan gaya Soviet Modern pada tahun 1980, memiliki kubah besar yang menjadi area penjualan utama. Di sekitar bangunan utama, terdapat banyak kios dan lapak yang menjual berbagai barang kebutuhan sehari-hari. Kami makan siang di food hall Corsu Bazar ini, dengan menu Plov dan sashlik lagi.

Selesai makan siang dan belanja souvenir di Chorsu Bazaar, kami berangkat menuju kota Samarkand sekitar jam 1 siang. Perjalanan dari Tashkent menuju Samarkand sekitar 6 jam. Sekitar jam 7 malam, kami tiba di Samarkand, dan check-in di Al Madinah Hotel. Hotel boutique ini cukup cantik interiornya. Setelahnya kami lanjut makan malam di Samarqand Restaurant, dengan menu lagi-lagi Plov dan Sashlik. Restoran ini cukup besar dan termasuk fine dining, warga lokal yang makan disini umumnya berbusana formal atau smart casual. Di resto ini juga ada dance floornya, cukup banyak tamu restoran yang turun ke lantai dansa saat lagu-lagu populer Uzbekistan diputar.

Hari ketiga kami di Uzbekistan, Jumat 11 Oktober, diawali dengan sarapan di Al Madina hotel. Sekitar jam 9 pagi, kami mengunjungi Registan Square, jantung kota tua Samarkand dan merupakan salah satu situs paling ikonik di Asia Tengah. Saat kami tiba, Registan Square masih cukup sepi, belum banyak rombongan turis yang tiba. Nama “Registan” berarti “tempat berpasir” atau “padang pasir” dalam bahasa Persia. Registan Square sejatinya adalah kompleks sekolah (madrasah) yang selama berabad-abad menjadi pusat pendidikan terbaik di Asia Tengah.

Registan Square dikelilingi oleh tiga madrasah megah yang dibangun pada periode yang berbeda. Pertama, Madrasah Ulugh Beg yang dibangun pada tahun 1417 oleh Ulugh Beg, seorang penguasa dan ilmuwan terkenal dari Dinasti Timurid. Madrasah ini dikenal dengan mosaik geometrisnya yang rumit dan menara-menara tinggi di sudut-sudutnya. Kedua, Madrasah Sher-Dor, dibangun pada tahun 1619 oleh Yalangtush Bakhodur, madrasah ini terkenal dengan mosaik harimau yang membawa matahari di punggungnya, yang merupakan simbol keberanian dan kekuatan. Ketiga, Madrasah Tilya-Kori yang dibangun pada tahun 1646. Selain berfungsi sebagai sekolah, madrasah ini juga berfungsi sebagai masjid besar. Interiornya dihiasi dengan emas, memberikan kesan mewah dan megah.

Saat ini, Registan Square adalah salah satu situs warisan dunia UNESCO dan menjadi daya tarik utama bagi wisatawan yang mengunjungi Samarkand. Alun-alun ini terkenal dengan keindahan arsitekturnya yang spektakuler. Pengunjung juga dapat menemukan berbagai toko souvenir di dalam madrasah, juga tersedia beberapa kafe yang menyajikan kopi tradisional.


Meski belum puas rasanya mengeksplorasi Registan Square, kami harus melanjutkan tour ke destinasi berikutnya, Siyob Bazaar Market.
Siyob Bazaar adalah pasar terbesar di Samarkand. Pasar ini menjadi bagian penting dari jalur sutra selama lebih dari 2.000 tahun. Siyob Bazaar terletak di persimpangan jalan Tashkentskaya dan Shakhi Zinda. Pasar ini berdekatan dengan beberapa situs bersejarah lainnya, seperti kompleks makam Shahi Zinda dan Masjid Khazret-Khizr.

Kami makan siang di dekat Siyob Bazaar, di restoran Afro Siyob, menunya, apalagi kalau bukan Plov dan Sashlik 😅. Selanjutnya kami mengunjungi kompleks pemakaman Shah I Zinda. Nama “Shah I Zinda” berarti “Raja yang Hidup” dalam bahasa Persia, yang merujuk pada Qutham ibnu Abbas, sepupu Nabi Muhammad SAW, yang dimakamkan di sini. Kompleks ini terdiri dari lebih dari dua puluh bangunan yang dibangun antara abad 11 hingga abad 15. Shah I Zinda terkenal dengan arsitektur Timuridnya yang megah, yang mencakup mosaik berwarna-warni, ukiran batu yang rumit, dan kubah-kubah yang indah. Kompleks ini dibagi menjadi tiga bagian utama: bagian bawah, tengah, dan atas, yang dihubungkan oleh lorong-lorong berkubah empat yang disebut chartak.



Beberapa Mausoleum utama disini antara lain makam Kusam ibnu Abbas. Bangunan ini adalah yang paling penting di Shah I Zinda, karena diyakini sebagai tempat peristirahatan terakhir sepupu nabi Muhammad. Selain itu, Mausoleum Khodja Akhmad yang dibangun pada tahun 1340-an. Berikutnya Mausoleum Turkan Aka yang dibangun pada tahun 1372, mausoleum ini didedikasikan untuk keponakan Timurid. Kompleks makam ini juga merupakan bagian dari Situs Warisan Dunia UNESCO. Selain menjadi tempat ziarah utama bagi Tarekat Naqshabandiyah, kompleks Shah I Zinda juga menjadi landmark utama bagi wisatawan yang ingin menikmati keindahan arsitektur dan sejarah Samarkand.

Malam harinya, kami kembali ke Registan Square untuk menikmati pemandangan yang berbeda dari siang hari. Di malam hari, Regiatan Square bermandikan cahaya dari lampu-lampu yang ditata dengan indah, memberikan suasana yang memberi kesan sangat megah. Setelah makan malam di restoran di sebrang Registan Square, kami kembali ke hotel Al Madina, bersiap untuk melanjutkan perjalanan kami ke Kyrgyzstan.
