Chaos in Bangladesh

Pertengahan Juli 2024, saya melakukan perjalanan dinas ke Dhaka, ibukota Bangladesh. Saya berangkat dari Jakarta menumpang Malaysian Airlines, transit di Kuala Lumpur, pada tanggal 15 Juli 2024.

Setibanya di bandara Hazrat Shahjalal Dhaka, sekitar pukul 11 siang, kami menuju imigrasi untuk mendapatkan visa on arrival. Bagi pemegang paspor Indonesia, VOA Bangladesh dapat diperoleh secara gratis. Setelah melewati imigrasi, saya dan rekan kerja sudah dijemput oleh pengemudi dari perusahaan rekanan.

Dalam perjalanan menuju tempat makan siang, kami melewati rombongan pemuda, menurut informasi pengemudi yang menjemput kami, rombongan pemuda itu menuju pusat kota untuk aksi unjuk rasa, memprotes keistimewaan yang diberikan kepada anak-anak dari veteran kemerdekaan Bangladesh, yang mendapatkan jatah 30% dari penerimaan pegawai negeri dan perusahaan milik negara. Peserta aksi unjuk rasa ini menuntut keadilan, keistimewaan bagi anak veteran ini agar dihapuskan. Rombongan yang akan unjuk rasa ini terlihat tertib dan damai.

Sampai di kawasan Gulshan, kami makan siang di restoran Kacchi Bhai, salah satu jaringan restoran traditional populer di Bangladesh, dengan menu utama Kacchi, olahan daging kambing atau ayam, dengan bumbu kari, disajikan dengan nasi biryani. Rasanya cocok dengan selera saya, mirip-mirip makanan timur tengah yang banyak tersedia di Jakarta. Minumnya lassi, semacam yoghurt encer, dengan rasa asam manis segar.

Selesai makan siang, kami ke hotel Intercontinental Dhaka dan kemudian menuju ruang pertemuan di hotel tersebut untuk pertemuan bisnis. Acara dimulai dengan tari-tarian tradisional Bangladesh, sangat mirip dengan tari-tarian India. Selesai acara, kami beristirahat di hotel, bersiap untuk pertemuan bisnis besoknya.

Selasa 16 Juli, kami berangkat dari hotel untuk dua pertemuan. Sepanjang jalan menuju kantor mitra bisnis, saya banyak melihat spanduk dan banner dari Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina, yang baru terpilih kembali sebagai Perdana Menteri Bangladesh untuk keempat kalinya, pada awal 2024 ini. Di depan lobby tempat kami melakukan pertemuan, ada satu banner besar bergambar Sheikh Hasina melambaikan tangan, iseng, saya berfoto membalas lambaian tangan beliau.

Sekitar jam 3 sore, kami sudah menyelesaikan dua pertemuan, dan berencana kembali ke hotel untuk berganti pakaian, dengan niat ingin berkeliling kota Dhaka, melihat beberapa landmark kota Dhaka, seperti Lalbalgh Fort, Ahsan Manzil museum dan Jatiyo Sangsad Bhaban, gedung parlemen Bangladesh. Namun dalam perjalanan menuju hotel, kami menemui banyak rombongan demonstran. Berbeda dengan demonstran kemarin yang terlihat tertib dan damai, demonstran sore itu terlihat agresif dan banyak yang membawa tongkat kayu panjang untuk memukul. Supir kendaraan kami sampai memberi peringatan, agar kami menunduk apabila demonstran menyasar kendaraan yang melintas. Akhirnya kami sampai di hotel intercontinental dengan selamat.

Namun niat kami untuk mengeksplorasi kota Dhaka sore itu terpaksa dibatalkan, setelah kami menerima pesan dari KBRI di Dhaka, agar warga negara Indonesia yang berada di Bangladesh tidak keluar tempat tinggal, mempertimbangkan kondisi demonstrasi yang cenderung anarkis. Kami memonitor kondisi dengan menyalakan TV siaran berita. Dari liputan TV itulah kami terinfo, bahwa demonstrasi di Dhaka siang itu telah memakan korban jiwa 5 orang mahasiswa yang tewas ditembak petugas keamanan. Kondisi kota Dhaka sore itu terasa mencekam. Kami juga terinfo ada kemungkinan akan diberlakukan jam malam (curfew) di Dhaka.

Malam itu kami hanya makan malam di hotel tempat kami menginap, sekaligus bersiap untuk meninggalkan Dhaka pada hari Rabu, 17 Juli pagi. Setelah sarapan pada hari Rabu pagi, saya bergegas menuju bandara Dhaka. Karena mobil melewati jalan layang tol, saya tidak melihat kondisi jalan-jalan di kota Dhaka pada pagi itu, namun sesampainya saya di bandara Hazrat Shahjalal, saya melihat begitu banyak orang di Bandara, sepertinya banyak orang yang ingin meninggalkan Dhaka menghindari potensi kerusuhan. Sambil menunggu pesawat, saya menonton TV dan melihat berita, demonstrasi semakin meluas di berbagai kota, dan korban jiwa terus berjatuhan.

Akhirnya pesawat Malaysian Airlines yang saya tumpangi tinggal landas dari Dhaka sekitar jam 12 siang. Dari ketinggian saya melihat beberapa titik asap, sepertinya ada kebakaran, entah disebabkan oleh aksi unjuk rasa atau karena hal lain. Sekembalinya saya di Jakarta, saya terus mengikuti perkembangan politik di Bangladesh.

Tuntutan mahasiswa yang semula hanya meminta penghapusan hak istimewa anak veteran kemerdekaan, meluas menjadi tuntutan agar PM Sheikh Hasina mundur dari jabatannya. Sampai tanggal 4 Agustus 2024, diberitakan sudah lebih dari 300 orang tewas akibat unjuk rasa berkepanjangan di Bangladesh. Sampai akhirnya hari Senin 5 Agustus, diberitakan PM Sheikh Hasina mengundurkan diri sebagai PM Bangladesh, dan meninggalkan negaranya dengan helikopter militer, menuju India. Dikabarkan, untuk sementara militer Bangladesh mengambil alih pemerintahan sampai dengan pembentukan pemerintahan yang baru. Semoga kondisi Bangladesh segera stabil dan kembali damai.

Tinggalkan komentar